Orangtua Perlu Mengontrol Ucapan dan Sikapnya di Depan Anak-anak. Mereka Akan Cepat Meniru~

Ketika seorang anak dilahirkan ke dunia, maka keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang akan ditemuinya. Perkembangan dan pembentukan karakter anak sangat berpengaruh terhadap perlakuan dan pengasuhan yang diberikan oleh lingkungan keluarga terutama kedua orang tuanya. Anak–anak yang menampilkan hal–hal negatif dari dalam dirinya bisa saja merupakan dampak dari lingkungan keluarga yang tidak baik. Di awal perkembangan mereka, anak akan menjadi seorang peniru ulung terhadap setiap tingkah laku yang ditampilkan oleh kedua orang tuanya. Pada masa ini orang tua merupakan role model utama bagi anak–anak. Sehingga sangat penting bagi para orang tua untuk menampilkan sikap dan tingkah laku yang baik di hadapan putra dan putri mereka. Seorang psikolog anak Novita Tandry mengatakan bahwa,

“Kita tidak bisa mengajarkan apa yang tidak kita punya. Bila kita ingin mengajarkan kedisiplinan pada anak, maka kita harus terlebih dahulu disiplin.”

Albert Bandura seorang ahli psikologi berpendapat bahwa di dalam situasi sosial, manusia akan lebih cepat belajar hanya dengan mengamati tingkah laku orang lain. Bobo doll Experiment merupakan penelitian yang dilakukan oleh bandura bersama dengan rekan–rekannya. Penelitian ini bertujuan mengamati perilaku imitasi atau perilaku meniru pada anak terhadap tindakan agresif. Bobo doll adalah boneka yang apabila dipukul akan berdiri kembali. Penelitiannya ini melibatkan anak–anak dengan rata–rata usia 4 tahun. Dalam penelitiannya, ia akan menempatkan orang dewasa yang berperan sebagai model dan seorang anak yang berperan sebagai subjek penelitian didalam sebuah ruangan. Model tersebut akan menampilkan perilaku agresif seperti meninju, menduduki, membanting, dan menabrak boneka Bobo. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketika subjek dibiarkan sendirian didalam ruangan bersama dengan boneka bobo maka ia akan memberikan respon agresif terhadap bonekanya, sama seperti tindakan agresif yang ditampilkan oleh model sebelumnya. Dari eksperimenn ini sudah tampak dengan jelas bahwa proses belajar dengan melakukan pengamatan memiliki potensi menghasilkan sikap yang serupa dengan tindakan yang diamati. 

Anak-anak dapat dengan sekaligus memperoleh tingkah laku baru hanya dengan melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan terdekat anak merupakan hal yang harus sangat diperhatikan untuk menghasilkan karakter yang positif pada anak. Sebagai orang tua yang merupakan orang terdekat sekaligus role model utama bagi anak, berperilaku yang baik merupakan cara jitu untuk membentuk karakter positif dalam diri anak. modelling yang positif akan memberikan dampak yang positif, begitu pula sebaliknya.

Selain itu, dalam berinteraksi dengan anak, orang tua juga perlu memperhatikan setiap ucapan yang dilontarkan kepada anak. dr. Aisyah Dahlan, CHt menyampaikan,

"Sel saraf berfungsi sebagai pembawa setiap pesan yang terprogram di otak manusia termasuk pesan-pesan yang dilihat, didengar, dihidu maupun yang dirasakan. Semua hal yang dialami tersebut akan terekam dan tertanam di dalam diri seseorang. Sehingga, orang tua jangan pernah memberikan julukan/pelebelan negatif terhadap anaknya, seperti “Kamu bodoh”, “Kamu Pemalas” dan lain sebagainya. Kalimat – kallimat ini akan membuat anak sulit/berat untuk melakukan sesuatu akibat pelebelan negatif yang telah tertanam dalam dirinya, terlebih lagi jika lebel negatif tersebut dilontarkan oleh ibu kepada anaknya."

Oleh karenanya, orangtua sebagai role model utama, yang akan selalui diamati dan diperhatikan oleh anak, sudah selayaknya untuk berperilaku positif ketika berinteraksi dengan mereka. Dan tentu saja, model yang baik adalah ia yang mampu mengontrol lisannya, beriringan dengan perilaku positifnya.