Nggak Ada yang Salah dengan Kepo, Tapi Kalo Sampai Jadi Obsesi Kamu Harus Hati-Hati

Memang bisa untuk tidak kepo?

Kepo itu nggak ada salah-nya lho! Apa salahnya untuk kita mau tahu dengan kabar teman kita yang sedang sakit? Atau, berusaha untuk membantu teman kita yang sedang sedih. Dengan keberadaan media sosial dan teknologi yang membuat kita semakin terhubung, apakah tidak memberi tahu dunia mengenai suatu hal tentang diri kita menjadi hal yang tabu? Apakah hal tersebut menjadi sebuah kewajiban kalau nggak dibilang kudet?

Advertisement

Semakin mudahnya kita untuk berhubungan antar sesama membuat kita tidak mungkin untuk tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di kehidupan orang lain. Mulai dari tempat liburan kece yang baru saja kita kunjungi bareng pacar sampai konten i woke up like this yang banjir si media sosial setiap harinya. Eksitensi menjadi sebuah hal yang ini dicapai dari semua ini. Baik itu komersil atau tujuan apapun yang ingin seseorang capai. Tentu tidak salah, wong setiap orang punya tujuan masing-masing, kan? Akan tetapi, saat privasi terebut sudah dibagikan ke dunia, apakah mungkin bisa didapatkan kembali? Tentu tidak. Obsesi mereka yang sudah menjadi loyal fans akan haus untuk diberi update mengenai apapun…iya…sekecil apapun itu karena hal tersebut adalah sedikit pengorbanan yang dibuat. 

Pembahasan mengenai privasi yang bisa kita ambil lagi sepertinya menarik untuk diperdalam. Menurut gue hal ini tidak akan terjadi karena itulah yang terjadi saat kita sudah membuka diri kepada dunia. Iya, ngerti kok banyak banget fitur mulai dari close friends, secret chat, dan lain-lainnya, tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang yang di luar sana yang ingin kepo dengan kehidupan seseorang. Sayangnya, privasi menjadi sebuah harta baru karena punya harga yang sama dengan emas. Semakin pribadi dan raw, semakin tinggi nilainya karena dinilai orang tersebut sudah berhasil untuk masuk ke dalam ruang terdalam orang tersebut. Serem nggak tuh? 

Advertisement

Mencari sensasi mulai dari gibahin orang lain hingga menunjukkan sisi fragile individu dengan nangis atau lebih gila-nya lagi tantrum pasti akan memancing banyak orang untuk semakin memenuhi keinginan para calon followers untuk memuja mereka. Akan tetapi, nggak banyak juga yang menggunakan intelektualitas-nya untuk menjadi senjata ajaib. Dengan berbagai alasan yang biasa dimulai dengan "…awalnya iseng…" tapi akhirnya selalu membuahkan mereka menjadi suatu referensi publik atas apa yang mereka bawa di dunia maya. 

Jadi, kalau kita memilih untuk tidak memberi tahu dunia bagaimana? Tidak bukan sebuah pilihan lagi karena mencari pekerjaan saja sekarang sampai melakukan due diligence yang dilihat feed media sosial kita. Nggak itu aja tapi jejak online kita pun juga menjadi remahan yang memberi siapapun petunjuk kecil mengenai kehidupan kita. Menyeramkan? Bagi kamu yang sudah nonton film dari Netflix yang judulnya Black Mirror, hal ini bukan sesuatu yang baru. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini