“Kamu pilih mana, mencintai atau dicintai?”
Satu pertanyaan pagi ini pada bincang hangat ditemani segelas jahe panas berhasil memberiku inspirasi untuk menulis catatan sederhana ini.
Jawabannya beragam. Bila kita memilih untuk mencintai maka kita akan belajar banyak hal, belajar tentang kesabaran, keikhlasan, lapang dada. Karena dengan mencintai kita tak bisa memaksakan ego kita pada seseorang yang kita cintai. Bila kita memilih untuk dicintai itu boleh saja, namun kesannya kita terlalu egois. Jadi harusnya memilih apa dong?
Kamu akan memilih yang mana itu adalah hakmu. Bahkan kamu boleh tak memilih dua-duanya itu juga hakmu. Tetapi Ada satu jawaban yang menarik dari celetukan seorang teman, ia memilih mencintai Tuhan.
Mencintai Tuhan. Ya memang aku setuju dengan jawabannya. Pada akhirnya perjalanan hidup manusia membawa manusia dalam satu pengertian hidup bahwa mencintai Tuhan adalah yang utama dalam hal apapun. Mencintai Tuhan, satu frasa itu membuatku menemukan jawaban atas banyak pertanyaanku tentang banyak hal.
Tentang bagaimana bisa seorang wanita yang telah disakiti suaminya berulang kali dan bahkan seakan segala keberuntungan hidup tak berpihak padanya, wanita itu masih bertahan. Tentang bagaimana bisa seorang kakek hidup sebatang kara bisa bertahan untuk terus menjalani hidup. Tentang bagaimana seorang wanita yang telah dikhianati, bercerai dengan belahan jiwanya, dan masih dapat bertahan hidup. Dan aku mengerti sekarang bahwa Mencintai Tuhan adalah pilihan yang mereka ambil.
Bila mereka menuhankan rasa cinta pada manusia, maka ketika manusia ditinggal seseorang yang dicintainya maka bisa jadi manusia itu ikut meninggalkan kehidupannya. Namun, perjalanan usia telah memberikannya banyak pelajaran bahwa cinta utama yang ada di hatinya seharusnya adalah cinta pada Tuhannya. Maka mencintai Tuhan adalah pilihan utama baginya. Karena terlalu ingin mencintai dan dicintai manusia seringkali banyak menimbulkan lara dan kecewa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Menyejukkan hati 🙂