Ada banyak cara orang tua untuk mendidik sang anak, cara tersebut juga berbeda-beda setiap orang tua, terkadang cara mendidik itu hasil turun-temurun di keluarga. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pasti di dalam mendidik sang anak ada saja pola yang bisa membuat anak takut, yaitu ketika orang tua membentak anak, ketika anak membuat satu kesalahan. Kesalahan itu bisa berupa, dia menjatuhkan makanan, dia melempar mainannya atau anak berkelahi dengan kakak atau adiknya. Di kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pengaruh orang tua ketika membentak sang anak.
Ketika sang anak membuat salah pasti orang tua akan memarahi anak tersebut. Menurut Wiryono (2008:37) Mamarahi ialah cara mendidik yang paling buruk. Kemarahan itu bisa kemarahan kecil dengan memberitahu kepada anak pelan-pelan ketika sang anak berbuat salah, kemarahan yang besar dengan memarah-marahi sang anak, dan juga tatkala orang tua membentak sang anak. Dan seharusnya orang tua tidak melakukan itu. Apa yang diakibatkan dari bentakkan dan kemarahan orang tua bisa sangat berakibat fatal bagi sang anak. Anak akan terus mengingat kemarahan-kemarahan dan bentakkan yang orang tua berikan kepadanya, luka itu akan membekas di ingatan sang anak.
Dari bentakkan dan kemarahan orang tua itu bisa membuat pertumbuhan sel otak anak menjadi rusak. Kepercayaan diri sang anak juga akan mengalami penurunan, contohnya ketika anak mendapatkan nilai rendah ketika ujian sekolah, lalu orang tua memarah-marahi sang anak hingga membentak sang anak maka anak akan merasa bahwa dia tidak punya harapan lagi. Daripada orang tua seperti itu dan membuat anak tidak percaya diri lebih baik orang tua memberi nasihat dan semangat kepada anak agar anak bisa lebih percaya dan mau untuk bangkit lagi mendapatkan nilai yang bagus kedepannya.
Sang anak juga bisa menjadi pribadi yang buruk ketika orang tua sering membentak mereka. Anak akan mempunyai emosional yang sangat tinggi, seperti mudah marah dan tidak bisa menahan diri ketika emosi. Jika tidak ingin anak seperti itu, sebaiknya orang tua tidak melakukan hal itu juga didepan anak-anak mereka atau kepada mereka, karena Mirror Neurons sang anak akan bertindak yaitu dimana anak akan menirukan tindakan orang tuanya.
Kepercayaan anak kepada orang tua juga bisa menurun akibat hal itu, anak tidak akan lagi percaya kepada orang tua nya yang pemarah itu, tidak akan bercerita tentang hal apapun yang anak alami. Amigdala akan bereaksi ketika seorang anak itu merasa takut, amigdala kan mengevaluasi informasi sensorik, kemudian menentukan kepentingan emosionalnya dan membuat keputusan untuk mendekati atau menjauhi suatu situasi (Fight or Flight). Ketika anak mengalami emosi maka otak kanan akan mengenali ekspresi emosi dan memproses perasaan emosional, kemudian otak kiri memproses makna emosional.
Jika orang tua tidak mau anaknya tumbuh menjadi pribadi yang buruk dan emosional, maka orang tua harus mendidik anak dengan baik. Dan orang tua juga harus mengendalikan emosi mereka, tidak dengan melampiaskan kekesalan orang tua karena suatu hal kepada sang anak. Orang tua boleh memarahi anak, tapi yang sewajarnya saja, sang anak pasti tahu apa yang diberitahu oleh orang tuanya itu adalah yang terbaik untuk dia. Dari pada orang tua membentak sang anak lebih baik orang tua membicarakan permasalahan sang anak dengan baik-baik, tidak perlu dengan emosi tinggi hingga membentak sang anak.
Menurut Islam sendiri, berteriak kepada anak adalah sesuatu yang dilarang di dalam Islam. Dimana sudah diriwayatkan di dalam hadits “Siapa saja yang memiliki anak harus melatih membawa diri mereka ke tingkat masa kecil mereka,” Imam Ali (AS).
Tetapi di dalam Islam juga membolehkan orang tua untuk memarahi sang anak, yaitu ketika sang anak sudah berusia baligh dan sang anak meninggalkan shalat. Maka orang tua boleh memarahi anak. Sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim
Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka untuk shalat pada usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” HR. Abu Dawud dan Al-Hakim.
Memukul sang anak di sini dimaksudkan untuk mendidik sang anak, agar tidak meninggalkan shalat. Orang tua masih boleh memarahi sang anak, selama itu karena rasa cinta orang tua kepada sang anak yang tidak mau anaknya menjadi pribadi yang buruk kedepannya, tetapi jika memarahi anak dengan emosi itu tidak boleh, hal itu sangat dilarang di dalam Islam.
Refrensi:
Mahdalena, M. (2015). Marah Bentuk Kasih Sayang pada Anak. Jurnal PG-PAUD STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai.
Fajirah, F. (2020). Menghukum Anak Sesuai Sunnah Nabi SAW. Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Rainry Darusallam Banda Aceh
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”