Don't grow up, its a trap! Pepatah ini mungkin sering sekali kamu temui di dalam lirik lagu ataupun buku bacaan. Beranjak dewasa menjadi hal yang sepertinya menakutkan dan berat bagi kebanyakan orang. Ya, gimana lagi, menjadi dewasa artinya kamu siap dengan segala tanggung jawab dan permasalahan yang levelnya lebih advance daripada dulu. Dulu yang beli handphone tinggal minta orang tua, kini mungkin kamu harus nyicil untuk beli dengan uang hasil kerja kamu sendiri. Dulu gak boleh pacaran karen dinilai masih kecil, eh sekarang ditanya mulu kapan nikah? pacarnya mana? pacarnya punya mobil gak?
Tekanan satu-persatu muncul yang mungkin membuat kamu berpikir tentang eksistensimu saat ini. Berat memang menjalani tanggung jawab sebagai orang dewasa. Tidak hanya mengurus diri sendiri, beranjak dewasa menjadi momen ketika tuntutan A, B, C datang tanpa diundang. Kamu dituntut untuk membahagiakan orang lain juga selain membahagiakan dirimu sendiri. Padahal sebenarnya kebahagiaan itu adalah tanggung jawab setiap individu, tidak bergantung pada orang lain.
Beranjak dewasa menjadi fase penting dalam kehidupan yang mana dimulainya segala sesuatu dengan bobot yang berbeda. Ibarat ujian, pasti ujian anak SD dan SMA berbeda, kan bobotnya? Bagitulah dengan menjadi dewasa. Mungkin kamu akan terseok-seok awalnya. Merasa ingin kembali ke masa kecil yang bebas dari segala tanggung jawab kehidupan dan hal-hal berat. Tapi apakah kamu ingat bahwa ketika kamu masih kecil, kamu pernah terburu-buru untuk segera menjadi orang dewasa?
"Aku pingin cepat jadi orang gede biar bisa kemana-mana sendiri, boleh jalan-jalan sendiri, dan nggak diatur orang tua lagi"
Dan setelah kamu besar dan memasuki the world of adult life, apakah harapan masa kecilmu benar-benar terwujud? Mungkin iya, tapi diikuti dengan berbagai jatuh bangun yang mana setiap orang punya porsinya sendiri-sendiri. Sampai kamu menyadari bahwa menjadi dewasa tidak hanya sekedar bisa jalan-jalan sendiri, beli apa-apa sendiri, dan tidak diatur orang tua lagi, melainkan lebih dari itu yakni soal masalah yang kamu hadapi dan bagaimana kamu menghadapinya.Â
Bukan hidup namanya kalau rasanya nggak nano-nano. Kadang kecut, kadang asem, namun ada manis di antaranya. Beranjak dewasa bagaikan job desk alamiah yang mana kamu nggak pernah minta, tapi kamu diberikan kesempatan itu dan kamu dituntut untuk bisa berhasil melaluinya. Seharusnya kamu bersyukur dengan itu karena beranjak dewasa akan memberikanmu sejuta pelajaran yang tidak bisa didapat di sekolah manapun.Â
Ketika masalah datang, mungkin kamu nggak bisa bayar kos, atau tunangan kamu selingkuh, ingatlah bahwa masalah ada untuk memberi pelajaran berharga. Bisa saja masalah kamu nggak punya uang untuk bayar kos mengajarkanmu untuk lebih mengatur keuanganmu, biar kamu gak foya-foya terus. Dan urusan diselingkuhi, kamu bisa belajar bahwa manusia itu tidak pasti dan cinta bisa berubah sehingga kamu bisa berhati-hati dalam membangun hubungan. See? kurikulum kehidupan dewasa sangatlah unik karena tidak bisa diprediksi. Setiap orang punya kurikulumnya masing-masing.
Dalam proses menjadi dewasa, kamu hanya butuh ruang untuk menjadi diri sendiri dan menyelesaikan masalahmu. Jangan samakan ruangmu dengan ruang orang lain.
"Kok dia umur 26 sudah nikah ya? Aku kok masih sekolah dan sendiri aja…"
Setiap orang punya ruang dan jalurnya sendiri-sendiri. Usia 26 milik tetangga tidak bisa kamu jadikan patokan kehidupan ketika kamu usia 26 juga. Eveyone has their own timeline and ways to bring them to the happiness. Buat ruangmu sendiri yang mana kamu bisa bereksplorasi dan menjalani kehidupan dengan sepenuhnya dalam suka maupun duka.
Beranjak dewasa mengajarkan bahwa kehidupan ini sulit, namun penuh kejutan yang menggembirakan. Menjalani hidup dalam ruang yang kita bangun sendiri menjadikan kehidupan yang sulit menjadi lebih bermakna.Â
Beranjak dewasa itu tidak mudah, penuh luka dan pukulan. Namun jangan sampai terlena bahwa beranjak dewasa juga penuh warna dan kesempatan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”