Di umur 20an nampaknya banyak sekali pengalaman berharga yang dialami oleh kebanyakan gadis remaja, termasuk Diandra. Ya itu aku, dari mulai tugas kuliah yang menumpuk, kalah dalam perlombaan dan organisasi kampus yang semakin sibuk sampai-sampai membuatku bingung membagi waktu.
Belum lagi soal percintaan yang kian hari makin rumit rasanya. Yang terakhir tadi memang tidak penting, tapi tidak dapat aku pungkiri hal itu sedikit banyak membawa dampak terhadap keseharianku. Di sini ceritaku dimulai.
Namaku Diandra, umurku 21 tahun sekarang aku duduk di semester 5 sebuah universitas swasta dijakarta. Selain sebagai mahasiswa, aku mengisi keseharianku dengan menjadi penulis lepas, membuat undangan online, dan menjual souvenir. Menurutku aku adalah gadis yang sangat beruntung.
Bagaimana tidak, Aku bisa mengenyam bangku kuliah dan mendapat beasiswa penuh, aku punya beberapa usaha sampingan yang membuatku dapat dengan mudah menabung untuk keperluan liburan, aku punya banyak teman dan sahabat yang baik, aku juga punya orang tua yang selalu mendukung semua keinginanku dan aku punya partner yang paling setia mendukung seperti apapun keadaanku. Nampaknya bodoh sekali jika dengan semua yang telah aku punya, aku masih sempat mengeluh.
Aku suka sekali menjadi orang yang sibuk dan banyak pekerjaan, karena menurutku itu keren. Bisa membuat kita terhindar dari hal-hal yang tidak penting juga. Siang itu sepulang dari kuliah aku langsung bergegas pulang ke kostan, sembari menelepon dia. Dia baik sekali, dan aku sangat sayang. Hubungan kita sudah berjalan kurang lebih 2 tahun. Hampir jarang sekali ada maslah dihubungan ini, meskipun kita LDR.
Begitu sampai di kost, aku menaruh tas, bersih-bersih, makan dan kemudian langsung sholat. Lalu setelah itu, aku harus mengerjakan pesanan undangan-undangan yang selalu bertambah setiap hari. Hingga pukul 5 sore aku tertidur di meja laptopku. Aku terbangun karena ada bunyi pesan di ponsel ku, ternyata dia mengirimkan pesan singkat yang berisi “kita sampai sini aja ya, aku nggak pantes buat kamu”.
Seketika semua nampak kelam, termasuk matahari yang sebenarnya masih bersinar begitu cerah di Jakarta. Sore itu menjadi sore yang kelabu bagi Diandra. Diandra salah apa, kita baik-baik saja sebelumnya. Diandra menangis sejadi-jadinya didepan laptop. Kemudian satu persatu teman kost Diandra menghampiri. “kamu kenapa, cerita”
Diandra tak menjawab sambil terus mengeluarkan isak tangisnya. Diandra masih bertanya-tanya, ada apa ini ada apa. Kenapa dia seperti ini, apa aku hanya mimpi, apa handphone-nya dibajak oleh temannya. Kita tidak pernah ada masalah apapun, kita bahkan serius menjalani hubungan ini. Dia juga janji begitu. Kenapa selalu ada masalah tak terduga disaat hidupku sudah sangat baik.
Hari berganti, aku masih tidak tahu alasanya mengingkari janji yang pernah ia buat. Dan sampai hari inipun dia tidak dapat lagi dihubungi. Diandra masih sangat penasara atas kejadian ini, aku kemudian menelepon sahabatnya. Menanyakan hal ini, aku kemudian diam seribu bahasa ketika mendengar bahwa dia akan segera menikah.
To be continue…..
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”