Orang tua yang ditinggal pasangannya, akan merasa kesepian. Entah ibu atau ayah, apalagi ditinggal ketika usia senja. Lagi enak-enaknya menikmati hidup berdua. Ketika anak-anak sudah pada menikah, ditinggal sorangan adalah kesepian yang panjang.
Usia lanjut, keseharian dipenuhi dengan hal-hal yang menyenangkan. Ngobrol dengan keluarga, jika semua anaknya sudah menikah dan tinggal di tempat berbeda, maka pasanganlah teman setiap saat. Membicarakan kenangan masa lalu adalah materi yang tidak pernah habis. Sesekali menghibur diri ketika ada teman seusianya meninggalkannya selamanya.
Hubungan dengan pasangan ketika usia senja bukan lagi berlandaskan ego. Tetapi saling pengertian dan menjaga perasaan masing-masing agar tetap nyaman. Seolah teman satu-satunya yang paling memahami. Ketika akhirnya meninggalkan salah satu, maka kesepian yang tebal dirasakannya. Hari-harinya tanpa obrolan dan canda, menambah tubuh sering mengaku renta dengan rasa nyeri dan sakit yang tiba-tiba menghinggap.
Menyampaikan keinginan menikah lagi, bukanlah hal yang mudah bagi beliau. Ada rasa malu. Tetapi jika kesepian it uterus menyelimuti, bukan hal mustahil akan memperpendek sisa usia. Alasan utama sebenarnya butuh teman. Materi, tidak perlu banyak lagi, apalagi sudah tidak membiayai anak-anak. Bersenang-senang, sudah kenyang waktu usia produktif. Butuh teman yang sepemikiran, yang nyambung dan enak diajak ngobrol, bahkan hingga larut malam.
Sebagai seorang anak, seyogyanya memahami kebutuhan orang tua. Melarangnya menikah dengan dalih cukup bermain dengan cucu untuk mengisi sepi, hanyalah memenjarakan hatinya pelan-pelan. Memasung senyum hatinya. Bukankah orang tua sudah merestui pernikahan semua anaknya tanpa syarat yang pelik pula? Pasti tujuannya ingin membahagiakan anak bersama pilihannya.
Keuntungan ketika orang tua menikah (lagi) salah satunya meremajakan hatinya. Beberapa saat kita sodorkan kondisi yang berbunga-bunga ketika bersama pasangan baru pilihannya. Selain itu, cucu-cucunya semakin senangdengan kehadiran kakek nenek yang lengkap, tidak lain karena mendapat uang tambahan jajan. Anak pun tidak lagi cemas, karena setiap hari sudah ada yang menemani beliau.
Restu dan dukungan yang beliau perlukan, bukan lagi modal seperti ketika anaknya menikah. Jika bisa menghadirkan keluarga utuh yang lebih bahagia, mengapa harus menahan izin yang semata hanya ego tidak mau kehilangan orang tua? Justru dengan merestuinya maka kebahagiaan dan bangga terpancar dari beliau, sehingga kelihatan betapa dewasa dan bijak anak-anak hasil dari didikannya dahulu. Senyumnya akan memperpanjang usia. Mati pun, dalam bahagia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”