Sejak dulu saya termasuk sosok yang tidak memiliki impian muluk-muluk. Saya tidak tahu nanti saya akan menjadi apa dan akan berkuliah dimana. Sebagai anak kampung yang tinggal di provinsi Bengkulu saya sadar bahwa fasilitas pendidikan yang saya dapatkan berbeda jauh dengan fasilitas di kota-kota besar. Ditambah lagi saya adalah seorang anak bungsu, yang tentunya tidak punya pikiran untuk jauh dari orang tua.
Hingga suatu ketika saya senang sekali menonton sebuah ajang pencarian bakat di sebuah televisi swasta. Saat itu saya melihat ada sosok seorang psikolog yang sering menjadi tempat berkonsultasi para peserta (yang dikemudian hari beliau akhirnya menjadi dosen saya). Saat itulah saya merasa, "Wah keren juga ya kayaknya jadi psikolog." Dan hanya gara-gara itu saya pun akhirnya terbesit keinginan untuk kuliah di Fakultas Psikologi.
Sayangnya di tempat saya saat itu tak ada universitas yang memiliki jurusan psikologi. Di Sumatera saja hanya ada satu universitas yang memiliki jurusan psikologi yaitu di Universitas Sumatera Utara. Jauh sekali, apalagi disana tak ada sanak kerabat yang kami kenal. Seorang saudara saat itu berkata, "Sudah, kamu kuliah di Jawa aja. Disana fakultas psikologinya banyak yang bagus-bagus. Disana juga ada keluarga yang kita kenal." Saya pun mengiyakan perkataannya walaupun saat itu saya masih ragu dan bertanya-tanya dalam hati saya, "Memangnya saya bisa tinggal jauh dari keluarga? Memangnya saya bisa masuk ke psikologi yang passing grade-nya tinggi? Saya bukan anak yang pintar-pintar amat. Anak orang kaya juga bukan. Apakah saya akan mampu?"
Keraguan itu terus muncul hingga akhirnya saya tersadar. Kalau tidak dicoba sekarang, bagaimana saya tahu kalau saya mampu? Setidaknya dicoba dulu. Jika pun tidak berhasil ya sudah, setidaknya saya sudah memenuhi rasa penasaran saya. Jika sekarang saya memutuskan untuk berhenti, maka barangkali saya akan terus menyesal dan penasaran sampai mati. Begitulah kira-kira pikiran saya saat itu.
Akhirnya voila! Demi mencapai mimpi saya saat itu, saya rela menunda kuliah hingga satu tahun dan memilih mempersiapkan diri untuk ujian masuk universitas (saat itu namanya SPMB). Saya tahu saya belum pernah tinggal jauh dari orang tua, sehingga saya pun memutuskan melakukan simulasi dengan mencoba tinggal jauh dari orang tua. Selama 3 bulan, saya memutuskan tinggal di tempat tante saya di provinsi Bengkulu (jaraknya sekitar 2 jam dari rumah saya). Saya menginap disana sambil mengikuti beberapa kursus dan belajar untuk SPMB.
Tiga bulan sebelum SPMB, saya lalu pergi ke pulau Jawa untuk pertama kalinya. Saat itu saya memilih kota Jogja karena saya pikir saya ingin memilih UGM. Saya belajar setiap hari, ikut bimbel dan berdoa. Dan pada saat pengumuman, ternyata saya malah lulus dan diterima di Universitas Indonesia, pilihan pertama saya.
Saya tak pernah menyangka bahwa saya akan diterima disana. Bagi saya itu adalah salah satu prestasi besar. Di kampungku barangkali beluma ada yang bisa masuk ke UI. Saya sadar bahwa kita memang harus berusaha menjemput impian kita walaupun mungkin kita merasa itu mustahil. Saya pun berusaha merangkum beberapa faktor yang menjadi penentu hingga mimpi saya waktu itu bisa tercapai, yaitu:
- Konsisten : Saya selalu konsisten untuk belajar sesuai jadwal yang saya tentukan. Saya selalu mengalokasikan waktu untuk belajar mandiri setiap hari.
- Ikut Bimbingan Belajar : Hal ini penting agar kita bisa memiliki guru untuk diajak berdiskusi. Hal seperti itu adalah sesuatu yang mungkin tak bisa kita dapatkan jika hanya dengan belajar mandiri. Selain itu, kita juga bisa berkenalan dengan teman-teman seperjuangan sehingga bisa saling menyemangati.
- Minta Restu Orang Tua : Tentunya ini penting sekali karena ridho orang tua adalah segala-galanya. Doa dari orang tualah yang bisa memudahkan segala urusan kita.
- Doa tak Putus dan Jaga Ibadah : Menjaga ibadah membuat hati lebih tenang dan optimis. Tak boleh putus berdoa karena kita tak pernah tahu kapan Tuhan akan mengabulkan doa kita. Jadi jangan pernah lelah berdoa.
- Jaga Kesehatan : Gak lucu kan kalau sampai sakit saat ujian?
Untuk poin terakhir, itu penting sekali. Dalam menjaga kesehatan saya selalu menjaga asupan makanan yang masuk ke tubuh. Saya selalu berupaya makan sayuran, banyak minum air putih, menghindari junk food dan memilih makanan yang bersih. Saya ingat sekali ketika dulu saat SMP saya pernah menderita typus. Saya tak boleh kelelahan dan harus benar-benar menjaga asupan yang masuk ke tubuh agar typus tidak kambuh lagi. Akan tidak menyenangkan jika sampai saat itu saya sakit padahal sudah jauh-jauh merantau demi bisa masuk universitas.
Ditambah lagi saya jauh dari orang tua, pasti mereka akan khawatir sekali jika sampai saya sakit. Saya sendiri juga tidak bisa membayangkan jika sampai sakit dan mengurus diri sendirian di tempat asing. Oleh karena itu, sekalipun saya selalu belajar sepanjang waktu saat itu, saya juga tidak boleh mengabaikan kesehatan tubuh agar bisa fit saat nantinya mengikuti ujian.
Ingat, belajar itu penting, meraih mimpi juga penting, tapi jika kita sampai sakit, maka semua yang kita upayakan bisa jadi terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu, sekalipun merantau jauh dari orang tua, sekalipun kita sedang berjuang menggapai cita, pastikan kita juga memenuhi hak tubuh untuk beristirahat dan mendapat asupan makanan yang bergizi. Saya pun menyadari bahwa tubuh yang sehatlah yang telah membuat saya bisa belajar optimal dan mampu menyelesaikan ujian dengan baik.
Jadi untuk kamu (dan juga saya sendiri), tetap semangat ya memperjuangkan mimpi kita semua. Jangan lupa, Stay healthy, stay happy, keep trying and keep praying. Semoga segala mimpi-mimpi yang kita harapkan bisa terkabulkan di tahun ini. Aamiin, God luck all!
#SehatSamaSama
#HipweexNI
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”