“TNI lahir karena Proklamasi dan bersumpah mati-matian hendak mempertahankan kesucian Proklamasi 17 Agustus 1945,” ucapan populer Jenderal Soedirman yang tercantum pada dinding museum sejarah perjuangan TNI, Museum Satria Mandala. Museum yang terletak di jalan Gatot Subroto ini menceritakan mengenai perjuangan Tentara Negara Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan melalui patung, diorama, miniatur, barang peninggalan, pajangan senjata dan foto yang disertai dengan penjelasannya.
Hujan gerimis telah membasahi hari Mingguku. Hari yang kuhabiskan untuk mempelajari sejarah tanah air di Museum Satria Mandala. Di depan museum, terdapat replika pesawat dan kapal dengan nomor 602 milik TNI yang kuyup dengan rintik hujan yang telah membasahi seluruh daerah Jakarta Selatan. Museum terlihat sepi dan mungkin hal ini disebabkan oleh cuaca yang tidak mendukung di hari itu. Sebelum pengunjung dapat memasuki museum tersebut, mereka harus membayar total dua puluh empat ribu. Empat ribu rupiah untuk tiket masuk, ditambah dengan sepuluh ribu yang digunakan untuk buku panduan yang telah disediakan oleh pihak museum.
Walaupun museum telah diresmikan pada 5 Oktober 1972, gedung ini sebelumnya dikenal sebagai “Wisma Yaso” atau yang juga menjadi tempat kediaman istri dari Dr. Ir. H. Soekarno, Ratna Saridewi Soekarno. Tidak hanya itu, tapi gedung ini yang sebelumnya adalah sebuah rumah, menjadi tempat peristirahatan presiden pertama Republik Indonesia selama tujuh-belas bulan.
Saat aku masuk ke dalam museum, seperti apa yang aku sudah perkirakan sebelumnya, museum sangatlah sepi. Hanya ada aku, teman-teman dan juga wisatawan Jepang yang berkunjung untuk mempelajari sejarah Indonesia di Museum Satria Mandala pada hari itu. Di ruangan tersebut, aku disambut oleh pahatan proklamasi negara Indonesia yang ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta pada tembok marmer ruangan. Ruangan pertama ini disebut Ruang Panji-Panji.
Ruang Panji-Panji merupakan jantung Museum Satria Mandala, di mana ruangan menggambarkan secara simbolik misi utama Tentara Nasional Indonesia (TNI) sejak awal berdirinya di tahun 1945, hingga saat ini. Selain itu, ruangan juga dilengkapi oleh foto ketujuh presiden Republik Indonesia beserta wakilnya.
Seperti apa yang sudah disebutkan sebelumnya, Museum Satria Mandala menyediakan diorama dan miniatur mengenai sejarah kemerdekaan dan juga beragam badan keamanan rakyat pada zamannya. Setelah Ruang Panji-Panji, pintu membawa ku ke aula yang dipenuhi oleh diorama. Saat itu, ada dua diorama yang menarik perhatianku, yaitu diorama proklamasi kemerdekaan dan juga diorama pengumuman proklamasi Republik Indonesia. Kedua diorama tersebut memiliki inti pesan yang sama, yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tetapi, terlihat bahwa di diorama proklamasi RI yang dilaksanakan oleh Dr. Ir. H. Soekarno, tidak banyak yang menyaksikan peristiwa tersebut pada saat itu. Dijelaskan di samping diorama tersebut bahwa, presiden waktu itu didampingi oleh Drs Mohammad Hatta dan hanya disaksikan oleh sejumlah pemuka – pemuka Indonesia, pemuda-pemudi tanah air dari Peta (Pembela Tanah Air) dan barisan pelopor. Sedangkan untuk pengumuman kemerdekaan Indonesia, terdapat banyak sekali masyarakat yang menyaksikan hal tersebut. Sehingga kedua diorama tersebut telah membenarkan asumsiku mengenai proses berlangsungnya proklamasi Indonesia yang hanya disaksikan oleh beberapa orang dan tidak secara langsung menyiarkannya ke seluruh Indonesia.
