Untukmu yang pernah menemani hari-hariku selama tiga tahun, aku sangat berterimakasih. Darimu aku belajar banyak hal. Dari mulai berpura-pura percaya saat dibohongi sampai berpura-pura tegar saat dikhianati. Mungkin sangat berat untuk melepasmu, namun kini aku bisa melepasmu dengan ikhlas karena aku yakin dengan melepasmu aku menyelamatkan hatiku yang hampir rapuh karenamu.
Tiga tahun bersamamu bukanlah waktu yang singkat. Dari awal mula pertemuan kita bisa dikatakan semuanya tampak indah, tampak sempurna. Dulu aku sangat berterimakasih pada temanmu yang telah mempertemukan kita. Memang aku yang bodoh, aku yang pertama jatuh cinta padamu, namun entah denganmu benar-benar jatuh cinta padaku atau hanya pura-pura cinta padaku.Â
Saat awal hubungan ini dimulai kamu selalu meyakinkanku untuk menumbuhkan rasa percaya satu sama lain. Memang aku sangat mempercayaimu. Namun rasa percaya itu kamu jadikan bahan untuk bisa membodohiku. Tahun pertama hubungan kita semuanya tampak sangat indah, sampai semua temanku iri karena aku memiliki pasangan yang perhatian juga selalu ada. Aku memang beruntung memiliki kamu. Kamu yang selalu ada saat aku butuhkan, kamu yang selalu perhatian. Meskipun terkadang ada pertengkaran kecil namun itu kita anggap sebagai langkah awal pendewasaan hubungan kita.
Di tahun kedua hubungan kita mulai renggang. Dari yang kita sama-sama sibuk dengan urusan sampai benar-benar tidak ada waktu untuk saling bertukar pikiran. Tapi hubungan kita masih baik-baik saja. Sampai akhirnya menuju tahun ketiga ada penggoda datang.
Aku tidak menghiraukan penggoda itu karena aku yakin kamu bukan tipe orang yang mudah digoda oleh wanita lain. Awal pertemuanmu dengan penggoda itupun sama dengan awal pertemuanmu denganku. Sama sama dipertemukan oleh temanmu. Pantas saja, satu bulan terakhir aku yang selalu ikut kamu nongkrong tidak boleh ikut denganmu. Dan ternyata, kamu bertemu dengan wanita penggoda yang sangat menjadi idamanmu saat itu.
Awalnya aku memang sangat percaya kamu tidak akan tergoda dengan wanita itu, namun aku salah menilaimu. Kamu tergoda dengan wanita yang baru saja kamu kenal itu. Kamu banyak berubah. Kamu selalu mencari alasan saat diajak bertemu. Kita yang awalnya berjanji untuk selalu ada meskipun sesibuk apapun itu perlahan mulai terlupakan. Sampai di ujung tahun ketiga hubungan kita aku melihatmu jalan dengan wanita penggoda itu. Memang rame, memang banyak temanmu tapi haruskah kalian selalu berdua? Dudukpun haruskah kalian berdekatan? Haruskah?
Setelah melihat kejadian itupun aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Bukan tanpa alasan aku mengakhiri hubungan ini, tetapi banyak sekali alasan aku mengakhirinya. Kamu memang sempat menolak untuk mengakhirinya namun akhirnya kamupun mengiyakan itu karena kamu masih mempunyai wanita penggoda itu dan kamu tidak akan rugi kehilangan aku meskipun selamat tiga tahun aku yang menemanimu.
Awalnya memang sulit untuk melupakanmu. Aku akui memang sangat sulit, namun aku berusaha untuk selalu menyibukkan diri agar aku bisa melupakanmu dengan cepat. Namun akhirnya aku sadar, melupakannmu tidak bisa secepat membalikan telapak tangan. Aku butuh banyak sekali waktu. Tapi aku yakin aku pasti bisa melupakanmu. Aku selalu berusaha untuk bisa memaafkanmu dengan ikhlas.
Sampai akhirnya temanmu bilang kamu putus hubungan dengan wanita penggoda itu karena kamu dikhianati. Kamu ingin kembali padaku namun aku menolaknya karena menurutku hubungan yang sudah hancur tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu. Aku ingin kita melupakan hubungan yang pernah kita jalin dan tetap menjalin hubungan silaturahmi sebagai teman. ​​​​​​Dan akhirnya aku sadar, bahwa orang baik akan dipertemukan dengan orang baik pula. Kini aku bisa merelakanmu dengan ikhlas. Seperti kata Fiersa Besari
"Cinta itu bukan melepas tapi merelakan, bukan memaksa tapi memperjuangkan, bukan menyerah tapi mengikhlaskan, bukan merantai tapi memberi sayap"
Terima kasih karenamu aku mendapatkan banyak pelajaran. Kini aku akan lebih mencintai diri sendiri, lebih membahagiakan diri sendiri sebelum mencintai juga membahagiakan orang lain. Bertemu denganmu mungkin bisa kuanggap sebagai sebuah anugerah juga sebagai bencana. Karena banyak kenangan bahagia yang kamu hadirkan dihidupku. Namun ada satu rasa sakit yang tidak bisa aku lupakan yaitu pengkhianatanmu. Tetapi aku sudah bisa memaafkanmu karena aku yakin dengan memaafkanmu hatiku menjadi lebih tenang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”