Pepatah mengatakan bahwa mulutmu harimaumu. Pepatah tersebut masih relevan dengan kehidupan saat ini. Meskipun jaman sudah berubah menjadi serba digital dimana segalanya banyak yang beralih ke media sosial dan komunikasi melalui tulisan yang bisa di sebarkan dan di akses oleh siapa pun yang memiliki media sosial. Namun, tetap saja bentuk komunikasi secara lisan masih kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi kalau komunikasinya secara langsung pasti menggunakan komunikasi lisan. Dan mungkin tanpa kita sadari terkadang kita mengucapkan kata-kata yang menurut kita sepele tapi bisa menjadi petaka bagi diri sendiri maupun orang lain. Mulai dari body shaming, menertawakan orang lain, membicarakan aib seseorang sampai asal-asalan mengomentari kondisi orang lain tanpa mencari tahu apa yang sedang terjadi pada orang tersebut.
"Kamu kok belum ujian sarjana sih. Kamu sih nggak serius mengerjakan skripsinya” (Padahal kita tidak tahu sulitnya penelitian yang sedang di kerjakan oleh teman kita)
“Kamu nggak gaul. Nggak pernah nongkrong bareng teman-teman: (Padahal kita tidak tahu teman kita sedang berhemat supaya tidak memiliki hutang kepada siapa pun).
“Kamu kok kurus banget ya. Jarang makan ya? Atau makanannya tidak bergizi?” (Padahal kita tidak tahu teman kita sudah mencoba berbagai cara untuk menaikan berat badannya tapi belum berhasil).
“Kamu kok belum menikah, padahal teman-temanmu sudah punya anak. Kamu tidak laku ya?” (Padahal kita tidak tahu teman kita sedang membangun karirnya dan menghindari hubungan yang tidak serius).
“Kok kamu belum punya anak. Sengaja menunda punya anak ya?” (Padahal kita tidak tahu betapa banyak usaha yang telah di lakukan seseorang untuk bisa memiliki seorang anak).
“Kok kamu kerja di sana padahal penghasilannya kecil!” (Padahal kita tidak tahu betapa banyaknya usaha teman kita untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok untuknya).
“Kamu kok jualan mulu sih. Pikirannya uang melulu!” (Padahal kita tidak tahu teman kita sedang berusaha mandiri secara keuangan agar tidak membebani orang tuanya).
“Kamu kok jarang bicara? Sering menyendiri pula. Tidak punya teman ya?” (Padahal kita tidak tahu teman kita sedang berusaha menjaga ucapannya agar tidak mengatakan hal-hal bodoh).
“Kamu kok ambis sekali. Hidupnya belajar mulu!” (Padahal kita tidak tahu teman kita sedang berusaha mengejar beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya).
“Kamu berbuat baik karena ingin di puji ya? (Padahal kita tidak tahu teman kita sedang berusaha hijrah dari masa lalunya).
Ya terkadang kita terlalu menganggap sepele ucapan-ucapan di atas karena lumrah terjadi di masyarakat. Sehingga ketika ada orang lain yang tidak terima atau protes kepada kita akibat ucapan kita maka kita langsung menuduhnya sebagai seseorang yang baperan, alay dan terlalu mempermasalahkan hal yang sepele. Padahal kita sendiri tidak pernah tahu apa yang sedang di alami dan di rasakan oleh orang lain. Bisa jadi saat itu seseorang sedang terpuruk dan down mentalnya sehingga membutuhkan bantuan dari kita.
Tapi kita malah mengucapkan kata-kata negative yang membuatnya semakin down. Dan tak jarang akibat kata-kata negatif tersebut menimbulkan kekerasan, adu mulut atau bahkan kasus bunuh diri karena seseorang merasa tidak ada yang memperdulikan dirinya. Ketika ia membutuhkan bantuan dari orang sekitarnya malah semakin di pojokkan dengan berbagai cacian dan tuduhan.
Oleh karena itu mari kita jaga lisan kita agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Apabila ada seseorang yang datang kepada kita dan menceritakan masalahnya, jangan kita salahkan tapi kita bantuan agar orang tersebut bisa bangkit kembali. Karena tidak menutup kemungkinan suatu hari nanti kita akan mengalami masa-masa terpuruk dan membutuhkan bantuan dari orang lain, entah itu bantuan dari orang yang dulu pernah kita bantu maupun dari orang lainnya. Yang pasti jika kita berusaha menolong orang pasti suatu hari akan mendapatkan pertolongan pula.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”