Wah, sudah lama ngga nulis di Hipwee lagi. Banyak kesibukan yang terjadi di dunia nyata, salah satunya pernikahan. Yeah, FYI saja kalau penulis sudah menikah dan sekarang sudah menginjak umur 1 tahun pernikahan. Nah, kali ini penulis akan menceritakan pengalaman selama menikah setahun belakangan ini. Banyak suka, dan juga dukanya. Here we go!
Penulis akui, banyak biaya yang dikeluarkan oleh orangtua penulis, khususnya mamah penulis (Bapak sudah meninggal). Penulis sendiri tidak banyak membantu, karna hanya seorang freelancer yang terkadang banyak proyek, terkadang pula sepi jobs. Malu, tapi mau bagaimana lagi? Pernikahan ini adalah permintaan yang sudah lama diinginkan oleh alm. Bapak penulis.
Pernikahan berjalan lancar, tidak ada kendala. Ijab kabul yang penulis ucapkan pun lancar selancar jalan tol hhe. So, awal pernikahan terasa begitu indah. Namun penulis dan istri terkadang beradu argumentasi hanya karna hal sepele, ketika penulis sedang istrirahat, tapi istri malah ingin pergi keluar untuk jalan-jalan atau sekedar jajan. Terdengar sepele tapi hal tersebut memang benaran terjadi.
Istri pun sering mengeluh karena penulis addict sekali terhadap games, entah itu mobile maupun di PC. Istri mengeluhkan karna penulis lebih banyak bermain games, dibanding mengobrol dengannya. Istri merasa diabaikan.
Istri pun akhirnya hamil, kami sama-sama kaget karna selalu menggunakan kondom (Menunda kelahiran). Senang campur kaget. Namun hal tersebut tak merubah kondisi. Kami malah semakin sering bertengkar karna hal-hal sepele. Seperti penulis yang sering main keluar bersama teman, persoalan game, dll.
Entah karna stres atau kelelahan, akhirnya istri keguguran. Btw, penulis tak tahan untuk menangis jika mengingat lagi masa-masa itu.
Sebelumnya istri sudah sering ngeflek (Keluar bercak darah), kami pun memutuskan untuk ke RS dan bertemu dokter kandungan. Alhamdulillah, setelah dicek dedek Umar masih berdetak jantungnya (Btw, kami sudah menamai anak pertama kami). Istri pun dirawat inap RS, diawasi secara ketat oleh dokter maupun para perawat. Tapi istri selalu nge-flek tanpa henti, itu membuat kami semakin ketakutan.
Takdir tak bisa dilawan, Tuhan sudah menggariskan takdir-Nya bahwa anak pertama kali harus meninggal. Sumpah, kami menangis bersama di atas ranjang sembari berpelukan setelah mendapatkan kabar tersebut.
Ada aturan bahwa yang menjenguk tidak boleh tidur di ranjang pasien, namun sepertinya perawat memaklumi kami hari itu karna sedang berduka.
Penulis menyalahkan diri bahwa itu kesalahan penulis karna terlalu egois. Istri pun sama menyalahkan dirinya sendiri karna tak bisa menjaga janin yang dikandungnya. Kami berdua berduka selama berminggu-minggu, tiada hari tanpa tangisan. Hati kamu remuk redam. Sampai-sampai istri membuat kolase dari foto-foto hasil USG anak pertama kami, dia belum sepenuhnya ikhlas dengan semua itu.
So, dari pengalaman penulis.tersebut, kita bisa belajar bahwa setiap pernikahan pasti memiliki masalahnya masing-masing. Saran penulis, sebelum menikah, bicarakan secara serius soal keuangan, rencana kehamilan, dan siapkan mental kalian (Jangan tiru penulis yang masih egois dan kekanak-kanakan kala itu), dll.
Okay cukup sekian cerita pengalaman penulis ini. FYI, istri sudah mengandung lagi loh, super happy. Doakan kami yaa, semoga anak kedua kami lahir dengan sehat, amin.
Apakah kamu punya pengalaman soal pernikahan juga? Kuy, share di kolom komentar yang ada di bawah. Terima kasih.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”