Bejo merupakan salah satu siswa yang sangat rajin di sekolahnya. Rajin dalam pelajaran maupun ibadah. Meskipun disibukkan dengan berjualan nasi megono sebelum berangkat sekolah, ia tidak pernah telat dan selalu mengerjakan pekerjaan sekolah maupun pekerjaan rumah dengan baik. Ia juga tidak pernah meninggalkan dua rakaat salat duha. Mungkin banyak murid yang lebih pandai dari Bejo. Akan tetapi, sepertinya tidak ada yang melebihi kerajinan Bejo. Ia adalah anak yang tidak gampang menyerah. Bejo merupakan murid yang sangat takzim kepada gurunya. Ia memuliakan guru seperti ia memuliakan simaknya. Tak heran jika ia menjadi juara dua paralel di sekolahnya.
Hari itu Bejo merasa ada yang berbeda dari biasanya. Biasanya sepulang sekolah ia sudah melihat simak dengan seragam dapurnya. Hari ini berbeda. Ia tidak melihat tanda-tanda simak berada di dapur. Bejo mencari-cari simak dan ternyata simaknya sedang berada di dalam kamar. Betapa terkejutnya Bejo ketika melihat simaknya tergeletak di lantai. Kulitnya berubah warna menjadi belang-belang putih disertai warna kemerahan.
Ternyata simak Bejo terdiagnosis penyakit kanker kulit. Dokter puskesmas menyarakan supaya simak segera dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut agar kanker kulitnya tiddak menyebar. Berbagain informasi tentang penyembuhan kanker kulit Bejo cari. Banyak orang menyarankan agar simak dioperasi ataupun dikemoterapi. Namun, perlu biaya yang besar untuk melakukan kemoterapi, apalagi operasi.
Tidak ada jalan lain selain menggunakan tabungan kuliahnya untuk operasi simak. Akan tetapi, simak tidak mau jika Bejo menggunakan tabungan kuliah untuk kesembuhannya. Mondar-mandir Bejo mengayuh sepeda jengki membawa simaknya berobat. Di tengah perjalanan mencari pengobatan, ia bertemu dengan Pak Hidayat. Beliau merupakan ketua RT di kampungnya. Pak Hidayat menyarankan untuk membawa Simaknya ke rumah Kiai Mansyur. Dengan penuh semangat ia mengayuh kedua perdal sembari berboncengan dengan simaknya. Mereka bersama-sama melantunkan selawat. Tak terasa, mereka sudah tiba di kediaman Kiai Mansyur. Bejo diamanati untuk membacakan surah Al-Kahfi ke dalam sebotol air minum setiap harinya. Air itu untuk Simak minum dan campuran mandi. Bejo lakukan pesan dari Kiai Mansyur. Tiga hari berlalu. Kanker kulit yang ada di tubuh Simak hilang tak berbekas.
 ***
Setelah lulus sekolah, Bejo bercita-cita untuk melanjutkan PKN STAN. Ia melakukan berbagai pendaftaran mengunakan uang tabunganya. Hari yang ia tunggu datang. Ia melakukan pendaftaran dan mengikuti tahap-tahap seleksi masuk PKN STAN. Mulai dari tahap kesatu tes tertulis, tahap kedua tes kesehatan, dan tahap ketiga tes kemampuan dasar. Berbagai tahap ia lalui dengan selawat. Akhirnya, pengumuman tiba. Bejo diterima di PKN STAN yang merupakan tempat impiannya.
Setelah masa kuliahnya di PKN STAN habis, tibalah prosesi wisuda mahasiswa. Bejo menelpon simaknya untuk datang ke acara wisudanya. Betapa bahagianya simak dan kedua adik Bejo ketika melihara Bejo telah berhasil lulus dari PKN STAN.
"Ayo, Mak, Dek. Kita foto bareng sama pit jengki peninggalan bapak. Lengkap sudah keluarga kita. Pit jengki ini tanda bahwa Bapak ikut foto bareng kita," ucap Bejo sembari menampakkan senyum bahagia yang diiringi dengan air mata.
"Kamu itu. Pangeran Jengki. Kemana-mana selalu pergi sama pit jengki ini," ucap simak tersenyum sembari menitihkan air mata.
Semenjak lulus, Bejo ditempatkan di perusahaan Perbendaharaan Negara yang ada di Jakarta. Gaji besar yang ia dapatkan langsung ia serahkan kepada simak di kampung. Setelah tiga tahun bekerja, bejo mampu memberangkatkan simaknya ke tanah suci.
Semua kisah kehidupan yang dijalani Bejo menggambarkan sbeuah impian yang perlu diwujudkan. Kisah yang mampu membuka ointu hati siapa saja. Bahwa impian patut diperjuangkan, diimbangi dengan usaha dan doa. Semua tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika mau berusaha.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”