Pada Akhirnya #Jarakmengajarkanku untuk Merelakanmu Meskipun Harus Terluka

#Jarakmengajarkanku untuk merelakanmu

Membina hubungan jarak jauh alias LDR memang tak mudah untuk ditaklukan. Perasaan curiga, cemas, Rindu, dan cemburu selalu menghantui setiap waktu. Walaupun saat ini alat komunikasi sudah canggih untuk bisa video call dan chating kapan dan dimana pun kita berada saat jauh dari si dia, tetap saja kehadiran menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu.

Advertisement

Banyak dari mereka yang membina hubungan jarak jauh ini pupus ditengah jalan. Bukan karena lelah menunggu menahan rindu, namun hilangnya kepercayaan dari salah satu pihak sehingga membuat cinta yang terkadang sudah terbina cukup lama, harus bubar dan menyisakan luka dan kenangan saja.

Seperti kisahku, kisah cinta jarak jauh yang hingga saat ini masih membekas dalam hati. Memang luka itu sudah sembuh, namun kenangan itu tetap masih ada tanpa ada jaga. Kenangan itu masih membayang ketika sepi menyapaku, kenangan tentang dia yang pernah aku jaga hati dan setianya di sini, namun perlahan ia pergi tinggalkan luka yang teramat sulit untuk aku sembuhkan.

Bagaimana tidak, membina hubungan kasih yang tak sebentar dengannya. Lima tahun saling percaya, dan saling menjaga diri dan hati dengan baik, namun pada akhirnya, kisah itu harus berakhir dengan luka yang harus aku rasakan, bahkan hingga saat ini.

Advertisement

Luka itu kau tinggalkan ketika hatimu telah berpaling dariku untuk memilih tempat yang lain. Aku memang mengerti keadaanmu, jauh dariku, sudah pasti kau merasa kesepian dan inginkan aku selalu ada di sampingmu.

Tapi aku tak bisa saat itu, karena pendidikanku, aku harus meninggalkanmu di kampung untuk waktu yang cukup lama. Namun komunikasi selalu kita jaga, bahkan setiap waktu aku selalu menghubungimu dan aku rasa kau baik-baik saja.

Advertisement

Namun pada kenyataannya sungguh berbeda dari apa yang aku kira. Aku sangka kau akan setia dan menjaga hatimu hingga aku kembali nanti. Kau pernah berkata kepadaku jika kau akan menungguku, menungguku disana ketika pendidikanku selesai.

Tak kuingkari kata yang pernah aku ucapkan kepadamu. Ketika aku sudah sampai tahap akhir masa kuliahku yaitu untuk sidang skripsi. Malam harinya aku coba untuk menghubungimu untuk member kabar jika aku akan melaksanakan sidang skripsi sehingga setelah wisuda aku akan pulang menemuimu.

Namun kenyataan itu berbeda, kau tak bisa aku hubungi, sms pun tak ada balasannya darimu. Kau menghilang seakan ditelan bumi. Padahal hari dan malam sebelumnya kau begitu antusias mendengar kabar itu dan memberiku semangat untukku.

Panik dan cemas tentunya aku rasakan saat itu. Ada apa denganmu, dan apa yang sedang terjadi denganmu. Apakah kau segaja untuk tidak menganggu konsentrasiku, atau memang kau sengaja memberiku ujian rasa disaat aku dalam keadaan sulit seperti itu.

Entahlah, Yang jelas saat itu, ketika aku menghubungi adiknya saat itu, jika kamu yang selalu memberiku semangat, kamu yang selalu ada disetiap rinduku, dan kamu yang selalu aku semogakan disetiap do’aku telah dipersunting orang lain.

Mendengar kabar itu, rasanya aku tak lagi mau meneruskan perjuangan pendidikanku untuk sidang skripsi. Rasanya aku ingin pulang kampung saja untuk menemuimu, lalu bertanya, kenapa kau seperti ini, dan kenapa kau tega melakukan ini semua.

Tapi dalam hati, jika aku pulang kampung, maka sidang skripsiku akan berantakan, dan aku akan kehilangan masa depanku. Namun jika aku tak kembali, aku akan kehilangan kamu, selamanya. Serba salah, serba binggung, perasaanku campur aduk saat itu.

Sulit untuk aku pilih, namun satu hal yang aku tanamkan dalam hatiku saat itu. Jika saja aku kembali ke kampung, itu tak akan pernah mengubah apapun darimu karena takdrimu ada bersamanya bukan bersamaku. Jikapun aku kembali dan bertemu denganmu saat itu juga, tetap saja jodohmu adalah dia bukan aku.

Sejenak hatiku berkata seperti itu, semua aku sadari jika aku lebih memilih meneruskan perjuanganku untuk menyelesaikan pendidikanku saat itu. Walaupun dalam luka, namun aku harus kuat untuk menjalani semuanya dengan baik.

Aku harus merelekanmu untuk dia, dia yang terlalu beruntung memilikimu. Jika kau bertanya kepadaku, apakah aku kecewa dan terluka?, jawaban iya. Namun kecewa dan terlukaku bukan untuk aku simpan sebagai dendam, namun sebagai pelajaran hidup kedepannya.

Aku telah merelakan hatiku terluka, dan aku juga telah mengihklaskanmu untuk merajut bahagia bersamanya. Disini, aku hanya mampu berkata, terima kasih telah menjadi bagian dari cerita hidupku. Walaupun tak sampai pada titik janji yang pernah ktia ucapkan untuk bersama, namun kisah ini tetap aku kenang dalam hidupku sebagai pelajaran yang teramat berharga.

Terima kasih atas harap yang menjadi luka ini kau berikan kepadaku. Dengan luka ini, aku harap dapat bertemu dengan obatnya, yaitu seseorang yang memang ditakdirkan untukku kelak. Dan kamu, semoga bahagia selalu bersamanya, seperti bahagia yang pernah aku tampakan kepadaku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jejak Rindu Di Telaga Nurani"