“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Kalimat yang diungkapkan Bapak Proklamator Indonesia ini pasti sudah sering terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Mungkin juga ada yang menganggap kalimat ini basi, karena sudah banyak disatir baik oleh tokoh-tokoh penting ketika berpidato atau oleh masyarakat biasa. Namun tidak bagi penulis, kalimat itu punya makna tersendiri dan tidak akan pernah basi meski sudah berpuluh-puluh tahun terucap.
Lalu, mengapa bagi penulis kalimat itu tak akan pernah basi? Sejalan dengan ungkapan tersebut pemuda adalah ujung tombak suatu bangsa, masa depan sebuah bangsa dapat diprediksi dari pemudanya. Pemuda yang mempunyai mimpi dan berani berjuang untuk mewujudkannya. Maka tak salah bila 10 pemuda saja dapat mengguncangkan dunia, dengan pemikiran dan terobosan barunya.
Penulis sendiri merupakan salah satu pemuda yang sedang berjuang meraih mimpi di masa muda. Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, berkeinginan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Bukan tanpa sebab, melihat pendidikan di Indonesia yang belum merata, fasilitas pendidikan yang kurang baik, tenaga pendidikan yang belum sepenuhnya sesuai, menumbuhkan keinginan untuk memperbaikinya di masa depan.
Ketika membaca, mendengar dan melihat fakta bahwa anak-anak di pedalaman tidak mendapatkan pendidikan yang baik, muncul rasa empati. Anak-anak di pedalaman bersemangat untuk belajar tetapi faktanya anak-anak kota yang terfasilitasi untuk mengemban pendidikan masih ada yang menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Beberapa langkah yang dilakukan penulis untuk mengejar mimpi tersebut adalah dengan memperdalam ilmu di bangku pendidikan tinggi sebagai bekal. Untuk memperbaiki dan memajukan pendidikan di Indonesia tentu saja bukan perkara yang mudah, diperlukan kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak. Maka yang selanjutnya dilakukan adalah belajar menjadi seorang peneliti muda. Mendengar kata ‘Peneliti’, di telinga masyarakat awam pasti yang dipikirkan adalah meneliti tentang kandungan suatu zat, bakteri, virus dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bidang eksakta.
Padahal penelitian bidang sosial juga sangat dibutuhkan dewasa ini, apalagi dengan perkembangan teknologi yang pesat maka dunia sosial juga mengalami perubahan. Oleh karenanya penelitian sosial dapat dikatakan menempati posisi penting saat ini, tidak kalah dari penelitian eksakta.
Menjadi seorang peneliti mempunyai banyak manfaat, selain dapat menemukan solusi baru untuk suatu permasalahan, juga dapat menambah sumber literasi bagi masyarakat. Indonesia sendiri tergolong ke dalam negara yang publikasi sumber literasinya masih rendah, artinya peneliti masih sangat dibutuhkan untuk menambah sumber literasi tersebut. Menjadi seorang peneliti juga memerlukan pengorbanan dan waktu untuk belajar.
Langkah yang diambil penulis untuk menjadi seorang peneliti salah satunya dengan belajar penelitian sejak di bangku kuliah. Membuat karya Ilmiah, mengikuti kegiatan-kegiatan menulis, berpartisipasi dalam kompetisi kepenulisan dapat melatih kepekaan dan daya kritis. Menjadi seorang peneliti di bidang sosial harus memiliki kepekaan terhadap dunia sosial dan bisa berpikir kritis mengapa hal tersebut dapat terjadi sehingga nantinya dapat menemukan solusinya.
Bukan hal mudah untuk melakukan hal seperti di atas, untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang peneliti muda, diperlukan manajemen waktu yang baik. Harus bisa membagi waktu untuk mengikuti kelas perkuliahan, kegiatan di luar jam perkuliahan dan tentunya berpartisipas dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk menjadi seorang peneliti. Dengan belajar menjadi seorang peneliti sejak dini, penulis yakin bisa mewujudkan mimpi menjadi seorang peneliti muda. Melalui penelitian, akan membuka mata masyarakat tentang bagaimana sesungguhnya pendidikan di Indonesia. Hasil penelitian nantinya bisa menjawab mengapa pendidikan yang mendapatkan subsidi paling banyak dari APBN tetapi tidak maksimal hasilnya.
