Mencoba hidup di sebuah pedesaan terpencil yang kental akan bahasa ngapaknya – mana lagi mana lagi kalo bukan Jawa Tengah – eitss jadi laper deh inget jinggle tersebut. Memang pembahasan kita kali ini tidak jauh-jauh dari makanan dan perekonomian. Jauh dari kota membuat saya harus bisa hidup sederhana, selaras dengan alam.
Mari kita menilik lebih jauh bagaimana proses perputaran roda perekonomian di sebuah pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang sarat akan barang ekspor, barang mewah, dan barang branded lainnya. Seperti bisnis titip menitip barang dagangan khususon makanan seperti nya sudah menjamur di berbagai daerah ya. Tak perlu jauh-jauh saya pergi dari perkotaan untuk menemui model bisnis seperti ini, penjual nasi uduk dengan segala ragam menjajakan kueh basahnya sepertinya sudah nyolong start duluan. Namun di desa tempat saya tinggal mempunyai banyak kisah yang sayang bila tidak saya tuangkan di sini.Â
Sebenernya mereka yang memulai bisnis, harusnya sudah bisa menerapkan kebijaksanaan ala buku terkenal "Seni Bersikap Bodo Amat" yang berdalil bahwa kita harus jatuh cinta sama prosesnya, kita harus menghargai resikonya, menghargai ketidakpastian.
Berikut ini wawancara eksklusif dengan pedagang pasar yang kerap kali menitipkan barang dagangan dari satu toko ke toko lainnya. Yang justru ampuh untuk menambah pundi-pundi rezeki. Dengan proses penitipan di pasar, dari satu toko ke toko lainya, selain melalui pasar menurut beliau dengan adanya penghimpunan sesama pedagang kemudian berinovasi dengan membuat paguyuban yang diisi oleh driver yang siap mendistribusikan dagangan mereka untuk cakupan yang lebih luas.
Para driver bisa membawa lebih dari 20 jenis macam kue basah. Proses seperti mirip dengan reseller seperti di perkotaan, namun dikala reseller kurang mencakup luas, serta kurangnya melakukan jemput bola kepada para konsumen, tidak seperti para driver yang handal satu ini.
Yaa, tidak bisa dipungkiri media sosial memang menawarkan keringkasan berbisnis, terintegrasi dengan berbagai platform media – Bisa check link di bio ya sis – dan menyuguhkan kepraktisan dalam memulai bisnis. Namun itu semua tentu butuh perjuangan yang tak mudah pasalnya harga internet tidak murah, bos. Dagangan belum laku uang udah abis buat bayar internet.
Menurut penuturan beliau banyaknya akun sosial media milik temennya yang banyak mangkrak begitu saja, antusianya hanya seminggu, atau paling lama bisa bertahan sebulan. Pasalnya konten yang ia bagikan di akun dagangannya itu kurang menarik, hanya membagikan foto-foto dagangannya tanpa tau sebelumnya bagaimana teknik mengambil angle yang pas, perpaduan warna yang memikat pembeli, serta permainan desain grafis, yang tak kalah pentingnya satu lagi jumlah followers bak alamat rumah — masih jauh dibawah cepe — sungguh menambah ironis.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”