Aku selalu bermimpi, kamulah jodoh yang Tuhan beri. Aku bercerita pada Tuhan, betapa istimewanya kamu di setiap keadaan. Selalu hadir dalam kehidupan dan membantu aku melangkah menuju impian. Berawal dari berbisik di sepertiga malam dan akhirnya kamu berani menyatakan…
“Aku mencintaimu,” yang dilanjut dengan penawaran
“Mau kah, kamu menjadi pacarku?” ucapmu kala itu.
Dengan bahagia aku mengiyakan dan membalas semua perasaan itu. Dunia begitu indah. Kita berjalan menikmatinya dan sesekali merencanakan pernikahan. Aaahh, kamu berharga dan juga istimewa.
Seperti halnya dua insan manusia yang berbahagia di masanya. Seakan dunia milik kita, yaah kalimat lucu yang kita pikirkan. Hanya saja kala itu, kita masih sekolah, yang sudah dipastikan tidak akan ada restu menikah. Tidak apa, kita akan terus saling menjaga.
Sepuluh tahun kita berjalan bahagia dan masih menikmati keadaan yang begitu saja. Aku lelah, aku ingin segera menikah, bahkan usia kita sudah sangat cukup sempurna. Kita sudah terlalu lama bersama. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar, bukan? Seharusnya kita sudah saling mengenal. Bahkan orangtua kita sudah saling menyapa. Tapi, kenapa kamu belum juga ada kejelasan? Kamu masih saja berkutat dalam jutaan alasan.
Kecewa. Aku pikir kamu segalanya. Nyatanya kamu sama saja. Sekarang, aku masih harus menjejaki langkah yang tidak lagi berdua. Hatiku sudah patah, padahal dulu kamu miliki dengan indah, tapi kenapa kamu masih mencari alasan untuk coba menyerah? Selalu saja menghindar dengan alasan kita yang sering bertengkar. Ah ku rasa tidak. Seharusnya kamu tau, bertengkar adalah proses menuju kedewasaan dan dulu memang kita masih tak tau tujuan. Tapi kenapa selalu kamu jadikan alasan? Atau mungkin, kamu sudah bosan?
Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Sepuluh tahun belakang, kamu berkata, akulah dunia. Tapi ketika aku bertanya sebuah kepastian, kamu selalu mencari alasan untuk bepergian. Mungkin benar, ini yang dikatakan banyakan orang. Pacaran lama gak menjamin pernikahan, kalau memang kita bukan jodoh, akhirnya putus juga.
Sudah.. Aku menyerah, aku mengalah. Kalaupun kamu ingin pergi, silakan. Terima kasih sudah pernah menjagaku setulus hatimu. Katakan pada jodohmu nanti, terima kasih sudah dipinjami selama sepuluh tahun ke belakang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”