Berproses mengejar mimpi membutuhkan kekuatan jiwa dan raga, tidak bisa dipungkiri masa muda menjadi penentu untuk mencapai impian. Pemuda berada di fase pertumbuhannya sehingga membutuhkan nutrisi yang baik. Menjadi mahasiswa yang aktif dalam organisasi dan kompetisi, pasti kerap menemui situasi-situasi ‘hectic’. Sedang banyak tugas kuliah, program kerja di organisasi juga berjalan, ditambah kompetisi-kompetisi penelitian dan kepenulisan secara bersamaan, tak jarang menyebabkan mahasiswa jatuh pingsan atau dilarikan ke UGD.
Waktu yang tersita dalam banyak kegiatan menjadikan mereka kurang istirahat dan lupa makan. Nutrisi yang masuk ke tubuh tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan untuk beraktivitas. Maka dari itu untuk mengejar mimpi di masa muda, seorang pemuda bukan hanya perlu belajar tetapi juga butuh nutrisi untuk mendukung proses belajar.
Begadang menjadi teman setia penulis, di masa pandemi seperti ini belajar dengan teman yang juga mempunyai ketertarikan di dunia penelitian menjadi susah. Dulunya yang sering diskusi-diskusi santai di ruang sekretariatan ukm, kini hanya bisa diskusi melalui tatap maya. Tetapi hal ini tak mengurungkan niat untuk terus belajar, menjadi kebahagiaan tersendiri ketika dapat bertukar pikiran dengan teman yang memang se-frekuensi dengan diri sendiri. Berlatih tentang kepenulisan dan penelitian melalui program kreativitas mahasiswa menjadi salah satu jalan untuk melatih berpikir kritis dan menghasilkan sebuah karya.
Asupan nutrisi menjadi hal yang tidak boleh dilewatkan oleh orang yang sering begadang bila tidak ingin sakit. Begadang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan asupan nutrisi yang bergizi dan mengatur waktu istirahat yang cukup. Bisa dikatakan ada waktu lain untuk mengganti waktu istirahat yang digunakan untuk begadang.
Pola hidup sehat dengan memakan makanan bergizi jarang dilakukan oleh mahasiswa dengan alasan waktu atau budget yang harus dihemat agar bisa bertahan sampai akhir bulan. Akhirnya mereka sering makan yang tidak sehat seperti junkfood, gorengan, es yang manis dan makanan tidak sehat lainnya. Padahal jika ingin menerapkan pola hidup sehat dengan makanan bergizi tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal. Misalnya saja daripada membeli Boba Ice yang digemari banyak anak muda padahal tidak sehat bila dikonsumsi berlebihan, lebih baik menggantinya dengan jus buah. Harga dari kedua jenis minuman ini juga hampir sama atau bahkan lebih mahal Boba Ice.
Mengkonsumsi makanan bergizi sangat penting dilakukan untuk menunjang aktivitas yang menuntut untuk berpikir kritis. Menjadi peneliti di bidang sosial dibutuhkan pemikiran-pemikiran kritis karena yang dihadapi adalah permasalahan-permasalahan sosial yang selalu berkembang. Apalagi permasalahan pendidikan yang setiap tahun selalu muncul dan susah untuk ditangani. Menjadi seorang peneliti khususnya di bidang pendidikan adalah mimpi yang ingin diwujudkan oleh penulis. Harapannya hasil dari temuan bisa membantu untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia. Melihat putra-putri Indonesia tersenyum mengemban pendidikan adalah mimpi indah di masa muda yang selalu didambakan penulis.
#MimpiMasaMuda #SehatSamaSama #HipweexNI
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”