Ini harus kuutarakan, meskipun tidak langsung kepadamu. Kata-kata yang terngiang dalam kepalaku harus ku lampiaskan, jika tidak ingin berakhir meradang di hatiku. Ini adalah kata-kata yang tak pernah berhasil kau dengar, yang tak pernah bisa ku katakan secara lantang. Semua ini benar adanya, tidak ada yang aku tutupi. Tak peduli seberapa keruhnya hatiku saat ini, aku masih bisa dengan tegar menyusun semua ini, untukmu.Â
Jauh sebelum hari ini tiba, aku tidak pernah mempersiapkan untuk kehilanganmu. Jauh sebelum kamu berjalan menjauh, aku tidak pernah berpikir harus melepaskanmu. Jauh sebelum kita berubah, aku tidak pernah melihat masa depanku tanpa kamu. Keyakinanku padamu tak berhenti begitu saja, meskipun kamu tak lagi denganku. Kebanggaanku pada masa depanku tak berubah begitu saja, meskipun bukan aku lagi yang mengiringinya. Keinginaku untuk melihatmu bahagia tak hilang begitu saja, meskipun bukan aku lagi yang menjadi alasan kebahagianmu.
Aku pikir, apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak akan bisa dipisahkan oleh manusia. Tapi aku lupa, bahwa tidak ada hal yang terjadi tanpa ijin-Nya. Mungkin waktu kita bersama memang tidak untuk selamanya, mungkin cinta memang ada masa kadaluarsanya. Tapi sesungguhnya hatiku ingin menolak mempercayai kata-kata itu.
Aku mengerti, cinta akan berubah seiring lamanya waktu kita bersama. Cintaku pun sudah tidak semurni dulu. Tapi bukan berarti aku jadi berhenti mencintaimu. Cintaku berubah jadi pengertian, berubah jadi kesabaran. Cintaku mendewasakan aku, di hubungan kita yang tak selalu indah.Â
Ketika tau hatimu tidak lagi ada untukku, aku tidak bisa marah. Aku hanya menyesali, kenapa aku begitu buta. Kenapa aku tidak bisa menyadari bahwa kamu tidak bahagia denganku. Kenapa aku tidak mengerti bahwa aku bukan lagi masa depanmu. Lalu kamu sadarkan aku dengan sebuah pengkhianatan. Setiaku kamu kalahkan dengan kehadirannya. Pengorbananku seakan menguap, hilang tak berarti. Kesabaranku tak lagi jadi pemenangnya.Â
Harusnya aku membencimu kan? Setelah memaksaku menjadi kuat sendirian. Setelah menyadarkanku bahwa kita tidak lagi ada. Harusnya aku mengutukmu, berdoa agar Tuhan membalaskan sakit hatiku. Tapi yang ku lakukan justru kebalikannya.
Aku berterima kasih kepadamu, karena sudah mengkhianatiku, karena sudah melepaskanku, karena sudah menyadarkanku bahwa kamu bukanlah laki-laki yang seharusnya kuberikan tenaga, cinta, dan waktu secara percuma.Â
Sesungguhnya tidak ada lagi amarah, tidak ada lagi kecewa yang tersisa. Melihatmu begitu cepat menggantikanku, membuatku sadar bahwa tak ada gunanya menangisi kepergianmu. Hanya saja kamu harus tau, semua yang kamu miliki saat ini adalah hadiah dari Tuhan atas doa yang aku panjatkan setiap malam.
Seharusnya kamu paham, bahwa tidak ada yang bisa sesabar aku, mengikuti semua kemauanmu hingga mengorbankan mimpiku sendiri. Seharusnya kamu bisa melihat, kehadirannya ada saat kamu sudah memiliki segalanya. Memang menyenangkan berada di puncak, tapi tidak semua wanita mau berjalan beriringan dari bawah.Â
Aku harus melepaskanmu, mengikhlaskan segala rencana yang pernah aku susun untuk kita di masa depan. Aku harus merelakan kepergianmu, membiarkan kamu memilihnya dan bahagia bersamanya. Mungkin saat ini, hanya aku yang terluka. Hanya aku yang diam-diam membunuh waktu dengan berdoa untukmu. Hanya aku yang masih menitipkan penjagaanmu pada Tuhan.
Tapi, mungkin saja suatu saat nanti, kamu akan kembali. Menyadari betapa kamu membuat aku merasa tersia-siakan. Mungkin saja suatu saat nanti, Tuhan akan menyentuh hatimu lagi. Hingga saatnya tiba, akan kubiarkan kamu menjadi miliknya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”