Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita berkenalan dengan tokoh utama di tulisan ini. Meet him, namanya adalah Dopamin.Â
Di buku pelajaran anak IPA mungkin suka bermunculan, tapi percayalah, sebagian dari kita tidak selalu betul-betul memahami relevansi buku teks biologi terhadap sistem tubuh kita.
Jadi, semua itu bermula ketika otak kita melepaskan neurotransmitter yang namanya dopamin saat kita melakukan hal-hal yang meningkatkan kemampuan bertahan hidup kita. Teori itu datang dari sudut pandang evolusi. Contohnya ketika kita makan sepiring nasi goreng, otak kita melepaskan dopamin karena berpikir nasi goreng membuat kita kenyang, bertahan hidup.
Satu lagi, ketika si dopamin ini terlepas, kita akan merasakan perasaan bahagia, dan dari sinilah semuanya berawal.Â
Di abad ke-21Â ada lebih banyak hal yang harus kita lakukan untuk bertahan hidup, survive. Sebut saja yang paling dekat dengan kita, gadget. Bagaimana kita bisa bertahan hidup tanpa gadget hari-hari ini?
Mulai dari kebutuhan dasar seperti menghubungi keluarga dan kolega, sampai yang sifatnya hiburan semata seperti streaming drama. Semua ada di genggaman kita, one click away.Â
Saat bermain gadget atau gawai otak kita melepaskan dopamin, terutama ketika melakukan sesuatu yang asik seperti main sosmed atau nonton YouTube. Dopamin yang terlepas lebih banyak, kita merasa lebih bahagia.
Mungkin kita berpikir bahwa main gawai itu buang-buang waktu, tapi hei, it feels so damn good ketika melakukannya, sampai berjam-jam pun tidak terasa. Kenapa?
Karena semakin banyak otak kita melepaskan dopamin, otak kita akan terangsang untuk menginginkan hal itu lagi dan lagi. Sampai kita merasa butuh, dan akhirnya kecanduan. Itulah kenapa para pecandu rela mendaki gunung turuni lembah, hanya demi sebuncah dopamin.Â
Kita semua tahu bahwa ada garis pemisah antara rasa ingin dan butuh.
Sayangnya, dopamin tidak tahu mana yang baik dan buruk buat kita. Dan kabar baiknya, kita punya kendali penuh terhadap apa yang bisa kita cegah.
Di kemudian hari kesempatan ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk membuat kita terus kembali kepada produk mereka. Ini sejujurnya agak merugikan. Sadar atau tidak, mereka berlomba-lomba membuat sesuatu yang melepaskan lebih banyak dopamin sehingga kita pasti akan kembali kepada produk yang mereka tawarkan.Â
Sebenarnya dopamin sangat baik karena membuat tubuh berenergi, dan jika kita mengalami kekurangan dopamin kita bisa mengalami penurunan emosi dan motivasi. Tetapi jika kelebihan kita bisa merasa senang yang tidak kira-kira, gelisah, bahkan stres. Maka dari itu, sebaiknya kita tetap menjaga dopamin dalam kadar sewajarnya.Â
Ada sebuah istilah, Dopamine Detox. Seperti diet, kita menjaga dopamin yang dilepaskan otak kita agar tidak menjadi ganas di kemudian hari dan berujung kecanduan. Caranya mudah, hanya perlu berhenti ketika dirasa perlu. Well, it sounds pretty hard, tapi sebetulnya mudah. Kok mudah?Â
Karena kita sudah tahu aturan mainnya. Dopamin memang tidak mengenal baik dan buruk, tetapi kita sebagai manusia tahu. Kita tahu kapan untuk berhenti, tapi kadang mengabaikannya.
Dopamine Detox ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental, keteraturan jadwal harian, bahkan mencegah kecanduan gadget karena memang sekarang apa-apa serba di rumah. Dan tantangan yang kita hadapi bukan lagi macet dan polusi, melainkan gawai yang kita sentuh sehari-hari.
Terima kasih!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”