Setelah aku melihat dan mempelajari sejarah Indonesia melewati diorama dan miniatur yang disediakan di Museum Satriamandala ini, aku bertemu dengan ruangan yang didedikasikan untuk empat jenderal Indonesia. Salah satu ruangan pada rumah yang dulunya adalah rumah Wisma Yaso, sempat menjadi kamar mendiang Soekarno. Kini, ruang-ruang tersebut telah dijadikan ruangan yang memajang berbagai barang, surat dan juga senjata untuk mengenang jasa keempat jendral yang telah berjanji untuk negara.
Ruangan pertama yang aku temui adalah ruang Panglima Jenderal Besar Soedirman. Ruangan tersebut memamerkan barang dan benda peninggalan Jenderal Besar Soedirman, Panglima Angkatan Perang Pertama. Salah satu barang yang paling istimewa di ruangan tersebut adalah tandu yang pernah digunakan oleh beliau. Di samping itu, ruangan ini juga memamerkan lukisan dan foto-foto selagi Jenderal Sudirman menjabat sebagai panglima. Di ruangan itu lah dimana ucapan terkenal beliau itu dicantumkan. Tidak hanya peninggalan Jenderal Soedirman yang disediakan di ruangan ini, terdapat juga tempat tidur yang Dr. Ir. H. Soekarno gunakan selama Ia menghabiskan tujuh-belas bulan hidupnya di gedung yang dulunya dinamakan Wisma Yaso tersebut.
Tidak jauh dari ruangan tersebut, terdapat ruangan yang didedikasikan oleh salah satu Jenderal bersejarah Indonesia, yaitu Jenderal Oerip Soemohardjo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Pertama. Ruangan ini tidak jauh berbeda dengan ruangan Jenderal Soedirman sebelumnya. Di ruangan ini juga terdapat barang-barang peninggalan beliau, lukisan dan foto-foto yang disertai dengan keterangannya.
Ruangan terakhir yang didedikasikan untuk Jenderal Indonesia adalah Ruang Jenderal Besar A.H. Nasution dan Jenderal Besar H.M. Soeharto. Ruang ini memamerkan benda-benda milik kedua Jenderal Besar tersebut. Seperti ruangan-ruangan sebelumnya, ruangan ini memamerkan pula foto-foto pada masa perjuangan, buku-buku karya Jenderal A.H. Nasution dan buku-buku mengenai H.M Soeharto.
Selain mempelajari sejarah mengenai pahlawan dan pejuang Tentara Nasional Indonesia, aku juga menemukan koleksi berbagai macam fasilitas militer yang pernah digunakan Tentara Nasional Indonesia seperti koleksi ranjau, helikopter, pesawat terbang, miniatur kapal perang, torpedo, tank, meriam dan juga rudal yang menggambarkan pengorbanan para tentara dalam menjaga keamanan dan keutuhan negara Indonesia. Banyak sekali peralatan tempur yang digunakan oleh tentara Indonesia terpajang dengan amat gagah dan penuh dengan wibawa. Sehingga semua pajangan tersebut dapat membuat setiap pengunjung, termasuk aku, terpesona akan esensi yang diberikan oleh barang dan peralatan tersebut.
Berkunjung ke museum ini tentunya bukanlah hal yang sia-sia untukku dan juga untuk pengunjung lainnya. Karena Museum Satriamandala ini telah menyediakan dan menjelaskan begitu lengkap sejarahnya, mulai dari sejarah kemerdekaan Indonesia, perperangan, pahlawan, sampai koleksi komplit peralatan Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut, seluruh bagian dari Tentara Nasional Indonesia yang siap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan mengunjungi museum ini, kita dapat menjadi bangsa yang menghargai dan menghormati negaranya karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai nilai-nilai sejarah negaranya sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”