Padamu yang Pernah Kucintai, Aku Tidak Pernah Menyesal Meski Kau Memilih Pergi

Jika mencintaimu adalah perjalanan, maka otakku pun akan gagal merapalnya. Aku hilang arah. terlalu panjang dan melelahkan. Ketika itu aku tidak pernah singgah sebab terlalu yakin bahwa kau adalah tujuan. Nyatanya kau menutup jalan, mengungkungku di ujung buntu yang tidak punya jalan pulang.

Advertisement

Sewaktu kau pergi dengan meninggalkan lebam dan memar pada sajaksajakku, aku berjanji tidak akan menulis untukmu lagi. Semua harapan adalah pembunuh mematikan. Tapi ternyata luka dan kesakitan pun bisa menjadi tinta, mengenangmu dalam sajak yang diamdiam menyimpan air mata.

Tolong ceritakan, apakah semudah itu melupakanku?

Bahkan jika aku tidak pernah menetap dalam ruang ingatan yang kau sebut cinta, setidaknya aku pernah menjadi seorang anak perempuan pengganggu berbaju putih biru yang memberimu sepucuk surat cinta pada hari kenaikan kelas. Betapa konyol dan memalukan, tapi aku tidak pernah menyesal. Sebab dengan begitu aku akan selalu tinggal dalam kenangan-kenanganmu tentang masa kecil yang barangkali patut untuk ditertawakan.

Advertisement

Mungkin benar hidup ini adalah lelucon –dan kita mesti bisa menertawakan diri sendiri.

Orang-orang bertemu, jatuh cinta, berpisah, berjalan memunggungi dan saling melupakan. Tapi kita tidak termasuk salah satu di antaranya. Aebab aku yang jatuh cinta –kau tidak. Hanya datang agar kemudian bisa pergi usai membuatku merasa hampir memiliki.

Advertisement

Sungguh, seluruhmu telah pernah kucintai.

Tapi jika kau membaca ini kau akan berpikir bahwa aku pendendam. Tidak, sayang, ini bukan dendam. Hanya saja jejak yang terlalu dalam memang selalu meninggalkan luka yang lebar.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya suka kopi, buku dan kamu. Iya, kamu, yang setia bertahan biarpun saya masih ngambekan.