Di antara ragam pilihan terberat dalam kisah hidup anak manusia, barangkali satu di antaranya saat melepas masa lajang. Masa-masa beranjak di tangga hidup menuju pernikahan bukanlah pilihan yang mudah. Engkau harus menghitungnya dengan matang, pertimbangkan dengan baik, haram hukumnya memakai alasan untuk bersenang-senang.
Menikah tidak untuk bermain-main. Apalagi hanya untuk mengejar ketertinggalan, misalnya untuk mengikuti jejak dari teman sebaya yang lebih dulu menikah. Ia tak juga dipakai untuk membantah setiap pertanyaan membosankan dari kerabat dekat dan orang-orang yang tinggal di sekitar rumah, misalnya pertanyaan kapan menikah. Tak semudah itu kawan-kawan.
Menikah itu perkara komitmen. Ia disatukan lewat janji dari sepasang dua anak manusia untuk sehidup semati, baik di waktu sakit dan sehat, di dalam untung dan malang. Janji pernikahan tidaklah serampangan. Ia berasal dari hati. Ia dilandasi oleh komitmen yang kuat dari kedua insan, kemudian memutuskan untuk melangkahkan kaki ke jenjang pernikahan.
Sebelum menikah setidaknya kamu sudah tuntas dengan kesenangan yang ada di dalam diri. Segala sikap yang mementingkan diri sendiri tidak boleh terbawa saat sudah bersama pasangan. Harus dibuang jauh sikap ego yang tak menguntungkan kehidupan bersama.
Saat bersama pasangan kita menemukan karakter diri dari orang yang berbeda. Makanya sebelum memutuskan untuk hidup bersama, sebaiknya masing-masing pasangan saling belajar satu sama lain. Tujuannya untuk melihat sisi baik dan buruk, lalu saling melengkapi demi menutupi kekurangan yang ada.
Memutuskan menikah artinya siap menghadapi segala kekurangan antar pasangan. Buang jauh sikap ingin menang sendiri. Sikap itu justru akan memperparah keadaan. Karena itu, jika saat masih hidup sendiri lazimnya perilaku ingin menang sendiri menonjol, mau tak mau sesudah menikah perlu ditinggalkan.
Saat sudah hidup bersama dengan pasangan, kalian tak lagi dua melainkan satu. Segala keputusan dilahirkan atas kesepakatan bersama. Keputusan sepihak akan menganggu harmonisnya hubungan di antara kedua belah pihak. Ia acapkali merusak hubungan rumah tangga. Pakai hati untuk membuka komunikasi di antara kedua belah pihak manakala hendak mengambil suatu keputusan yang penting.
Menikah juga perkara ekonomi. Karena itu memutuskan menikah tanpa diimbangi dengan dukungan ekonomi, itu akan sia-sia. Besarnya biaya hidup sehari-hari membutuhkan ongkos yang tidaklah kecil. Sebelum memutuskan menikah harus dapat dipastikan punya penghasilan yang pasti, biar dapur tetap mengepul, rumah tangga tetap awet.
Bubar dan tidak hubungan rumah tangga tergantung dari terisi dan tidaknya perut setiap harinya. Sementara untuk kebutuhan yang lain dapat terpenuhi saat perut tak lagi keroncongan. Misalnya kebutuhan untuk membeli make up dan pakaian mode terbaru.
Menikah bukan perkara mudah. Engkau perlu mempersiapkan hati sebaik mungkin. Pilihannya berat. Tak main-main. Pikirkan dengan matang sebelum menuju pelaminan. Menikah bukan ajang untuk balapan, ia ajang untuk seriusan.
Sekarang penulis telah menikah. Sebelum tiba di titik sekarang, saya telah memikirkannya dengan matang. Seluruh perilaku lama selama masa bujang telah ditinggalkan. Sesudah menikah penulis masuk fase terbaru dalam cerita hidup anak manusia sebagai sepasang suami isteri. Kamu harus menyiapkan segalanya dengan baik sebelum mendapat gelar baru, entah sebagai suami atau istri, tak boleh main-main, biar tidak menyesal di kemudian hari.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”