Netizen seringkali melabeli seseorang yang open minded sebagai seseorang yang tidak suka dengan apa yang diperintahkan di agama sendiri dengan label seperti feminis, liberal, sekuler, ataupun pro LGBT. Orang-orang seringkali mengasosiasikan open-mindedness dengan label ini. Padahal sejatinya kita bisa kok tetap menjadi orang yang terbuka pikirannya (open minded) tanpa melanggar prinsip yang kita pegang selama ini.
Menurut definisi-definisi yang ada di Internet, orang-orang open minded itu adalah orang yang bisa berempati, bertoleransi, reseptive sama banyak informasi dengan tujuan menganalisa atau mendapatkan another perspective, tanpa memaksa atau men-judge jika pandangan mereka berbeda dari kebanyakan orang. Bukan berarti pro dan menyetujui, bisa saja tidak setuju tapi menghargai pilihan mereka, bukan supporting them tapi respecting them
menurut saya orang-orang open minded adalah orang-orang bisa menghargai orang lain, bukan berarti langsung menyetujui apa-apa yang dibilang orang laksana yang netizen yang bilang orang-orang open minded pro-lgbt lah, feminisme lah, melawan tatanan yang ada di agama sendirilah, dan lain lain yang cenderung terkesan negatif. Selama pendapat seseorang tidak menyerang prinsip kita secara langsung, kita harus belajar menghormati pilihan dan pendapat mereka. Engga usahlah komentar tentang kehidupan orang lain apalagi kalau penyampaiannya kurang baik. Kita enggak tahu apa yang mereka alami sampai mereka memiliki pendapat atau pilihan seperti itu. Lagi-lagi cukup mendengarkan, menerima dan memahami tanpa menghakimi. Inilah orang-orang open minded, mereka mendengarkan dan memahami tanpa menghakimi.
Misalnya, ada seorang teman yang memutuskan untuk tidak memiliki anak seumur hidupnya, dia merasa melahirkan anak di dunia yang sudah begitu rusak ini hanya akan menyakitinya. Banyak anak yang akhirnya menjadi korban ketidaksiapan orang tuanya di masa depan dan dia tidak ingin anaknya menjadi seperti itu. Dia tidak siap dengan tanggung jawab itu di masa depan. Dia juga merasa terlahir sebagai manusia bukanlah berkah. Bagi saya, saya tidak setuju karena memiliki anak sendiri adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi perempuan, tetapi saya tentunya menghormati pilihannya dan mengerti bahwa pilihannya ini sudah melalui banyak pertimbangan dan pemikiran.
Open minded versi saya yang lain adalah perempuan yang angkat galon atau benerin paralon air yang tersumbat sendiri tanpa perlu minta bantuan orang lain adalah hal yang wajar dan bukan suatu yang wah, padahal kalau dari mindest kebanyakan orang perempuan harus lembut dan fragile, jarang ada yang menormalisasi perempuan yang seperti itu, padahal hal tersebut sangatlah normal. Kemandirian tidak terbatas pada gender. Jika ada yang beranggapan perempuan harus lembut dan lemah, silakan, tapi bagi saya perempuan lebih baik kalaulah kuat dan mandiri. Bukan berarti feminis, karena nyatanya saya masih butuh pria untuk hal-hal yang memang tidak bisa saya kerjakan, tetapi mostly saya akan melakukan yang saya bisa lakukan sendiri.
Memiliki expectation yang normal di masyarakat tentang kubu-kubu gender adalah salah satu hal yang wajar, tetapi buat orang-orang open-minded seharusnya tidak begitu, tidak ada limitasi dalam kubu-kubu gender, ekspektasi lebih untuk wanita seharusnya lebih lembut dan mengayomi atau lelaki seharusnya. Pun begitu mengenai perbedaan pandangan dalam agama, berbeda itu biasa selama masih pada ranah-ranah yang tidak keluar batasan, orang-orang open-minded seharusnya bisa menerima dan menelaah semua perbedaan tanpa memaksakan apa yang dia percayai.
Yuk kita geser lagi persepsi kita mengenai orang-orang open minded. Semakin kamu banyak bergaul dan berdiskusi dengan orang lain seharusnya kamu menjadi lebih terbuka pemikirannya. Yuk kita jadi orang-orang open-minded yang toleransi dan menghargai pemikiran orang lain dengan tetap memegang prinsip yang kita percaya. Bukan berarti tidak mematuhi perintah agama tetapi dalam tatanan sosial kita akan butuh orang-orang open-minded ini
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”