Donor darah bagi sebagian orang bisa jadi hal yang remeh-temeh dan biasa dilakukan berkali-kali. Namun bagi saya, donor darah adalah mimpi yang masih saya kejar hingga kini. Saya ingin sekali bisa donor darah. Karena menurut saya itu adalah bentuk kepedulian terhadap sesama. Yang berdampak besar, membantu menyelamatkan nyawa orang yang membutuhkan. Tanpa keluar banyak tenaga maupun biaya. Sayangnya, donor darah tidak pernah semudah itu. Sudah sejak SMA saya bermimpi untuk mendonor darah, namun hingga dua belas tahun kemudian, saya masih gagal untuk bisa berdonor.
Sudah berkali-kali saya mencoba, namun hasilnya selalu tertolak. Dulu di masa SMA, saya tertolak gara-gara berat badan yang kurang memadai. Karena saat itu berat badan saya di bawah empat puluh kilogram, sementara persyaratan donor darah harus memiliki berat badan minimal empat puluh lima kilogram.
Saat kuliah, saya pun mencoba lagi. Karena waktu itu berat badan saya sudah memenuhi kriteria. Datanglah saya ke salah satu mobil donor darah yang saat itu ada di sebuah lokasi Car Free Day di Surabaya. Namun harapan saya kembali patah, karena untuk kedua kalinya, saya tertolak lagi. Alasannya hemoglobin(Hb) saya rendah. Sementara salah satu persyaratan donor darah adalah Hb normal, yaitu 12,5 g/dL untuk wanita dan 13 g/dL bagi pria. Â
Namun saya pantang menyerah. Tiga tahun kemudian, kemudian saya mencoba donor darah lagi. Saat itu saya bersama dua orang teman sedang jalan-jalan di dalam kota. Pikir kami, akan lebih baik melakukan hal yang bermanfaat juga selain bersenang-senang dan wisata kulineran. Akhirnya pergilah kami bertiga ke kantor Palang Merah Indonesia(PMI) setempat.
Saat itu saya dibuat iri oleh salah satu teman saya yang sudah punya keanggotaan aktif donor darah dan tercatat sering donor. Pikir saya, sehat sekali ya, dia. Dengan percaya diri, saya pun mengisi formulir lengkap, menimbang berat badan dan masuk ke ruang pemeriksaan. Namun di sini, mimpi saya untuk bisa donor kembali tertahan. Lagi-lagi saya ditolak untuk donor darah dengan alasan yang tetap sama, hemoglobin kurang.
Sejak itu sebenarnya saya sudah nyaris menyerah saja pada keinginan untuk donor. Dan menghibur diri dengan pemikiran, mungkin saya sebaiknya membantu orang lain dengan cara yang lain. Namun jujur, dalam lubuk hati saya saya masih ingin mewujudkan satu mimpi itu, setidaknya sekali seumur hidup lah.
Dua tahun kemudian, saya berkesempatan mengobrol dengan salah satu dokter yang bertugas di PMI. Saya pun menceritakan keluhan saya. Dan saya bertanya banyak hal, terutama penyebab kenapa hemoglobin saya selalu kurang. Dokter pun memberikan beberapa penjabaran. Diantaranya karena penyakit tertentu dan juga asupan beberapa nutrisi yang kurang.
Hemoglobin merupakan salah satu sel protein yang kaya zat besi yang terkandung dalam sel darah merah yang fungsinya untuk mengikat oksigen dalam darah. Akibat tubuh yang kekurangan hemoglobin adalah anemia, yang memicu sejumlah gangguan kesehatan lain.
Dari situ saya pun mulai mengkoreksi apa sebenarnya yang salah dari tubuh saya dan bagaimana mengatasinya. Saya banyak membaca situs kesehatan. Di sana disebutkan bagaimana mengatasi Hb yang rendah, mulai dari periksa ke dokter untuk mencari penyebab pasti, melakukan beberapa terapi hingga menambah asupan zat besi, folat dan B12. Namun untuk pilihan satu dan dua, saya masih takut-takut untuk periksa. Karenanya, langkah awal saya fokus dulu ke perbaikan asupan makanan.
Dalam beberapa literatur yang saya baca, banyak makanan yang bisa meningkatkan asupan zat besi, folat dan B12. Diantaranya yaitu hati, daging, makanan laut, sayuran hijau, kacang- kacangan serta sereal. Saya pun terkejut dan agak menyesal setelah mengetahui itu karena pilihan makanan di atas memang jarang saya konsumsi. Beberapa karena saya tidak suka atau memang gaya hidup anak kos-kosan yang lebih banyak makan-makanan yang kurang sehat. Saya pun mulai menyimpulkan sendiri, apa iya, karena saya kekurangan asupan-asupan tersebut selama ini?
Dari situ, saya pun mulai belajar untuk memperbaiki pola asupan makanan saya. Sesederhana berupaya keras agar setidaknya dalam sehari ada sayuran hijau dalam menu makanan saya. Mengganti camilan dengan kacang-kacangan yang selain sehat juga rendah kalori, mencoba membiasakan makan-makanan laut dan ikan seperti saran Ibu Susi Pudjiastuti, meskipun tidak begitu suka dan mencoba makan hati ayam dan daging lebih sering.
Saya juga memiliki keinginan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi dan penambah darah. Hal ini karena saya sendiri merasa saya memiliki anemia. Kecurigaan saya ini disebabkan oleh beberapa faktor yang jelas namun sering saya abaikan. Seperti tubuh saya yang selalu merasa lemas, lunglai, susah berkonsentrasi. Dan ini bertahun-tahun dan saya abaikan saja meskipun saya merasa ada yang salah. Saya juga suka sekali mengunyah es batu yang belakangan saya ketahui, menurut sumber literatur, kegemaran ini berkaitan dengan anemia defisiensi besi.
Namun saya tidak mau terlalu cepat menjustifikasi apalagi hanya dengan menduga-duga. Karenanya saya juga berencana untuk melaksanakan serangkaian pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui masalah saya juga adakah gangguan kesehatan atau kendala kurang darah lain yang saya alami. Dan menerima saran dokter apakah diperlukan nantinya untuk mengkonsumsi suplemen penambah darah dan zat besi juga menjalani terapi jika diperlukan.
Sembari itu, saat ini saya benar-benar bertekad untuk memperbarui asupan makanan. Sehingga selama proses tes hingga jika memungkinkan terapi nanti, tubuh saya semakin fit dan sehat dan setidaknya mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Dan, dengan harapan besar agar nanti saya tidak tertolak lagi donor darah, Â dengan fisik yang lebih sehat. Â Â Karena mimpi saya untuk bisa donor darah masih ada dan tetap bergelora, hingga kapan pun. #SehatSamaSama #HipweexNI
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”