Hari Minggu itu adalah hari yang cerah untuk memulai aktivitas. Matahari bersinar lembut dan menghangatkan, kicauan burung saling bersahutan dan tanaman yang siap untuk diperjualbelikan. Saya dan teman membuka lapak dagangan di pinggiran jalan car free day kota. Merupakan hari pertama dari pembukaan. Tidak semegah grand opening restoran restoran cepat saji, kami hanya menampilkan sebuah model sederhana hidroponik dan tanamannya. Sebuah hari yang cerah untuk memulai langkah besar.
Â
Tidak terlalu besar karena nantinya akan berbagi dengan jualan lain sebagai mitra kerja sama. Beberapa produk yang telah dikemas mendapat perhatian pengunjung dan tentu saja dibeli oleh mereka. Sambil menunggu para pengunjung dan membunuh waktu, kami duduk santai memakan cemilan yang katanya berasal dari makanan khas negeri tirai bambu.
Â
Sepanjang jalan tempat lapak terdapat jejeran lapak lainnya dengan berbagai produk yang ditawarkan. Bubur, sate, minuman, gorengan dan varian penghasil uang lainnya. Tak hanya pemilik lapak yang mengais rezeki hari itu, orang orang yang tak mendapat lapak juga masih mendapat kesempatan mencari rezeki. Berjalan mengitari tempat car free day dan menawarkan barangnya kepada pengunjung yang ditemui.
Â
Salah satu pencari rezeki itu adalah seorang penjual kerupuk. Lelaki paruh baya tersebut menjual kerupuk yang sepertinya terbuat dari bahan berupaka ikan sungai. Dengan keranjang pada sepedanya, kerupuk tersebut diletakkan sambil menunggu pembeli berdatangan.
Â
Satu hal yang menarik adalah ia menawarkannya sambil berteriak. Memang berteriak adalah hal yang lazim ketika promosi, tetapi ia tak memperdulikan suaranya. Entah apa yang terjadi pada kondisi fisiknya, khususnya pada alat komunikasinya, suaranya terdengar tak jelas. Seperti ada yang menghambat kerongkongannya atau dulunya (maaf) ia sumbing. Sehingga suara yang dihasilkan dari mulutnya sulit untuk dimengerti secara langsung. Meski saat itu saya benar benar tak begitu paham maksudnya, tetapi hanya dengan melihat apa yang ditampilkannya di sepeda, orang orangpun akan paham apa yang sedang dikomunikasikanya.
Â
Penjual kerupuk itu kembali berkeliling menjajakan kerupuknya. Perlahan sudah tak terlihat lagi sosoknya dan tak terdengar lagi suara khasnya. Mungkin ia berkeliling ke tempat lain mencari untung. Berkeliling car free day masih saja dilakukan oleh para pengunjung dan penjual lainnya seperti seorang penjual balon plastik warna-warni. Penampilannya sungguh ramah dimata saya. Topi bak orang eskimo dengan lebihan kain di sisi kiri dan kanan juga belakang yang sepertinya memang modelnya seperti itu, jaket dan celana seperempat yang sedikit memunculkan tattoo dikakinya.
Â
Sepintas seperti seorang yang sedang hijrah dari dunia kelam dan kembali tercerahkan. Ya tetapi itu hanyalah pikiran tak berdasar saya. Suaranya kecil dan halus hampir tak terdengar kalau ia menawarkan barang, tetapi senyumannya selalu tersedia bagi setiap orang yang melawatinya. Satu prinsip dasar dalam berjualan : senyumlah, dan ia melakukannya dengan baik.
Â
Sampai saya mengemasi barang-barang untuk pulang, penjual balon tersebut masih berkeliling, entah berapa kali sudah. Ditangannya masih bersisa balon balon dan sepertinya jumlahnya tak berkurang dengan signifikan begitu pula senyumnya.
Â
Ketika saya melihat dua sosok tersebut dan kondisinya, tentunya saya tak ingin seperti itu. Untung saja saya masih bisa berbicara dengan lancar dan dimengerti. Untung saja saat itu jualan saya cukup laku. Tak ada yang ingin mengalami kondisi seperti dua orang tadi. Lalu mungkin saja, minggu minggu depan kami masih bisa bertemu dengan kondisi yang sama atau berbeda.
Â
Pada akhirnya kita memang selalu ingin berhasil atau setidaknya mendapat hal yang baik. Apalagi masalah menambah rezeki, pastinya tak ada yang ingin merugi. Satu hari untuk menilai penghasilan kedua orang tersebut sepertinya tidak bijak. Satu hari untuk menilai kesungguhan kedua orang tersebut pastinya sudah dapat dilihat.
Â
Banyak contoh dengan berbagai kekurangan fisik tetap berjuang mencari rezeki dengan kemampuannya. Nyatanya kekurangan yang dilihat dari segi orang yang sempurna bukanlah kekurangan yang absolut maknanya. Bukan menjadi penghambat justru menjadi keunikan dan mereka tak berhenti karenanya.
Â
Walaupun hari ini dan mungkin minggu nanti belum seperti yang diinginkan, terus berjuang untuk mencari rezeki tetap dilakukan. Mungkin saja memang tak hanya balon yang ia jual dan tak hanya hari itu ia berjuang. Hasil materi memang tak dapat dilihat langsung dan tak bisa dibandingkan dengan penghasilan restoran harian, juga pastinya tak ada yang ingin seperti itu.
Â
Tapi untuk menjadi seperti mereka, menjadi pribadi yang tak malu mengakui dirinya dan tetap maju, menjadi pribadi yang tetap berjuang mencari rezeki dan tetap tersenyum menjalani hari, adalah hal yang saya inginkan. Seperti mereka.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”