Pedihnya Pengkhianatan dari Seorang Sahabat. Sakitnya Melebihi Tersayat Kawat

Kukira kamu sahabat, ternyata kamu pengkhianat

Sahabatku…

Advertisement

Eh, sekarang kita tidak berstatus sebagai sahabat lagi, ya? Hehehe… Apa kabarmu di sana? Semoga kamu selalu berbahagia dengan kekasih barumu. Kekasih yang dulu juga pernah aku cintai, namun ternyata dia berpaling kepadamu. Atau dengan kata lain, kekasihmu itu dulu adalah kekasihku. Semoga kalian selalu langgeng, ya! Hehehe

Mantan sahabatku…

Boleh kan, aku memanggilmu begitu? Pada kenyataannya, kamu memang bukan sahabatku lagi, kan? Persahabatan yang sudah lama kita jalin selama bertahun-tahun malah dirusak oleh kelakuanmu yang tidak pantas. Kelakuan yang sama sekali tidak elok dan seharusnya tidak pernah terjadi. Kamu tahu bagaimana rasanya orang yang kucinta direbut begitu saja tanpa aba-aba dan tanpa persetujuan dariku? Jika dari awal kamu jujur akan perasaanmu, tentu aku bisa menerimanya. Tapi tidak dengan cara seperti ini, Sayang. Ini sungguh keterlaluan.

Advertisement

Mantan sahabatku…

Apakah kamu peduli pada perasaanku ketika harus menerima kenyataan ini? Kamu yang selalu menjadi tempat curhatku, tentu tahu betapa aku mencintai mantan kekasihku itu. Dari luar, kamu terlihat mendukung dan mendoakan aku dengan mantan kekasihku itu.

Advertisement

Namun aku tidak menyadari kalau dalam hatimu, menyimpan rencana busuk yang kelak akan menghancurkan hatiku. Dan itu sudah terjadi. Hatiku remuk redam. Aku terpaksa harus kehilangan mantan kekasihku sekaligus harus menyingkirkanmu dari kehidupanku. Untuk apa aku mempertahankan musuh dalam selimut berkedok sahabat sepertimu?

Mantan sahabatku…

Semoga kamu tidak pernah merasakan pengkhianatan yang sama denganku. Percayalah, sakitnya melebihi disayat-sayat oleh kawat. Jika luka fisik masih bisa kusembuhkan, namun tidak dengan luka hati. Diobati bagaimana pun, bekasnya akan terus ada. Karena hati yang sakit tidak akan pernah ada obatnya.

Mantan sahabatku…

Oh iya, apakah kamu percaya karma? Apakah kamu percaya akan balasan dari sebuah kejahatan? Tenang, aku tidak akan dan tidak pernah mau membalas perbuatanmu itu dengan tanganku sendiri. Biarlah tangan Tuhan yang beraksi. Karena balasan dari-Nya rasanya akan lebih dari sakit. Melebihi apa yang sedang aku rasakan sekarang.

Mantan sahabatku…

Terakhir, aku ingin mengucapkan selamat atas hubungan kalian berdua. Aku harap, semoga tidak ada orang ketiga yang mengganggu hubungan kalian. Aku sungguh salah menilaimu dulu. Kukira kamu sahabat, ternyata kamu pengkhianat. Pengkhianat lihai yang bermain dalam kehidupanku. Selamat tinggal. Aku tidak ingin kita bertemu lagi. Selamanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Masih berusaha untuk menulis ditengah kesibukan mengurus anak