Dalam menjalin sebuah hubungan percintaan, acapkali kita dihadapkan oleh kata perpisahan. Namun karena tak adanya persiapan dalam menghadapi kenyataan, tak jarang banyak orang dihadapkan oleh sakit hati.
Jelas sudah adanya implikasi bagi seseorang yang jatuh cinta harus siap pula patah hati. Jika tak begitu, menyerah saja sejak awal, jangan pernah menjatuhkan hati agar tak terluka.
Manusia memang memiliki benteng pertahanan yang kuat. Itulah alasan mereka gigih dalam menjalani hidup. Sayangnya, tak jarang akibat terbawa perasaan yang begitu mendalam hingga pada akhirnya perlahan benteng itu pun rapuh dan hancur.
Saya tak menyebut diri saya sebagai seseorang yang berpengalaman soal percintaan. Namun menurut pengalaman, patah hati terkadang menimbulkan luka yang menganga. Sakitnya terkadang tak tertahankan sehingga harus dilampiaskan.
Bagi saya pribadi, jatuh dan patah hati adalah sesuatu yang mutlak dalam romansa percintaan. Ikatan yang terjalin dengan baik terkadang membuat kita terlena akan buaian dan menganggap kebahagiaan yang direngkuh saat itu akan abadi.Â
Tunggu dulu, saya adalah tipe orang yang lebih menggunakan logika ketimbang perasaan dalam menjalin hubungan. Sehingga ketika perpisahan terjadi air mata tak menetes sama sekali. Itulah alasan kenapa saya sering kali dianggap sebagai perempuan tanpa hati.
Caranya dengan membatasi ruangan di dalam hati agar jika suatu saat sesuatu yang buruk terjadi, saya telah siap.Â
Kemudian, apakah saya pernah terjebak dalam perpisahan yang menyakitkan? Pernah dan itu memakan waktu begitu lama hingga akhirnya saya benar-benar sembuh. Dari situlah, saya belajar untuk tidak lagi memberatkan perasaan. Menjalani hubungan berdasarkan sistem kepercayaan dan mengasihi satu sama lain tanpa perlu mencaci-maki.
Itulah yang saya petik dari kisah percintaan yang pernah saya jalani. Kepercayaan adalah pondasi dan caci-maki dapat merusak harga diri. Banyak orang yang akhirnya sakit bukan karena sesuatu terjadi dalam hubungan mereka melainkan karena tidak adanya kepercayaan sehingga kecemburuan dan pemikiran negatif muncul secara berlebihan.
Bayangkan, kekasih Anda hanya membaca, tetapi tidak membalas pesan, apa yang ada di dalam pikiran Anda? Hal sederhana ini membuktikan tingkat kepercayaan Anda terhadap pasangan.Â
Jika Anda memiliki kepercayaan penuh padanya, maka Anda akan berpikiran bahwa ia sedang sibuk sehingga hanya dapat membaca pesan tanpa membalasanya. Beda halnya jika Anda tidak memiliki kepercayaan terhadapnya. Hal inilah yang pada akhirnya membuat beberapa pasangan sering kali bertengkar oleh hal yang seharusnya tidak perlu diributkan.
Soal caci-maki sering terlontar kala pasangan bertengkar. Inilah yang kemudian menyulut api semakin besar. Hindari ini jika tak ingin hubungan berakhir dengan cara yang buruk.Â
Kemudian, adakah tips agar terhindar dari lemparan caci-maki? Memberi ruang adalah cara terbaik. Saat sedang marah, saya lebih memilih untuk menghindari komunikasi sementara. Ini dilakukan untuk memulihkan pikiran serta jiwa yang sedang marah. Butuh waktu kurang lebih satu hingga dua hari bagi saya untuk menenangkan diri. Di sela waktu, saya memanfaatkan dengan melakukan hal yang sukai seperti menonton atau berjalan-jalan.
Setelah dirasa membaik, komunikasikan kembali. Ingat jangan pernah ungkit masa lalu pasangan ketika pertengkaran terjadi. Karena menjalin hubungan adalah bentuk penerimaan baik dan buruk diterima tanpa perlu mengingatkan kesalahannya di masa lalu. Lagi pula, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan juga.
Oiya, hal yang penting juga adalah menjaga privasi masing-masing yaitu dengan tidak mengecek isi ponsel pasangan atau pun mengumbar keburukannya kepada teman-teman.Â
Perlu diingat saat menjalin hubungan dengan orang lain terutama pasangan mempersiapkan diri akan kemungkinan hal buruk terjadi di masa depan adalah langkah agar terhindar dari rasa sakit yang menahun.Â
Menurut penelitian perempuan lebih rentan dari sakit hati setelah putus dibandingkan laki-laki. Psikolog Melanie Schilling menjelaskan perbedaan mencolok antar gender setelah putus umumnnya ialah jika perempuan merasa keterikatan sedangkan laki-laki mendapatkan status soaial saat memiliki pasangan.Â
Jika dilihat, memang ada benarnya, jika perempuan lebih banyak sakit hati dibandingkan laki-laki karena merasa ikatan yang terjalin selama berhubungan. Sehingga, ini mungkin alasan, saya pada akhirnya lebih menggunakan logika agar tidak terlalu terikat begitu mendalam.Â
Pada akhirnya, semua yang terhubung akan terlepas sekalipun kenyamanan itu dibalut dalam kisah percintaan yang tak terhindarkan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”