Padamu yang Masih Dirahasiakan Waktu, Terima Kasih Telah Memilihku

Padamu, yang masih dirahasiakan waktu

Advertisement

Jangan terkejut, sayang. Kalau kau bangun tengah malam dan mendapatiku tidur dengan posisi absurd yang sama sekali tidak anggun. Atau aku malah menghilang, dan kau menemukanku duduk khidmat di depan televisi: menonton bola-tim kesayanganku, FC Barcelona.

Aku mencintai pagi yang tercermin dalam secangkir kopi.

Di atas meja makan, sewaktu sarapan, kau akan tahu aku tidak pandai memasak: barangkali nasi gorang yang hambar, telur dadar keasinan, atau sayur yang rasanya tidak terdefinisikan. Tapi aku mencintaimu lewat secangkir kopi hitam yang tidak terlalu manis. Secangkir kopi hangat yang wangi jika kau hirup, seperti do’a-do’aku, pelukan tak berlengan yang kurapalkan tiap malam.

Advertisement

Aku akan menunggumu pulang, sayang.

Barangkali sambil menyiram bunga-bunga dalam pot-pot kecil di halaman, mengamati jingga yang merambat di langit senja: betapa sebuah perpisahan dirayakan dengan begitu indah dalam kesunyian. Dan sewaktu kau berdiri di depan gerbang, pada akhirnya aku selalu tahu pertemuan adalah sesuatu yang lebih dirahasiakan oleh semesta. Sebab kebahagiaan menjadi begitu sederhana, tersimpul begitu saja dalam senyummu yang berjalan menghampiriku lalu berbisik, “Aku pulang, sayang.”

Advertisement

Dan malam tidak pernah lagi kedinginan.

Aku akan bercerita tentang puisi-puisi kepadamu, sayang.

Betapapun cinta bukan kata-kata, melainkan perbuatan, tetapi terkadang kata-kata menyampaikan apa yang belum bisa kutunjukkan. Bagaimana aku pernah begitu mencintai hujan dan juga dedaunan, aku akan menceritakannya. Entah kau suka atau tidak, mengerti atau tidak, kau hanya perlu mendengarkan sambil sesekali tersenyum dan memandangku.

Di sini aku sekarang, seorang gadis bodoh berusia dua puluh dua tahun yang bahkan belum bisa memasak untuk dirinya sendiri.

Jika takdir memberikan kesempatan bagi kita untuk bertemu dan berjalan bersisian melanjutkan waktu yang tersisa, bukan hanya berterimakasih pada takdir, tapi aku juga berterimakasih kepadamu.

Aku tahu jatuh cinta pada orang semacam aku sama sekali bukan hal yang mudah.

Tentu saja.

Barangkali aku adalah orang terakhir yang akan kau pilih, seandainya memang kau masih bisa memilih.

Tapi terimakasih, karena kau tetap memilih untuk bersamaku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya suka kopi, buku dan kamu. Iya, kamu, yang setia bertahan biarpun saya masih ngambekan.