Pernikahan bagi wanita adalah suatu pencapaian yang besar apalagi menikah dengan pria yang disayangi. Baginya menikah adalah akhir sementara bagi pria menikah adalah awal mula kehidupan yang sesungguhnya. Menjadi istri adalah tujuan mulia seorang wanita apalagi ketika menjadi ibu dan menjadi suami merupakan tanggung jawab besar seorang pria.
Awal mula pernikahan memang hanya akan ada canda dan tawa. Dia orang pertama yang dilihat ketika bangun dan orang terakhir yang dipandang sebelum akhirnya terlelap. Di tengah hari akan diisi dengan pesan singkat “Jangan lupa makan siang” dan di keramaian pun sudah tak canggung memanggil dengan sebutan kesayangan.
Dimanja dan diperhatikan setiap saat membuat kehidupan pernikahan itu semakin manis. Yah itulah indahnya pernikahan. Namun tak selamanya kebahagian saja yang dirasa. Akan ada masa pahit tentu. Masa dimana ujian pernikahan itu mengetuk pintu. Mulai dari masalah sepele yang ah sudahlah tidak perlu dibahas. Sampai kepada dimana tidak ada lagi kesabaran, emosi pun tak mampu dikendalikan dengan baik. Masalah sepele pun dapat membuat kericuhan. Semakin lama pasti saja jenuh jika tidak menemukan solusi untuk setiap masalah yang ada. Dan ternyata bukan tentang masalahnya tapi tentang kedewasaan menghadapi masalah.
Marah kecewa bosan adalah manusiawi. Bahkan di masa pacaran hal-hal itu pasti saja terjadi. Marah ketika pacaran dan marah ketika sudah menikah jelas berbeda. Tidak bisa sesukanya mengambil keputusan berpisah. Tapi semua hal harus dibicarakan.
Mempertahankan memang lebih berat daripada sekedar mendapatkan.
Bicaralah apadanya dengan pasangan untuk solusi dari masalah yang dihadapi. Berusaha untuk tidak menyalahkan orang lain. Berpikirlah secara luas bahwa pernikahan itu bukan gampangan. Hargai posisi masing masing peran dalam pernikahan. Menjadi istri yang tetap lembut di saat suami marah. Jadi suami yang tidak ikutan mengomel ketika istri juga mengomel. Yah sebenarnya sesimple itu, tapi terkadang egolah menang. Dan di pernikahan ego tidak boleh menjadi juara.
Menjaga pernikahan itu harus. Masalah itu pasti tapi berpisah untuk sebagian masalah bukanlah solusi yang baik. Dalam pernikahan bagian terberatnya adalah menerima kekurangan yang selama ini tidak kelihatan di masa pacaran. Menghargai dan mengerti bahwa sekarang tidak hanya memikirkan untuk diri sendiri tapi juga untuk pasangan. Belajar membuat rumah untuk hangat dan nyaman. Sampai kehangatan itu terus dan menerus, menua bersama hingga akhir waktu.
Yuk sekarang, sebelum dihalalin mulai belajar mendewasakan diri. Belajar untuk berkata maaf. Belajar untuk mengerti bahwa orang yang mencintai kita pun dapat menyakiti hati kita. Belajar untuk mengontrol emosi dengan baik. Belajar mencintai diri sendiri juga. Kelak ketika pernikahan sudah menjadi milikmu, mengalah bukan lagi persoalan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”