Pelabuhan Sunda Kelapa: Benih Peradaban Kota Jakarta

Siapa sih yang tidak tahu ibukota negara kita? Tentu saja semua orang tahu kota Jakarta, kota yang memegang peranan penting bagi bangsa Indonesia serta dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit dan penduduknya yang berdatangan dari beragam daerah. Kota Jakarta menjadi salah satu kota yang berkembang pesat, terutama dalam segi kebudayaan, di mana berbagai jenis budaya asing bertemu dengan budaya lokal. Namun, kalian tahu tidak sih, dibalik kota yang sudah terlihat modern ini masih tersimpan sebuah tempat bersejarah yang merupakan cikal bakal kota Jakarta?

Advertisement

Siapa sangka bahwa sebuah pelabuhan merupakan asal mula dari sebuah kota modern. Pelabuhan yang dimaksud tersebut lebih dikenal sebagai Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada bulan Februari 2018, saya dan empat orang teman saya menyempatkan waktu untuk mengunjungi wilayah kota tua serta menelusuri lebih lanjut mengenai sejarahnya. Kami menemukan sebuah situs yang menawarkan berbagai macam tur berjalan di tempat-tempat yang menarik sekitar kota Jakarta.

Selain itu, tur yang ditawarkan ini merupakan “a pay-as-you-wish walking tour” yang berarti peserta tur dapat membayar pemandu tur sesuka hati mereka. Kami pun segera mendaftarkan diri untuk mengikuti tur berjalan kota tua pada hari minggu. Rute yang ditawarkan dalam tur berjalan kota tua dimulai dari tempat berkumpul di stasiun kereta Kota Jakarta dan dilanjutkan dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Menara Syahbandar, tempat penyimpanan kapal dari masa VOC, jembatan peninggalan zaman Belanda, lapangan Fatahillah yang amat terkenal di wisata kota tua, dan diselesaikan di gedung OLVEH. Pada tiap pemberhentian, pemandu wisata akan menceritakan mengenai sejarah dari tempat tersebut serta memberi waktu bagi para pesertanya untuk mengambil foto.

Hari Minggu pun tiba, saya dan keempat teman saya mengikuti arahan dari pemandu tur yang sebelumnya memberi tahu untuk bertemu di depan Starbucks yang terletak di dalam Stasiun Kota Jakarta. Pemandu tur kami bernama Huans yang ternyata juga menjadi salah satu pendiri tur tersebut. Selain kami berlima, sebuah keluarga juga mengikuti tur tersebut.

Advertisement

Setelah semuanya berkumpul, kami pun memulai tur dengan menaiki angkot menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Karena jarak antara Stasiun Kota dengan Pelabuhan Sunda Kelapa yang cukup dekat, kantong kami pun tidak terkuras karena tarif angkot hanya membutuhkan sekitar Rp 4,000,- per orang. Begitu pula dengan tiket masuk Pelabuhan Sunda Kelapa yang hanya membutuhkan pecahan Rp2,500,- per orangnya.

Ketika kami tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa, dapat terlihat kapal-kapal serta container. Ternyata, menurut pemandu tur, Pelabuhan Sunda Kelapa hingga saat ini masih digunakan untuk mengangkut aneka ragam barang keluar kota Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa pada hari Minggu terlihat sangat sepi. Hal ini mungkin terjadi karena hari Minggu bukanlah hari bagi para pekerja pelabuhan untuk mengangkut dan mengirim barang. Kami pun berkeliling di sekitar area pelabuhan sambil mendengarkan Huans bercerita mengenai sejarah pelabuhan ini.

Advertisement

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tertua di Indonesia. Dahulu, pelabuhan ini dikenal dengan Pelabuhan Sunda Pura dan merupakan bagian kekuasaan dari Kerajaan Tarumanegara pada abad kelima. Namun ketika Kerajaan Sriwijaya berhasil memenangkan perang dan mengalahkan Kerajaan Tarumanegara, pelabuhan ini berubah kepemilikan pada tahun 1527 dan menjadi bagian kekuasaan dari Kerajaan Padjajaran. Kerajaan Padjajaran pun menguasai kota yang sekarang dikenal dengan Jakarta, kota ini pada dahulu kala dinamakan dengan Sunda Kelapa.

Pada masa itu, banyak kerajaan lainnya, seperti Kerajaan Demak dan Kerajaan Cirebon, yang ingin memperebutkan Pelabuhan Sunda Kelapa dikarenakan lokasinya yang cukup strategis serta memiliki aktifitas perdagangan yang tinggi. Kerajaan Padjajaran tetap gigih dalam mempertahankan kekuasaannya terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa, mereka pun meminta bantuan dari Portugis untuk membangun sebuah benteng agar pelabuhan tersebut tidak direbut oleh kerajaan lainnya. Kerajaan Padjajaran pun membuat sebuah perjanjian dengan Portugis dan Sunda Kelapa berganti nama lagi menjadi Djayakarta.

Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa berlanjut pada tahun 1619 dimana VOC datang dari Belanda dan Djayakarta kembali berubah nama menjadi Batavia dan pada akhirnya menjadi Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa berubah dari zaman dahulu hingga sekarang. Dikarenakan banyaknya kegiatan yang dilakukan di Pelabuhan Sunda Kelapa, air laut disekitarnya pun menjadi jauh lebih dangkal dibandingkan dulunya.

Pelabuhan baru pun dibuat untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1840, tepatnya di Tanjung Priok agar dapat menampung kapal-kapal yang lebih besar. Selain bercerita mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, Huans juga memberi sebuah pengetahuan baru bahwa kapal-kapal yang terdapat di pelabuhan tersebut dinamakan kapal phinisi yang umum diproduksi di provinsi Sulawesi Selatan.

Kami juga sempat bertanya apakah kapal-kapal ini bisa ditumpangi untuk berkeliling sekitaran pelabuhan. Huans pun menjelaskan bahwa terdapat sedikit kapal kecil yang biasanya ditumpangi oleh para wisatawan yang berkunjung ke pelabuhan pada hari kerja. Kapal kecil tersebut biasanya mengantarkan para wisatawan untuk berkunjung ke sebuah restaurant seafood yang bernama Marina Batavia. Ia juga bercerita bahwa jika cuaca sedang cerah, wisatawan bahkan bisa melihat sedikit dari pemandangan Pulau Seribu ketika sedang berkeliling dengan kapal.

Pelabuhan Sunda Kelapa menyimpan banyak cerita dan sejarah dari adanya kota Jakarta. Pelabuhan yang sudah ada sejak abad kelima ini bahkan masih digunakan hinga saat ini untuk mengangkut serta mengantarkan barang ke berbagai pulau di Indonesia. Sejarah dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang diceritakan oleh Huans ini telah membuka mata saya dan keempat teman saya bahwa sudah sepatutnya kita sebagai masyarakat Indonesia, terutama lagi masyarakat Jakarta, mengenang sejarah serta melestarikan pelabuhan ini. Tanpa adanya Pelabuhan Sunda Kelapa, maka tak akan ada ibu kota Indonesia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini