Mens Sana Incorpore Sano, Sudahkah Anda Sehat Jiwa?

Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Apakah benar demikian adanya?

Frase yang sering sekali digunakan dalam konteks olahraga dan pendidikan ini memiliki makna yang sangat penting. Berawal dari Juvenal, seorang penyair Romawi kuno yang menuliskan Satire X, sebuah kumpulan puisi satir untuk menyebarkan pemahaman kepada para masyarakat Romawi kuno bahwa doa-doa kepada Tuhan untuk memiliki umur panjang bukanlah sesuatu yang tepat sasaran jika ingin berdoa. Frase ini pada akhirnya mengalami perubahan konteks seiring dengan perkembangan jaman, sehingga saat ini cukup sering dikaitkan dengan konteks olahraga maupun pendidikan.

Advertisement

Pada dasarnya, jika menelaah lebih lanjut dari apa yang dituliskan oleh Juvenal dapat dilihat bahwa belum tentu dalam tubuh (fisik) yang sehat terdapat jiwa yang juga sehat, dan kedua hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tubuh perlu dalam keadaan sehat agar jiwa juga sehat dan begitu juga sebaliknya. Jiwa perlu dalam keadaan yang sehat agar tubuh juga dalam keadaan yang sehat. 

Tanpa kita sadari, terkadang kita merasa baik-baik saja secara fisik. Tidak luka, tidak memar, atau tidak memiliki masalah lainnya yang terlihat secara fisik. Dengan kata lain terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah, bahkan kita masih bisa tersenyum ataupun tertawa. Tetapi terkadang kita lupa bahwa mungkin jiwa kita sedang tidak dalam keadaan yang baik. 

Tidak percaya? Sekarang jika seseorang bertanya kepada Anda “Apa kabar?”, biasanya apakah jawaban Anda? Mayoritas mungkin akan berkata “Baik”, padahal bisa saja saat itu sedang stres memikirkan pekerjaan yang sudah tenggat waktu. Kata baik ini selain menjadi sebuah jawaban yang menggambarkan sopan santun, juga sebuah jawaban yang lebih menyatakan keadaan fisik seseorang di saat itu. 

Advertisement

Contoh lainnya adalah ketika kita mengalami masalah dan mengalami stres, terkadang kita bisa sampai merasakan sensasi sakit di bagian tubuh tertentu yang tidak ada penjelasannya secara medis. Secara fisik, ya akan terlihat baik-baik saja sebetulnya dan tidak ada penjelasan medis mengenai penyebab sakit di bagian tubuh kita itu. 

Sehingga rasa-rasanya, penggalan frase yang pernah ditulis oleh Juvenal dalam Satire X tidak hanya cocok dalam konteks olahraga maupun pendidikan, tetapi juga cocok sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kedua contoh di atas hanya merupakan sebagian kecil dari apa yang kita alami dalam kehidupan kita sehari hari. 

Advertisement

Melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2013, tercatat bahwa prevalensi masyarakat Indonesia untuk mengalami gangguan kesehatan jiwa sebesar 1,7 per mil atau dengan kata lain 1-2 orang dari 1.000 penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Angka yang cukup besar jika kita mau menghitung seluruh populasi penduduk Indonesia. 

Angka yang Terus Bertambah

Setiap tahunnya data masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan jiwa terus bertambah. Dari data Riskesdas tahun 2007 tercatat bahwa prevalensi masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan jiwa sebesar 11,6 persen dan belum setinggi prevalensi data di tahun 2017. Lalu hal apa yang menyebabkan angka ini terus bertambah setiap tahunnya? Salah satu penyebabnya adalah belum adanya kesadaran bahwa kesehatan jiwa atau kesehatan jiwa juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Jika kita ingin mengacu kembali pada frase Mens Sana Incorpore Sano, dan hubungan antara fisik-jiwa tidak bisa dipisahkan, maka jangan-jangan selama ini kita juga cukup sering menyalahartikan frase yang telah dituliskan oleh Juvenal tersebut. Sering kali kita tidak menyadari bahwa kesehatan jiwa kita juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Selama kita tidak merasakan kendala fisik, sering kali kita artikan bahwa keadaan kita sedang baik-baik saja. Padahal jika kita melihat kembali contoh di atas, sebenarnya keadaan jiwa kita tidak dalam keadaan yang baik. 

Cukup sering kita mengabaikan kondisi-kondisi seperti ini, sehingga ketika kita menyadari bahwa kesehatan jiwa kita terganggu sudah dalam tahap yang memerlukan pertolongan profesional. 

Penyadaran Publik

Kesadaran akan kesehatan jiwa juga berhubungan dengan pandangan masyarakat mengenai gangguan kesehatan jiwa. Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa gangguan kesehatan jiwa adalah gangguan atau penyakit-penyakit kejiwaan berat seperti skizofrenia, bipolar, ataupun psikopat. Padahal sebenarnya penyakit gangguan kejiwaan ada banyak, bahkan depresi juga masuk ke dalam penyakit gangguan kejiwaan.

Pandangan masyarakat yang masih sangat awam mengenai kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan jiwa menyebabkan stigma pada orang-orang yang memang membutuhkan pertolongan profesional. Bahkan terkadang menghambat orang-orang yang sudah merasa membutuhkan pertolongan profesional menjadi ragu untuk mengakses pertolongan tersebut, karena khawatir akan mengalami perundungan dan di label gila. 

Berbicara mengenai kesehatan mental adalah tanggung jawab semua pihak. Sehingga kita tidak dapat menyalahkan satu pihak saja ataupun membebankan tanggung jawab kepada salah satu pihak saja. Bagi masyarakat yang sudah mengetahui mengenai pentingnya kesehatan jiwa, juga dapat mempromosikan dan melakukan advokasi kepada rekan-rekan kerjanya maupun di luar lingkungan kerja mengenai pentingnya memahami kesehatan jiwa. Jika tidak dimulai dari kita, siapa lagi yang akan memulainya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jane L. Pietra, seorang dosen muda Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya, yang senang berbagi ilmu. Selain bidang psikologi yang digelutinya, punya minat dalam bidang seni dan budaya.