Menjadi Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja? Pertanyaan yang Seringkali Membuat Dilema Para Wanita

ibu bisa menggantikan siapapun, tapi tak bisa tergantikan dengan siapapun

Akhir-akhir ini banyak yang memperdebatkan ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Banyak yang beranggapan ibu bekerja tidak lebih mulia dari ibu rumah tangga. Sebaliknya, ibu rumah tangga dinilai tidak menghasilkan apa-apa untuk kelangsungan hidup keluarganya, bahkan ada yang lebih ekstrim dalam berpendapat yaitu ibu rumah tangga kerjaanya hanya bergosip dengan tetangga.

Advertisement

Kalimat-kalimat nyinyir seringkali diberikan kepada perempuan baik yang posisinya sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai ibu bekerja. Bahkan ada istilah baru yang muncul yaitu istilah full time mother dan part time mother. Saya kurang paham mengenai awal mula munculnya istilah ini, tetapi dengan adanya istilah ini, seakan-akan ibu hanya menjalankan tugas setiap harinya seperti halnya para pekerja, bedanya apakah ia bekerja di dalam rumah atau di luar rumah. Padahal ketika seseorang menyandang status sebagai seorang ibu, ia memiliki peran yang sangat mulia.

Akibatnya, ada pertanyaan yang muncul dikalangan masyarakat, terutama seorang perempuan yang akan menikah. Apakah nanti setelah menikah akan menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga? Dari kalimat pertanyaan tersebut seakan-akan mengisyaratkan seorang perempuan hanya bisa memilih salah satu peran saja.

Pro dan kontra mengenai ibu bekerja dan ibu rumah tangga kian bergulir dan semakin santer terdengar. Bagi yang pro dengan ibu rumah tangga, menilai mereka para ibu bekerja  atau notabenenya sebagai wanita karir, dianggap tidak becus dalam mengurus keluarga atau anak-anaknya dan menelantarkan pendidikan anak karena waktu mereka sudah habis untuk bekerja sehingga ia kehilangan perannya sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Advertisement

Ketika memutuskan ingin menjadi ibu rumah tangga, maka akan ada saja sindiran tentang sudah sekolah tinggi namun hanya menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan ketika memutuskan untuk bekerja, maka juga akan ada sindiran tentang anak yang selalu dititipkan sementara ibu sibuk mencari uang.

Tak jarang kalimat-kalimat sumbang terdengar “Ya ampun, sayang banget sekolah tinggi-tinggi tapi cuma jadi ibu rumah tangga!” Atau “ Jadi ibu kok masih aja gila kerja, gak kasian apa anaknya gak keurus?!”

Advertisement

Setiap keputusan dan apa yang nampak didepan mata, tentu semuanya ada alasan. Menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga, bukan perkara lebih baik yang mana, melainkan bagaimana ia tetap bisa menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya.

Setiap keluarga mempunyai kondisi dan prinsip yang berbeda, tentu mereka yang memutuskan sebagai ibu rumah tangga atau ibu bekerja sudah mempertimbangkan semua resikonya. Kita sebagai orang lain yang hanya melihat dari luaran saja, hendaknya tidak perlu berkomentar dan campuri lebih dalam.

“Tapi kan kewajiban menafkahi itu pada suami, gak usahlah istri ikut-ikutan bekerja di luar rumah. Gak bersyukur banget sih jadi istri!” Perlu diingat bahwa, kondisi mereka belum tentu sama dengan kita. Patut disyukuri jika keluarga sudah tercukupi hanya dengan penghasilan suami, tapi mungkin saja kondisi dia berbeda, ada hal lain yang mengharuskan seorang ibu atau istri harus bekerja.

Menjadi wanita karir mungkin dipilih karena ekonomi yang mendesak. Mengandalkan penghasilan satu pintu tidak mencukupi, sehingga istri juga harus bekerja. Atau suami yang mendukung karir istri dan mendorong untuk terus berkembang. Setiap pilihan yang diambil seorang ibu, pasti ada alasan yang mendasar. Tidak semua ibu bekerja egois.

Wanita karir mungkin saja terpaksa bekerja karena ekonomi keluarga yang tidak baik. Penghasilan suami yang belum mencukupi atau kebutuhan anak mulai banyak. Tapi bukan berarti wanita karir tidak sayang pada anak mereka. Banyak wanita karir yang mampu menjalin hubungan baik dengan buah hati. Kuncinya adalah pembagian waktu antara bekerja dengan kehidupan pribadi. Jadi, pemikiran mengenai ibu bekerja yang menelantarkan anak atau keluarga, harap dipikirkan kembali ya!

Begitu pula dengan ibu rumah tangga, bukan berarti mereka itu malas untuk berkembang dan meng-upgrade diri. Mereka juga bisa mengembangkan diri mereka ketika berada di rumah, terutama memiliki waktu yang banyak bersama anak-anaknya untuk mendidik mereka. Jadi, jangan dipojokan ketika seorang perempuan yang berpendidikan tinggi tapi memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, justru itu adalah hal yang sangat baik dan positif karena ia menggunakan ilmunya untuk mendidik anak-anaknya. Keputusan menjadi ibu rumah tangga pun sudah pasti dilalui dengan berdiskusi. Melihat bagaimana ekonomi rumah tangga dan kemampuan suami istri.

Setiap rumah tangga memiliki cara dan aturan mereka sendiri. Ada rumah tangga yang lebih harmonis saat istri di rumah mengurus anak dan rumah. Tetapi ada yang rumah tangganya berjalan baik saat suami istri bekerja.

Untuk itu, tak perlu lagi bimbang dan galau dengan nyinyiran orang-orang, menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga itu sama-sama mulia, asalkan didasarkan dengan alasan yang jelas dan tanpa meninggalkan kewajiban. Atau ada yang bisa menjalankan kedua peran, itu pun tak kalah hebat.

“Menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga, ketulusan cinta dan kasih ibu, tak akan tergantikan dan tak pernah berbatas waktu. “

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

" Menulis untuk mengekspresikan, bukan untuk membuat terkesan."