Apa kamu sedang memikirkan sebuah pasangan hidup, pernikahan, keluarga, dan kebahagiaan? Apa kamu sedang menikmati sebuah hubungan tanpa status? Pacaran, bahagia, namun pada akhirnya kamu akan patah hati, karena dikhianati begitu saja.
Kamu menangis, kamu terluka, tapi tak selang beberapa lama kamu memulai hubungan itu kembali, mengulangnya lagi dan lagi.
Sampai kapan?
Pertanyaan yang akan kamu jawab dengan singkat, "Sampai menemukan orang yang tepat".
Aku hanya tersenyum…
Dan selama itu kamu akan membiarkan tanganmu digenggam, kamu akan membiarkan hatimu dipermainkan, kamu akan membiarkan mimpimu dihancurkan.
Apa kamu masih mau mencari dengan cara yang sama?
Aku rasa, jika kamu yang cantik dan yang sadar bahwa dirimu sangat berharga. Kamu akan segera terhenti dan memilih jalan yang lebih baik.
Tak ada yang peduli berapapun usiamu, apa prestasi yang telah kamu raih, berapa jumlah mantan pacarmu, semuanya tak pernah menghalangimu untuk tetap dapat memantaskan diri.
Jika kamu ingin bahagia, putuskan kehidupanmu untuk berada di jalanNya bahkan ketika usiamu masih begitu muda untuk memikirkan sebuah 'JODOH'.
Apa salahnya, ketika muda telah memantaskan diri, bukankah itu lebih baik. Membangun surga kecil dihatimu untuk masa depan. Setidaknya agar surga itu dapat terbangun kokoh, bahkan lebih cepat di saat Allah sudah membuatmu pantas.
Aku menyesali semua, mengapa tidak sedari dulu. Ketika usiaku masih belasan. Ketika semua temanku mengunggulkan seseorang yang ada di sampingnya dengan berpegang tangan, dengan bercumbu bahkan rela mengorbankan masa depannya. Mungkin aku tidak separah mereka, namun aku pernah berada dalam lingkungan ‘PACARAN’ meskipun aku tidak pernah benar-benar menikmati apa itu pacaran.
Aku sadar bahwa kehidupan remajaku benar-benar kosong. Terkadang aku memimpikan seseorang yang dapat berbagi denganku, seseorang yang mengerti dan memberi rasa aman dan nyaman. Tapi aku tak pernah benar-benar mendapatkannya.
Kehidupan seperti menjauhi aku, aku pernah merasakan patah hati, aku tau aku cinta namun ia meninggalkan aku begitu saja. Beruntungnya, logikaku bekerja, seperti yang telah ku bahas sebelumnya. Bahwa aku tak pernah benar-benar menikmati apa itu pacaran. Bahkan bagiku rasa sakit, dan patah hati tak ubahnya segala konsekuensi dari setiap sikap yang telah kita pilih.
Kehidupan semakin mendewasakan pola pikirku, semakin mendekatkanku pada ilmu-ilmu yang mungkin dulu tak ingin ku sentuh.
Aku memahami ilmu memantaskan diri. Ketika aku telah memasuki usia 22 tahun, namun belum juga merasakan cinta yang benar-benar ada di hati dan hidupku. Apakah Tuhan memang tak inginkan aku mendapat jodohku? Mengapa seolah Tuhan menjauhkan ia dariku, apa salahku? Aku selalu berbuat baik, aku tak pernah melakukan hal yang dapat membuat malu keluarga. Mengapa justru mereka yang berpacaran, sex bebas, dll, malah seolah berkehidupan bahagia.
Putus asa? Jelas. Bahkan akupun memperluas pergaulanku, bahkan tidak jarang menyambut baik orang-orang yang ternyata hanya memanfaatkanku. Aku hanya berpikir mereka dapat berubah ketika di sisiku, ternyata aku salah. Aku seolah telah pasrah dengan keadaan, dan menyambut siapapun yang datang tanpa melihat latar belakang mereka.
Apa aku benar? Tidak. Bukan sikap yang benar, hanya karena kamu ingin bertemu ia yang kamu anggap jodohmu, lantas kamu membiarkan siapapun menyakiti hatimu. Ini bukan perkara siapa yang digandrungi banyak lelaki bahwa itu cantik, baik, dan istimewa. Lalu yang jarang didekati lelaki itu kurang menarik. Bukan, ini bukan perkara yang se-simple itu.
