Menjadi Bijaklah, Karena Apa yang Kita Lakukan, Adalah Apa yang Batin Kita Renungkan

Kebahagiaan sejati bersemayam dalam diri setiap manusia, tetapi karena hiruk-pikuk di kepala, orang tak bisa mengenali lagi kebaikan di dalam dirinya.

Advertisement

Kita oleh pikiran kita sendiri sering kali terjebak oleh berbagai hal yang harus dilakukan. Belum selesai plan A, otak kita sudah melompat ke plan B, C, dan seterusnya—tapi tidak ada yang selesai dengan baik dan justru tertunda semua.

Pertambahan usia membuat kejernihan pudar karena ‘a crazy monkey mind’ bertengger di kepala. Ibaratnya seperti monyet yang bergelayutan dari satu pohon ke pohon lainnya. Sumber kebahagiaan raib. Kehangatan dalam hubungan antar manusia pun ikut raib. Kondisi batin yang demikian terjadi karena dipenuhi oleh tiga jenis racun : ketamakan, kebencian dan kegelapan batin – maka batin kita janganlah dipercaya.

Manusia cenderung membandingkan, tidak menerima dan menghargai yang dimiliki. Pikiran pepat oleh, ’tidak cukup’, ’tidak punya’, ’tidak cukup punya’. Hidup dipenuhi ’tetapi’. ’Makanan ini enak, tetapi…. Hidup ini indah, tetapi…”.

Advertisement

Yuta dilahirkan di tempat yang indah, perkampungan yang dipenuhi kasih dan kepedulian sesama. Sebuah lembah di diantara gunung-gemunung dan perbukitan, tempat yang asri dan religius. Bantir, desa hijau dan sejuk yang memiliki kearifan lokal di dalamnya. Tapi Yuta benar-benar tak bisa lagi menikmati pemandangan indah dari rumah lembah idamannya. Padahal, semua masih di sana, tetapi ia tidak melihatnya lagi. Kalau ada 10 hal penting, sembilan dimiliki, tetapi fokusnya hanya pada satu yang kurang, maka rasa ’kurang’ itu membesar, dan menelan kita.

Batin kita tidak boleh dibiarkan memiliki segala hal yang diingini semuanya. Kita harus berupaya untuk mengendalikan batin, sehingga batin tidak akan terus mengejar nafsu.

Advertisement

Kita harus menyadari bahwa batin kita seperti kera yang terus-menerus melihat ke luar setiap waktu dan tidak pernah diam. Batin juga seperti banteng liar yang terus-menerus melompat dan berlari kesana kemari dan tidak pernah beristirahat.

Lalu, bagaimana cara mengendalikannya? Cukup dengan meditasi sederhana!

Memusatkan batin melalui meditasi berarti mempelajari metode untuk berkesadaran. Beginilah batin kita bisa dilatih untuk tinggal dalam keheningan dan tidak memberaikan pikiran kemana-mana. Apapun yang kita perbuat secara fisik, batin kita mengamati dan merenungi hal yang sama.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang pejalan kaki yang kebetulan penyuka kopi dan dunia literasi. Bekerja sebagai peneliti lingkungan terutama lingkungan perairan (Biomonitoring Aquatic) sesuai dengan pasion.

3 Comments

  1. Fila Binu Soli berkata:

    Mengerjakan suatu pekerjaan dgn hati setengah-setengah itu hampir tidak memberikan hasil yg optimal.
    Ojo serakah…