Kehidupan yang dinamis dari zaman ke zaman menghadirkan perubahan ekstrem, mulai dari gaya hidup, selera, kebiasaan, lingkungan sosial, hingga norma yang berlaku. Insan masa kini pun terbentuk dari generasi sebelumnya melalui adaptasi sosial yang berbeda jika dibandingkan dengan generasi tua puluhan, ribuan, atau bahkan ratusan ribu tahun silam.Â
Tanpa menepis realitas, karakter yang dihasilkan juga berbeda antara generasi satu dengan lainnya. Dari segi manusia produktif, memang generasi saat ini terlihat lebih maju, nonkonvensional, alias modern. Namun, ketika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, perubahan yang mencengangkan bukan lagi sekadar fiktif belaka.
Beberapa tahun belakangan muncul berita kasus kenakalan remaja maupun kasus kejahatan hingga pembunuhan. Tawuran, klitih, geng motor, kasus perkosaan, dan kasus lainnya tak jarang menunjukkan bahwa pelaku utamanya adalah remaja, tonggak pembangun bangsa Indonesia.
Pelaku kejahatan pantas untuk mendapatkan hukuman yang setimpal. Namun, beberapa kasus melibatkan anak di bawah umur, khususnya remaja yang masih memiliki masa depan panjang. Mereka terjebak krisis identitas dalam pencarian jati dirinya.Â
Dengan berbagai delima permasalahan keluarga mereka, institusi pendidikanlah yang menaungi dan menggenggam tangan mereka menuju jalan masa mendatang. Tak disangka, musibah melanda, memaksa hampir seluruh sekolah ditutup demi memutus mata rantai penyebaran corona.Â
Guru dan lingkungan teman di sekolah yang memegang peran penting dalam pembentukan moralitas insan muda ini bak sirna beberapa saat. Semua orang bisa menjadi guru, tetapi belum tentu bisa mendidik dan menghasilkan manusia yang berakhlak mulia, termasuk orang tua atau keluarganya.Â
Menapaki kilas balik kenakalan, menurut psikolog, Irma Gustiana saat diwawancarai dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi, faktor paling penting penyebab kenakalan remaja datang dari keluarga. Keluarga berperan mengajarkan nilai-nilai sosial dan konsep moralitas sejak dini. Selain itu, ia juga mengemukakan perbedaan kenakalan remaja sekarang dan dahulu.Â
Dulu, sistem sosial lebih kepada diri anak sendiri yang memengaruhi bagaimana anak itu dibentuk. Kebanyakan kasus kenakalan remaja zaman dahulu masih sebatas bolos sekolah atau tawuran. Sementara itu, sekarang, sistem sosial melebar ke arah digitalisasi. Akses informasi didapatkan dengan mudah melalui gadget. Permainan online dan waktu anak bermain game di layar meningkat, terutama ketika pembelajaran daring digencarkan. Setelah beralih ke pembelajaran jarak jauh, lambat laun kejenuhan secara mental terjadi sehingga rata-rata memilih gadget sebagai alat penghibur keletihan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”