[CERPEN] Mira, Perempuan yang Selama Ini Sosoknya Kucari

Kisah percintaan perempuan yang selama ini kucari.


Ini ceritaku, tentang aku dan perasaanku. Tentang aku dan Mira serta hubungan kami.


Advertisement

Aku hanya seorang mahasiswa biasa. Mira, ia mahasiswi tak biasa. Didapuk  sebagai ketua kelas di matakuliah, juga menjadi asdos di salah satu matakuliah. Bukan main memang.  Sejak kemarin, kelasku yang diketuai oleh Mira mendapat tugas. Rumit, Power Point yang berisi materi pun hilang. Aku sontak meminta lagi pada Mira.

“Mira, masih ada PPT?”

Aku menunggu balasan. Berkali-kali ruang pesannya kulihat. Belum ada respons. Barangkali sibuk.

Advertisement

Beberapa waktu berlalu, akhirnya ia membalas dengan ramah. Dari isi pesannya, tak menunjukkan kekesalan lantaran waktunya sudah kuganggu, yang mungkin dalam benaknya aku tak penting.

“Iya,” jawabnya.

Advertisement

Aku kaget bercampur senang. Rupanya dibalas. Aku kira pesanku akan tenggelam dengan pesan yang menumpuk lainnya.

“Masih ada PPT? Punyaku tak bisa dibuka,”kataku dengan penuh harap, semoga ada.

Aku menunggu kembali. Terus bersabar, menunggu perempuan sibuk itu.

“Ada, sebentar, ya,” katanya, membalas pesanku.

Aku lega. Tugasku akan cepat selesai karena semua materi ada di PPT. Sejurus kemudian 3 PPT yang kumaksud dikirimkan. Bertubi-tubi secara berurutan, bergantian masuk di kolom pesanku.

“Terima kasih, Mira,” kataku.

Esoknya, rupanya Mira mengomentari statusku. Aku kaget. Kaget sekali. Tak biasanya ia mengomentari apa yang aku lakukan.

“Ipaaan, aku padamu!”  katanya mengomentari statusku yang kuunggah di media daring.

Aku senang. Entah, perasaan itu hadir begitu saja. Aneh, tetapi nyata. Benar adanya.

Lambat laun, aku dan Mira semakin dekat. Banyak obrolan di pesan kami, mulai dari hal sepele, hingga masalah pendapat akan suatu hal. Saling bertukar pikiran, pengalaman, dan cerita. Tak hanya itu, ia juga kerap mengabarkan kalau ia akan pergi, ke mana pun dan bersama siapa pun.

“Aku mau pergi ngambil hadiah giveaway waktu itu sama teman laki. Gakpapa, kan?” katanya.

Aku luluh.

“Perempuan yang menyenangkan, juga menghargai,” kataku dalam hati.

Lantas ku iya-kan meski ada rasa cemburu. Ah, tak apa, ia juga memiliki teman untuk dirinya bersosialisasi. Toh, ia juga sering tak mengindahkan lelaki lain, selain daripada aku, pikirku demikian.

Aku dan Mira lantas semakin dekat. Dan semakin hari, aku merasa semakin ada kecocokan bersamanya, meski kami belum pernah bertemu. Iya, kami adalah pelaku long distance relationship. Namun, entah mengapa, hati kami seolah saling mengikat. Lagi-lagi aneh, tetapi nyata. Mira marah padaku antara ia pernah mendapat kabar dari mata-matanya bahwa aku sering genit pada perempuan lain.

“Aku dapat kabar dari mata-mataku, katanya kamu genit sama perempuan,” katanya dengan nada cemas dan ngambek.

Dan dari situ, aku paham, bahwa Mira memiliki kesamaan denganku: pencemburu sejati.

“Enggak, Bu (panggilanku kepada Mira, bermaksud panggilan ibu dosen lantaran ia ingin menjadi dosen). Itu hanya di kelas, dan enggak dengan banyak perempuan. Chattingan sama perempuan lain pun enggak, Bu,” kataku mencoba menjelaskan, meradakan suasana agar tak berantem dan salah informasi. Mira mereda, aku pun demikian. Mulai dari situ aku sadar, rupanya aku dan Mira sama-sama memiliki rasa, seseorang yang kami cari selama ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini