Sejak masih kecil, pertanyaan klasik tentang impian di masa depan sering kita dapatkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kita dengar saat kita masih SD bahkan sampai sekarang pun kita kerap ditanya "Setelah ini mau jadi apa?" atau "Mau sekolah dimana?" Kebanyakan anak lain mungkin menjawab ingin menjadi guru, polwan atau pengusaha. Namun, berbeda dengan saya, dengan perasaan tanpa ragu saya selalu menjawab saya ingin menjadi seorang dokter dan tidak pernah berubah sampai sekarang. Meskipun begitu, proses saya untuk meraih impian memang tidak semudah apa yang saya pikirkan.
Kisah ini dimulai ketika masa putih biru telah usai dan harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat itu, PPDB SMA sedang berlangsung dan saya langsung mengurus berkas-berkas pendaftaran bersama orang tua saya. Awalnya, saya berniat untuk menempuh pendidikan di salah satu SMA favorit di kota saya tetapi impian tersebut harus pupus ditengah jalan karena adanya sistem zonasi. Jarak tempat tinggal saya dengan SMA tersebut belum cukup memenuhi syarat untuk melanjutkan ke sekolah tersebut. Akhirnya, dengan sedikit berat hati saya harus melanjutkan pendidikan saya ke SMA lainnya sambil meyakinkan diri bahwa mungkin ini adalah yang terbaik bagi saya.
Hari demi hari saya lalui di SMA tersebut mulai dari daftar ulang, MPLS hingga tibalah masa pandemi Covid-19 dan diharuskan untuk belajar online atau daring. Pembelajaran online bagi saya adalah tantangan baru karena setiap harinya hanya berhadapan dengan layar laptop tidak berinteraksi dengan orang secara langsung. Tidak hanya itu, banyak materi yang tidak dijelaskan oleh guru dan hanya diberikan tugas saja. Di masa pandemi tersebut sedikit demi sedikit saya juga mulai memikirkan akan melanjutkan pendidikan saya di perguruan tinggi mana. Maka dari itu, saya sadar bahwa materi yang saya dapatkan disekolah belum cukup menunjang jadi saya berusaha untuk semakin giat belajar dan mencari materi-materi di platform digital secara mandiri.
Tak terasa tibalah saya menginjakkan kaki di kelas 12. Saat itu, sudah mulai diberlakukan pembelajaran tatap muka di sekolah dari yang awalnya dibagi per sesi menjadi masuk keseluruhan. Mulai kembali beradaptasi lagi dengan peraturan sekolah yang mengharuskan bangun pagi, disiplin waktu dan berseragam rapi. Di kelas 12 juga sudah masanya siswa kelas 12 bersiap untuk mendaftar ke kampus dan jurusan impiannya. Seringkali banyak pertanyaan yang masuk, seperti Lulus sma mau kuliah dimana dan jurusan apa? adalah momok mengerikan bagi saya. Bahkan lebih mengerikan pertanyaan tersebut daripada pelajaran yang paling mengerikan di sekolah.
Di awal tahun 2022, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti SNMPTN atau menjadi siswa eligible di SMA. Namun, saya menyadari bahwa kemungkinan untuk masuk PTN lewat jalur undangan sangatlah tipis untuk jurusan Kedokteran, maka hanya ada opsi SBMPTN yang realistis bagi saya. Sembari menunggu pengumuman SNMPTN tiba sekitar bulan Maret saya serius belajar untuk mempersiapkan SBMPTN. Singkat cerita, kalender sudah menunjukkan tanggal 29 Maret yang artinya dihari itulah pengumuman SNMPTN tiba. Saya dengan perasaan sedikit was-was ditemani oleh orang tua saya ketika membuka hasilnya. Kecewa sudah pasti ketika mengetahui hasilnya yang ternyata bewarna merah atau tidak lolos tetapi rasa kecewa tersebut tidak berlarut-larut karena saya sudah berpikiran dari awal untuk tidak menaruh harapan yang terlalu besar di jalur undangan dan lebih memilih untuk fokus di jalur SBMPTN.
Setelah kegagalan itu, saya mengikuti bimbingan belajar agar persiapan untuk SBMPTN saya semakin matang. Dibalik itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa dalam proses belajar sering kali merasa lelah, tidak bersemangat dan merasa butuh liburan. Namun, berkat dorongan dari orang tua dan teman-teman terdekat saya, saya berhasil mengalahkan rasa lelah tersebut. Hari demi hari dilalui dan semakin dekat dengan UTBK, rasa cemas, takut kembali menyelimuti tetapi lagi-lagi semangat yang diberikan oleh orang terdekat saya mengalahkan rasa cemas tersebut. Mengurus berkas UTBK, survei lokasi UTBK hingga tes sudah saya lalui dan tinggal menunggu hasil pengumuman.
Tibalah pengumuman SBMPTN tiba dan saya lagi-lagi tidak lolos. Di hari yang sama juga saya tertolak mandiri FK di salah satu PTN di Jawa Timur. Setelah itu, saya kembali mengikuti berbagai tes mandiri di PTS dan PTN lainnya dengan jurusan yang tetap sama. Hasilnya saya lolos tetapi bukan di jurusan Kedokteran melainkan jurusan lain. Saya sempat goyah untuk pindah ke jurusan lain tetapi saya terus meyakinkan diri untuk tetap mencoba di jurusan yang saya impikan sejak kecil. Kemudian, saya mengikuti tes mandiri jalur tulis di UNS yang tidak disangka-sangka saya berhasil lolos di pilihan pertama saya, yaitu FK UNS. Saya bersyukur proses belajar saya membuahkan hasil manis setelah banyaknya kegagalan yang saya dapatkan sebelumnya. Begitulah cerita saya dalam meraih impian mulai dari masa SMA yang setengah tahunnya terkikis oleh pandemi sampai saya berhasil menjadi salah satu mahasiswa di FK UNS.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”