Bacalah bukumu, berdiamlah, dan ikuti kata hatimu. Apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Terus melakukan hal-hal yang justru membuatmu terasa seperti ‘Cewek gampangan’ atau melanjutkan dengan memantaskan diri. Aku tergugah dengan kalimat-kalimat yang mungkin telah banyak kubaca, namun aku tak pernah berhasil menganalisis kalimat itu dengan benar hingga pada saat itu.
Wanita sholeha, yang menunggu jodohnya bukanlah dengan mencari atau dengan bangga memperkenalkan seseorang yang ada di sisinya. Tugas seorang wanita yang belum menikah adalah dengan memantaskan diri.
Memantaskan diri dengan jodoh yang telah ditulis Allah dalam kitab Lauhul Mahfudz, bahkan sebelum ia dilahirkan di dunia. Masih belum yakin kan? Saya pun demikian. Karena tidak mudah mempercayai itu begitu saja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan dari orang-orang di sekitar kadang lebih membuat kita makin stres dengan keadaan ini. Dan memilih jalan mengiyakan semua orang yang mungkin hanya ingin mempermainkan kita, bahkan lebih buruk lagi jika merusak kehidupan masa depan kita. Tanpa disadari jiwa ini terasa ingin menjalani, ingin membuktikan bahwa apa yang tertulis itu benar. Tentu bukan hal yang mudah menjalaninya, dan tidak jarang kembali terperosok pada harapan palsu, karena masih saja gagal mengarungi cobaan.
Allah tidak sampai di situ menguji, namun entah mengapa setiap ujian yang DIA beri terasa menyenangkan. Aku belajar ikhlas, aku belajar sabar, dan aku belajar berserah padaNya.
Allah berhasil menyadarkanku. Ketika aku berharap pada seseorang yang mungkin saja dekat dan mencuri perhatianku, lantas aku seperti terbawa pada hubungan yang tanpa status itu, aku akan menelan kecewa. Beruntungnya keadaan itu juga yang berhasil menyadarkanku, untuk memutuskan tidak berharap pada manusia, bahkan yang telah kita kenal begitu dekat.
Aku telah memutuskan berhijrah, aku telah memutuskan untuk tidak mencari, dan mencoba menerka-nerka semua orang yang mungkin hanya singgah lalu menumbuhkan luka. Maaf, bukan salah kalian. Ini adalah salahku yang terlalu berharap pada kalian, menerka-nerka siapapun di antara kalian. Maka semuanya adalah salahku, aku masih terlihat bingung, ceroboh, dan labil. Maka bimbing aku.
Allah menolongku dengan sangat luar biasa, setidaknya tidak sampai menumbuhkan luka yang berdarah. Seolah Ia mengobati luka dengan segera, dengan rasa percaya lagi, dengan kebahagiaan lagi. Nikmat mana lagi yang bisa kudustakan, Allah menjaga hatiku. Dan aku percaya, karena DIA akan memberikan hatiku pada dia yang tidak pernah menyakitiku, yang membuatku bahagia.
Entahlah, dimanapun ia sekarang. Aku sangat yakin penantian ini takkan berujung sia-sia. Lelaki terbaik hanya untuk wanita terbaik. Aku rasa ia pun sedang memantaskan dirinya untuk bersanding denganku. Setidaknya, nanti ALLAH tidak akan mempertemukan kita pada keadaan yang salah. Perbedaan yang mungkin kini masih ada, di akhir penantian ini pasti akan sirna.
Kita sama-sama berjalan, kita sedang berada dalam titik penantian dan perjuangan. Kita habiskan, kita tuntaskan perjuangan kita dengan saling memantaskan.
Hai jodohku, akupun sama denganmu. Akupun kadang terluka karena pertanyaan dan cibiran mereka. Aku kadang bermimpi untuk bertemu kamu, meski rautmu tak nampak jelas. Berjuanglah tanpa lelah, ingatlah bahwa hari itu akan tiba. Jangan terhenti dan putus asa, kita berharap pada tujuan yang sama.
Kamu tak perlu memburukkan dirimu, untuk secepatnya bertemu ia yang mungkin malah akan menyakitimu. Aku pantaskan diri ini dihadapanNya, karena hanya Ia yang mampu memantaskanku untuk dirimu.
Kamu,
Kamu yang diam-diam telah ditetapkanNya…
Semoga kita lekas bertemu… aamiin.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.