Pagi Tidak Akan Membenci Malam

Pada Saatnya Pagi akan Menggantikan Malam

Langkah kakinya terhenti pada sebuah deretan pohon dimana sebuah ayunan berada di tengah tengah pepohonan yang diayunkan angin berhembus yang mewarnai nuansa siang hari itu. Dia terpikat ketika melihat ayunan itu dan sekitika itu dia terperanjat sejenak dari beban yang sudah mengikutinya sejak matahari menyapa pagi yang dibalut oleh awan yang cukup cerah pada saat itu. Senyuman sinar matahari yang lembut dan merona siang itu menyusup memasuki bagian terdalam tubuhnya. setelah bertarung semalaman dengan pekatnya malam yang saat itu sedang mencoba mengganggunya.

Advertisement

Walaupun pekatnya malam merenggut mimpi indahnya, yang membuatnya tidak menyukai malam yang pekat, tetapi dia menyadari kenyataan bahwa pagi hari tidak akan membenci pekatnya malam. Dia pun tersadar karena sinar matahari yang semakin terik menyilaukan matanya yang menembus melalui selah ranting pepohonan yang berderet rapi. Guguran daun pepohanan yang berjatuhan di tanah yang berumput menuntun langkahnya menuju ayunan yang sedari tadi tidak berhenti berayun mengikuti irama angin.

Dia rengkuh ayunan itu dengan tangannya yang lembut dan perlahan duduk mengikuti irama ayunan. Perlahan-lahan dia ayunkan tubuhnya bersama ayunan yang dipegangnya erat dengan genggaman kedua tangannya, menyatukan tubuh dan jiwanya dengan suasana mewarnai harinya saat itu. mencoba menyandarkan tubuhnya kepada pelukan angin yang lelah akan sebuah perjalanan panjang kehidupan yang dia sendiri tidak tahu kemana akan berlabuh. Sejenak dia melamun dan sejenak kemudian dia tersenyum. senyuman yang tidak biasanya. “Hatiku gembira”, kata itu terselip dalam hati dan pikirannya.

Siang ini sungguh membuatku cukup bahagia dan senyuman yang sudah lama hilang dari wajahku kini dia hadir kembali dengan garis yang semakin jelas setelah sekian lama atas apa yang telah membuatku lelah. Ya,lelah…setiap orang pasti pernah mengalami lelah akan perjalanan panjang kehidupan yang mengikuti seperti irama detak jantung. tapi kini tidak sama lagi dengan yang lalu. Senyuman ini di wajah ini sudah cukup menjadi bukti bahwa semuanya sudah berlalu seperti berlalunya malam digantikan pagi dan dijembatani oleh siang hari yang cerah.

Advertisement

Ayunannya detik demi detik semakin melayangkannya kepada nirwana seakan akan dia dapat merengkuh langit biru. Tatapan nya terpesona tidak sengaja tertuju ke langit yang biru yang membentuk dirinya menjadi sebuah garis senyuman dan kerlingan mata seakan langit dapat merasakan kebahagiaan yang dia rasakan. Tidak terasa sudah begitu lama waktu yang dia habiskan duduk terpaku di atas papan sebuah ayunan. Dengan setiap ayunan yang melambungkannya dalam lamunan yang membuatnya bahagia walaupun hanya sebuah utopia.

“Huuhhh” helaan napas panjang dengan sebuah harapan bahwa mood booster yang selama ini hilang berharap akan menyertai dia dan langkah kakinya menyusuri sambungan garis perjalanan panjang kehidupannya yang penuh cerita yang dia yakini akan berlabuh dengan indah. Goresan senyum yang bergaris di wajah manisnya mengawali langkah kakinya melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti siang hari itu. Perlahan dia bangkit dari ayunan yang sudah berhenti dan berjalan meninggalkan tempat yang membuatnya bahagia dan berkata dalam hati.

Advertisement

Tidak terasa langit sudah beranjak menuju sore, di sebuah sudut kota, dia melihat deretan meja dipenuhi oleh orang-orang bersantai menikmati makanan yang tersaji di meja. Rasa lapar sudah mulai terasa. Dia melangkah menuju café kecil yang menjajalkan makanan dan minuman ringan. Pemandangan orang-orang yang lalu lalang, menghiasi pandangannya sore itu.

Hembusan angina nan pelan, menyapu tengkuknya yang dialiri keringat karena sudah lama berjalan. Perlahan keringat nya mulai menguap dan kering. Tidak lama, pelayan café menghantarkan pesanannya. Burger daging dengan minuman Vanilla sweet cream coffe blend tersaji dihadapannya. Walaupun perutnya terasa lapar, dia menikmati burgernya dengan sedikit demi sedikit gigitan.

Dia sandarkan badannya di kursi kayu klasik dengan kaki menyilang, sesekali tatapannya terpaku kepada seorang pemain biola yang sedang memainkan biolanya. Suasana di kota kecil itu sangat membuat dirinya nyaman. Lumayan menurutnya untuk sekedar menikmati sore hari di sebuah sudut kota yang tidak begitu ramai. Larut dalam suasana, sore itu mulai beranjak menuju malam. Sinar matahari mulai redup tertelan oleh langit.

Dia sapu pandangannya ke sekeliling, orang-orang sudah mulai beranjak dari kursi mereka masing-masing. Tetapi pengunjung silih berganti mengunjungi café kecil itu. Tapi waktu tidak bisa dilawan, dia harus kembali melanjutkan perjalanannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

ASN yang ingin berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan bangsa