Bagaimana rasanya ketika sudah berjuang menyusun rencana sedemikian rupa, tapi ternyata dalam prosesnya justru kita harus legowo menerima kenyataan tidak bisa meneruskannya atau bahkan harus merelakannya? Demikian juga dengan mimpi yang selama ini aku juga mungkin kalian perjuangkan sejak lama tapi harus direlakan karena berbagai hal; salah satunya adalah karena keterbatasan biaya.
Inilah singkat cerita perjalananku bisa meraih mimpiku meski jalannya berbeda dengan rencana awalku.
Lulus SMA tahun 2013, saat teman-temanku duduk dibangku kuliah di jurusan serta universitas pilihan mereka, aku harus belajar mencari uang untuk membantu keluarga. Bukan. Ini bukan kekangan dari orangtuaku, tapi setidaknya aku tidak menganggur setelah lulus SMA kala itu. Dua setengah tahun telah terlewati, seharusnya rencana awalku resign dari pekerjaan sebelumnya untuk kuliah di universitas terbuka. Tapi, mimpi itu harus kutunda lagi. Bulan Februari tahun 2016 setelah resign, aku bekerja di toko milik jemaat gerejaku sampai sekarang, yang mana ada fasilitas komputer; yang membuatku bisa menemukan hobiku waktu kecil dulu yaitu menulis.
Akhir tahun 2017, seingatku waktu itu Hipwee lagi ngadain kompetisi dengan tema hari Ibu, aku mencoba mengirimkan tulisanku. Awalnya aku ragu, minder dan ngerasa tulisanku belum apa-apa dibanding kontributor yang lain. Tapi, perlahan dengan berjalannya waktu, aku pernah dapat predikat kontributor terbaik. Bahkan aku juga pernah dapat kesempatan mengisi kelas menulis online di Hipwee community. Waktu itu aku diminta mengisi tentang sharing perjalananku bisa menerbitkan buku tunggal.
Kalau diceritain pasti tidak cukup ditulis di sini. Yang pasti aku tidak pernah menyangka mimpiku bisa memiliki buku tunggal sendiri, yang awalnya hanya mimpi kini bisa menjadi kenyataan. Bahkan sekarang rasanya masih seperti mimpi. Meski memang membutuhkan biaya mengikuti workhsop dari penerbitku saat itu, tapi itu tidak seberapa kok dibanding dengan biaya serta hal lain yang sudah dikeluarkan untuk membantuku menelurkan buku tunggalku.
Dalam benakku aku bertanya: "Apakah ini mimpi yang Tuhan maksud? Apa ini cara lain Tuhan mewujudkan mimpiku?"
Iya. Mungkin kalian bertanya: "Kenapa tidak memanfaatkan jalur beasiswa saja saat itu?"
Sebelum kalian bertanya seperti itu sebenarnya aku sudah bilang begitu berkali-kali ke ibuku. Tapi apa mau dikata, aku harus tetap pada keputusan ibuku. Yang mana aku tetap tidak bisa kuliah. Terlahir dari keluarga broken home mungkin membuat ibuku tidak mau sampai ada kecemburuan dari saudara tiriku. Atau mungkin ada alasan mendasar lain, sampai saat ini aku juga belum tahu. Yang pasti kalimat apapun yang sudah kuutarakan untuk meyakinkan ibuku, serta prestasi yang sudah aku dapatkan dari sejak kecil belum cukup membuat keputusan ibuku berubah. Alhasil sampai sekarang ini aku pun masih tetap bekerja dan masih belum bisa kuliah di usia hampir 26 tahun di bulan April ini.
Keinginan untuk kuliah masih tetap ada, kok. Namun, seiring berjalannya waktu, karena hobiku menggambar, membuatku justru ingin menjadi seorang ilustrator yang membuka usaha sendiri sembari bekerja saat ini, dengan rencana kedepannya ketika aku sudah tidak bekerja lagi sebagai karyawan. Terbukti sudah ada lumayan banyak dari teman-temanku yang sudah memesan gambar dariku. Uang itupun aku pakai rencananya membeli laptop. Tapi belum sempat uang tabungan itu terkumpul, ada seorang jemaat gereja yang memberikan notebook milik anaknya padaku. Tidak menyangka sama sekali, Tuhan justru memberi dengan cara lain. Uang tabungan itu pun masih aku perjuangkan; kukumpulkan sedikit demi sedikit untuk membeli Ipad guna menggambar secara digital.
Kabar baiknya, meskipun mimpi awalku menjadi seorang guru secara formal di sekolah belum bisa tercapai sampai saat ini, tapi Tuhan memberikanku kesempatan mengajar di gereja; tepatnya menjadi pembimbing remaja; guru sekolah minggu. Cara lainnya Tuhan menjawab doa manusia memang tidak bisa ditebak. Prosesnya memang tidak mudah. Meski gajiku sekarang masih jauh dari UMR, tapi Tuhan memberikan berkat lain melalui buku, tulisanku serta hasil menggambarku; yang terlebih utama karyaku itu bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
Aku juga tidak menyangka, seorang kak Dwitasari penulis novel bahkan ada yang sudah difilmkan, membalas mention dan sempat DM-an denganku beberapa waktu lalu. Bahkan tak pernah kusangka dia justru tahu kalau aku adalah salah satu kontributor Hipwee, padahal sebelumnya aku tidak mengenalkan diriku sebagia kontributor Hipwee. Katanya ia pernah membaca karyaku di Hipwee juga.
Entah bagaimana cara unik Tuhan yang membuatku terpesona dan bahkan tak percaya; yang awalnya membuatku putus asa akan masa depan, ternyata Tuhan ingin aku bukan hanya bisa meraih mimpi, melainkan ingin aku bisa belajar dari setiap proses beratnya.
Teruntuk teman-teman semua yang masih berjuang meraih #MimpiMasaMuda, bersama #HipweexNI mari kita wujudkan bersama dengan memikirkan kesehatan tubuh kita juga. Apalagi dimasa pandemi ini. Selain nutrisi dan asupan makanan yang bergizi, mengkonsumsi TTD (Tablet Tambah Darah) seminggu sekali; terlebih untuk remaja putri dan wanita dalam proses pertumbuhan dan mencegah Anemia sejak dini.
Dalam rentang waktu 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah minum TTD, hindari mengkonsumsi teh, kopi, juga susu, ya. Karena minuman-minuman tersebut membuat zat gizi yang terserap dalam tubuh tidak bisa maksimal. Karena meraih mimpi juga butuh tenaga untuk tetap fokus ke depan meski banyaknya rintangan yang menghadang.
#SehatSamaSama meraih #MimpiMasaMuda bersama #HipweexNI. :-)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”