Meniti Jejak Kenangan di Seputaran Gunung Batur

Mengenang perjalanan di seputaran gunung dan Danau Batur

Aku masih duduk sendiri di atas batu pada salah satu dataran tinggi sisi tenggara Danau Batur, menatap lepas jauh keseputaran danau dan gunung yang menghampar di depan mata. Dari sela daun-daun cemara yang berdesau tertiup angin seperti sebuah nyanyian rindu yang tak pernah terhenti, meski dingin terasa menyengat mengalir di kulit tubuhku, bersama kabut yang menjalar disela pepohonan menambah khas suasana kintamani yang memang akrab dengan kabut dan dinginnya.

Advertisement

Sesekali kuusap titik air yang mengebun di rambutku sambil tetap menatap indahnya panorama alam Batur. Aku bahkan tak peduli dengan rasa dingin yang singgah di kulitku. Ku biarkan pikiranku asyik dengan kenangan yang membentang di depanku seperti sebuah film layar lebar, menggelitik dan mengorek seluruh ingatanku.

Aku menyusuri jengkal demi jengkal panaorama yang terbentang di hadapanku, dari danau, hamparan pasir lahar, padang rumput dan gunung, seperti sebuah catatan panjang di depan mata yang menyimpan banyak kisah masa lalu yang memberi warna suka duka kehidupan yang kupahatkan sejalan dengan langkah yang pernah ku ayunkan di bentangan alam yang begitu indah mempesona .

Kisah tentang kerinduan yang berpadu dalam balutan dingin, hujan dan kabut, yang tak pernah surut, tak lekang oleh waktu, senantiasa hadir dengan kehangatan cinta, dalam sempurnanya keindahan alam, meski kadang tak luput dari duka dan kecewa, namun semua terlewati dengan bantuan toleransi dari hati yang berbalur kasih.

Advertisement

Ada canda tawa diantara guncangan karena lubang jalanan, obrolan yang tiada ujung namun penuh suka cita. Bahkan hamburan debu yang membalur sekujur tubuh ketika angin berhembus kencang atau terhambur oleh hembusan knalpot truk yang lewat. Kusut dan lusuh tak menurunkan suka dan tawa. larut dalam harmoni rindu yang dalam, melupakan semua, hanya tersisa suka cita.

Di bawah rindang dedaunan ada cerita tercipta, atau di bawah terpaan cahaya mentari, bahkan di dalam guyuran hujan deras, atau rinai gerimis, banyak tertoreh kisah yang takkan pernah terlupakan. Selalu indah dalam kenangan meski masa terus berganti.

Setiap sudut, setiap jengkal bahkan nyaris tak lepas dari kisah yang terpahat di hati sepanjang waktu, selalu indah, selalu manis dalam kenangan. Selalu mengundang kerinduan hati, untuk kembali hadir dan larut dalam indahnya alam kintamani dan batur, selalu melahirkan senyum ketika kenangan hadir dalam ingatan. Dan lahirnya keinginan kembali dan kembali lagi dalam indahnya alam Batur.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Minimnya pendidikan tak lantas menjadi penghalang untuk terus bertumbuh menjadi lebih baik dan mengikuti perkembangan jaman https://myfirstkreatifitas.blogspot.co.id/ https://utakatikkatagambar.wordpress.com