Di awal perkawinan, aku merasa khawatir tatkala sadar bahwasanya aku belum juga hamil seperti pasangan baru lainnya. Belum lagi mendengar omongan tetangga dan kerabat julid, yang terkadang cukup pedas dan menoreh luka perih di dada. Saat itu, aku merasa stres berkepanjangan. Bahkan berdampak pada keharmonisan rumah tangga yang baru kami jalin seumur jagung. Ada masanya kami saling menyalahkan hingga adu mulut tidak bisa terelakkan.
Aku sampai menangis berhari-hari. Mengurung diri di kamar dan malas beranjak keluar walau hanya sekedar menyapa dunia luar. Pasangan juga dilanda kelelahan dan sudah bingung menghibur di kala hatiku tak juga kunjung membaik.Â
Aku merasa gagal menjadi seorang wanita seutuhnya. Aku takut tidak punya kesempatan menjadi ibu seperti mimpi semua wanita. Khawatir dunia akan selamanya menggunjingku cacat meskipun belum tentu kekurangan ada pada diriku atau pasanganku.
Di saat aku benar-benar terpuruk, aku seperti menemukan secercah sinar yang datang untuk menguatkanku. Ya, anak-anak yang tidak terlahir dari rahimku. Mereka seolah selalu nyaman berada dalam pelukanku. Mereka menunjukkan cinta yang benar-benar suci dengan tulus.
Seketika saja aku seperti tersadar, tidak harus menjadi ibu untuk bisa menyayangi bintang-bintang kecil itu. Aku bisa mencintai anak siapapun tanpa syarat meski mereka tidak berasal dari darah yang sama denganku.
Aku juga mulai berpikir dengan jernih setelah itu. Siapapun bisa punya kesempatan menjadi ibu, wanita manapun bisa melahirkan anak dari rahimnya. Namun, tidak semua orang bisa mendidik anak dengan tulus.Â
Di luar sana banyak bukti memaparkan bagaimana seorang ibu bisa tega membunuh darah dagingnya sendiri. Lihat saja, berapa banyak ibu yang gagal mendidik anaknya dengan benar dan menjadikan mereka tumbuh tanpa kasih sayang? Berapa banyak anak yang kemudian terlantar dan rusak hanya karena tidak mendapatkan perhatian ibunya?
Ya, semua itu menyadarkanku jika dalam hal mencintai yang tulus tidak semua orang bisa melakukannya. Jadi kenapa aku harus bersedih hanya karena Allah belum mempercayakan aku untuk mengandung dan melahirkan anak buah hatiku sendiri? Sedangkan aku dianugerahi rasa sayang tulus dalam mencintai anak-anak yang tanpa pernah berharap pamrih.
Aku bisa menjadi ibu untuk siapa saja yang butuh sentuhan perempuan bergelar bunda di hidupnya. Aku bisa mendidik anak orang lain yang percaya dan merasakan ketulusan yang murni dari diriku.
Makanya, untuk kamu yang kini juga bernasib sama denganku. Janganlah berkecil hati hanya karena Allah tidak mengizinkanmu menjadi seorang ibu dari bayi yang kamu kandung. Bisa jadi kamu adalah ibu terbaik untuk banyak anak yang kini sedang mencari belaian lembut tangan ibundanya.
Janganlah putus asa hanya karena kamu seringkali di cap mandul oleh banyak orang. Karena belum tentu mereka sudah menjadi ibu yang sempurna untuk anak-anaknya. Tetaplah kuat. Tebarkan cinta yang tulus dan ikhlas kepada setiap anak yang kini sedang gersang kasih ibunya.
Barangkali kamu yang dianggap gagal menjadi ibu ini adalah wujud nyata dari sebenar-benarnya contoh ibu yang berhati malaikat yang diidamkan banyak anak di luar sana. Aku juga bagian dari kamu yang menguat bersama demi cinta tanpa syarat.
With love
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”