Setiap suku dan budaya dari suatu negara memiliki ciri khas dan kepribadian masing-masing. Di Negara Kangguru, suku Aborigin cukup terkenal dan sangat dihargai. Kenapa tidak, karena mereka adalah suku asli di negara tersebut. Pemerintah Australia cukup bijaksana dan sangatlah menghormati keberadaan suku Aborigin.Â
Di Australia Barat, lebih tepatnya di Port Hedland kalian dapat melihat dan berinteraksi langsung dengan Suku Aborigin. Namun tidak seperti ekspektasi kalian yah, dimana mereka tidak berpakaian, tidak mengenal teknologi, atau bahkan tidak dapat beraktivitas seperti warga Australia lainnya.Â
Port Hedland adalah sebuah kota pelabuhan kecil, jaraknya kurang lebih dua jam dari Perth dengan menggunakan pesawat. Populasi disana tidak terlalu padat namun cukup bervariasi, kalian dapat menemukan banyak orang asia yang datang untuk bekerja atau memang terlahir disana.
Memiliki keluarga yang tinggal di Port Hedland adalah hal yang luar biasa buat saya, saya dapat melihat langsung dan berinteraksi dengan mereka warga Australia yang merupakan Suku Aborigin. Namun ada beberapa hal yang saya perhatikan dari kebiasaan dan tingkah laku mereka. Pemerintah Australia sangat menaruh perhatian penuh untuk mereka, di Port Hedland terdapat beberapa lembaga dan komunitas untuk membantu dan mendukung Suku Aborigin. Beberapa diantaranya seperti Ashburton Aboriginal Corporation, Wangka Maya Pilbara Aboriginal Language Centre, dan Wirraka Maya Health Service Aboriginal Corporation yang menjadi pusat layanan kesehatan untuk suku Aborigin disana.Â
Segala bentuk upaya pemerintah untuk mendukung suku Aborigin sangat direspon positif oleh semua warga disana. Namun tetap saja, selalu ada saja beberapa dari mereka yang masih belum paham dan belum bisa terbiasa dengan sistem yang ada. Beberapa kali saya mengunjungi Port Hedland, dan keadaan masih sama. Saya selalu bisa melihat banyaknya komunitas Aborigin yang lebih memilih tinggal di lapangan terbuka seperti disemak-semak atau dibawah pohon lengkap dengan tenda mereka. Padahal mereka diberi privilege untuk menempati rumah yang disediakan pemerintah. Mereka tetap meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong, dan lebih memilih berkumpul bersama teman atau kerabat di alam terbuka, padahal beberapa komunitas dan organisasi disana sudah berupaya menghimbau mereka untuk kembali kerumah.
Hal lain yang dapat saya perhatikan adalah, mereka tidak menggunakan alas kaki. Iklim di Australia cukup terbilang ekstrem, apalagi di Australia Barat dapat mencapai suhu 40 derajat hingga 45 derajat celcius. Tentunya kalian bisa bayangkan betapa kuat dan tahannya mereka untuk tidak menggunakan alas kaki disana. Walau demikian, tidak seluruh suku Aborigin seperti itu. Banyak dari mereka yang mulai mengerti dan menjalani hidup lebih baik, mereka menikah, bersekolah, dan bekerja. Mereka juga terbilang cukup kreatif dalam membuat suatu barang yang unik.Â
Di Port Hedland setiap hari raya tertentu, selalu diadakan marketplace saat weekend atau food bazaar. Disaat itulah suku Aborigin beraksi untuk mempamerkan karya mereka misalnya saja seperti lukisan khas Aborigin yang berwarna, pembatas buku dari bahan kulit yang berbentuk Koala, atau Hiasan berbentuk Boomerang dengan desain khas Aborigin cocok untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.Â
Saya sendiri selalu senang dan tertarik untuk belajar lebih tau mengenai suatu suku, dunia terlalu unik untuk dilewatkan. Di Indonesia saja banyak sekali suku-suku yang tersebar luas, misalnya Suku Dayak, Suku Baduy, hingga Suku Asmat. Biarpun berbeda tetapi kita harus tetap saling menjaga dan menghormati, belajar untuk hidup toleransi adalah hal terluarbisa dan selalu menjadi tantangan. So, yuk ingatkan terus diri kita sendiri dan orang lain bahwa walaupun berbeda-beda kita tetap satu. Bhineka Tunggal Ika!Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”