Pada saat pandemi seperti ini, kita hampir tidak disibukkan dengan kegiatan kita seperti biasanya karena banyak perusahaan yang memberlakukan “work form home”. Ketika intensitas kegiatan kita berkurang, secara tidak langsung waktu luang kita menjadi sangat banyak dan karena sangat banyak itu, terkadang kita memikirkan hal-hal yang tidak perlu ataupun tidak seharusnya kita pikirkan dan bahkan kita bisa saja memikirkan masalah orang yang lain yang di mana itu bukan kapasitas kita lagi karena setiap orang mempunyai masalahnya masing-masing.
Saking sibuknya kita memikirkan masalah orang lain, hal tersebut secara tidak langsung akan mempersuasif pikiran kita dan berakhir dengan mempengaruhi kesehatan jiwa kita sendiri yang sadar tidak sadar sudah terjadi dan sangat susah untuk dihindari pada fase seperti ini. Akan tetapi ada banyak hal yang sangat perlu diketahui ketika kita mendiagnosa bahwa ketika “jiwa” kita sedang bermasalah dan kita tidak dapat secara sederhana bahwa kita mengidap gangguan jiwa. Ada banyak faktor yang pembaca harus ketahui dan itu bukanlah perkara mudah dan sangatlah tidak bagus ketika kamu dengan bangga bahwa kamu mengidap “mental illness” karena sudah ada orang yang mengurusi penyakit seperti.
Sudah sangat banyak orang di luar sana yang berkompeten dalam bidang ini daripada kamu self diagnose atas apa yang dialami.
Kita bisa ambil contoh seperti konsultasi dengan psikolog yang “berkompeten”, ingat ya berkompeten. Karena di luar sana juga banyak orang yang berlagak kompeten ternyata tidak kompeten sama sekali dan kamu harus berhati-hati dengan hal ini. Walaupun seperti itu, bukan berarti kamu juga berhak melakukan “self diagnose” dengan alasan apapun. Setidaknya kamu mempunyai orang yang dipercayai dalam hal tempatmu bercerita dan tidak menutup kemungkinan tempat itu adalah orang tua dan juga apabila pembaca adalah orang tua, jangan terlalu menganggap sepele hal seperti ini, karena hal ini adalah hal yang cukup besar jika tidak diatasi.
Ketika kamu tidak dapat menemukan tempat dimana kamu berkeluh kesah, maka jangan pernah merasa hal seperti ini bisa kamu lalui dengan sendirinya. Tetap gunakan dan beranikan diri bahwa kamu butuh orang lain, walaupun orang lain itu bukan keluarga karena bisa saja orang lain tersebut bisa juga psikolog-psikolog yang sudah mempunyai kredibiltas di bidang ini. Jadi kesimpulannya adalah mental illness bukanlah hal yang harus kamu tutupi dan bukanlah hal yang harus takuti untuk dibuka kepada orang lain.
Karena ingatlah “setiap orang punya masalah masing-masing, jadi jangan bersikap kamu tidak punya masalah” dan juga “self diagnose” bukanlah hal yang sangat wajar di dalam dunia “kejiwaan”. Ketika kamu tidak mengidap gangguan kejiwaan, tetapi kamu merasa mengidap gangguan kejiwaan maka hal tersebut bisa menjadi kenyataan karena terus menerus kamu pikirkan dan terus mensugesti bahwa kamu mengidap ini. Maka selalu berpikir positif tentang apapun, bahkan teruslah berpikir positif walaupun itu negatif, jangan sia-siakan pikiranmu yang positif untuk memikirkan hal-hal yang negatif.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”