Menikah dan Berkeluarga Bukan Masalah Adu Cepat, tapi Soal Siapa yang Sudah Siap

Menikah bukan adu cepat

Percuma menikah buru-buru dan mengorbankan mimpi-mimpi. Apalagi kalau menikah dengan alasan yang salah, atau terburu-buru hingga akhirnya menikah di waktu yang kurang tepat. Malah tanpa disadari kita menjadi sekaligus menarik orang yang salah kedalam hidup kita. Nggak mau kan hidup kita dan keluarga yang kita bangun menjadi sebuah kesalahan?

Advertisement

Ada banyak alasan kenapa milenials sering disuruh cepet-cepet nikah. Ada yang bilang untuk menghindari dosa, tapi banyak juga yang bilang, karena wanita punya jam biologisnya, punya batas waktunya. Maka sebaiknya menikah cepat-cepat selagi muda.

Alasan yang sangat tidak masuk akal. Apakah dengan menikah maka seseorang dijamin akan bebas dari dosa? Toh dosa bisa terjadi dengan atau tidaknya menikah. Lagi pula, jaman sekarang, ada banyak cara untuk memiliki anak. Ada beberapa case seorang ibu melahirkan bayi diumur sekitar 40 tahun dan tidak ada masalah apa-apa. Ada juga yang melahirkan diumur yang kata tetangga “harusnya menikah” ternyata bermasalah.

Tapi ada juga yang memilih untuk tidak memiliki anak, kemudian mengadopsi anak-anak yang terlantar. Toh hidup seorang wanita nggak melulu tentang berapa anak yang sanggup ia lahirkan. Bumi ini sudah terlalu padat, untuk apa terus menambah bebannya. Lagi pula, kami ini manusia, bukan pabrik bayi!

Advertisement

Ada yang bilang mumpung muda, sehat, bertenaga dan sangat bersemangat. Kalau jadi ibu muda bisa menjaga anaknya dengan maksimal. Pemikiran ini jelas-jelas sangat kuno dan ketinggalan jaman. Pemikiran ini mungkin masuk akal kalau kita hidup di jaman dulu, entah jaman batu atau es. Di mana ilmu medis tidak semaju sekarang dan angka kematian muda sangat tinggi, makanya disuruh cepat-cepat menikah dan memiliki anak untuk mencegah punahnya sebuah keluarga.

Zaman sekarang, ketika tingkat kesehatan sudah membaik, juga umur manusia sudah lebih panjang, bahkan bisa dipaksa perpanjang dengan mesin sekalipun, buat apa masih memaksaan pemikiran kuno itu?

Advertisement

Semangat dan energi yang meluap-luap itu justru sebaiknya dipakai untuk mengembangkan kemampuan diri, mencoba berbagai hal-hal baru, dan menggapai mimpi. Tidak seperti manusia pada jaman dulu yang sehari-harinya hanya dihabiskan untuk tidur dan mencari makan, kehidupan jaman sekarang sangat bervariasi. Di luar tidur dan makan, kita bisa mengembangkan beragam hobi, belajar banyak, entah dari instansi-instansi pendidikan, internet, atau belajar langsung pada ahli atau profesional.

Menikah dan berkeluarga itu bukan tentang adu cepat, tapi tentang adu kesiapan. Buat apa cepat-cepat menikah dan menjadi orang tua kalau dirinya sendiri belum siap. Salah-salah malah jadi salah didik anak, kurangnya rasa sayang pada diri sendiri, keluarga dan pasangan, hingga keluarga yang kurang harmonis karena dipaksakan. Setiap orang punya waktunya masing-masing, kalau memang belum siap, buat apa dipaksakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Spilling irregular ideas through words

Editor

Not that millennial in digital era.