Pada akhirnya, kamu akan pergi. Kamu pergi meninggalkan sejuta kenangan, bersama orang yang kamu pilih. Bahkan dalam waktu dekat ini, kalian akan melangsungkan pernikahan.Â
Aku turut berbahagia untukmu. Memang, rasanya sakit dan menyedihkan, tetapi aku berbahagia untukmu. Semoga kelak hidupmu bersamanya menyenangkan. Semoga kelak kau dapat menjalani harimu dengan baik bersama orang yang telah kau pilih.
Mengikhlaskanmu memang bukan perkara mudah. Butuh waktu yang lama, kepura-puraan, memendam rasa sakit, hingga akhirnya perlahan, aku berani melepaskanmu. Kau begitu berarti untukku, tak mudah bagiku untuk melupakanmu begitu saja.
Tetapi, aku tak akan pernah melupakanmu. Kau banyak mengajarkanku tentang perasaan. Kau banyak mengajarkanku tentang harapan dan kesabaran. Kau mengajarkanku tentang manisnya dihargai, kau juga yang mengajarkanku tentang pahitnya diabaikan.
Kita sudah sama-sama dewasa. Aku tak akan marah bila kau pergi bersama yang lain. Biarlah aku memendam rasa ini sendiri. Toh, waktu akan memulihkan rasa sakit yang kualami. Kau tak perlu khawatir.Â
Waktu selalu berhasil menyembuhkanku. Luka, kesedihan, kepahitan, waktu selalu berhasil melakukannya. Waktu juga yang memisahkan aku darimu, seakan waktu tahu kalau aku butuh jarak darimu. Aku tidak menjauh, hanya saja, bila kita terlalu dekat, aku takut aku akan berharap lagi.
Aku tak ingin berharap pada sesuatu yang kosong dan hampa. Aku tak ingin mengharapkanmu yang bahkan belum tentu memiliki perasaan yang sama denganku.Â
Jujur saja, saat aku melihatmu dengannya, melihatmu menyebut namanya sebagai calonmu di media sosialmu, aku sudah bisa menebaknya. Selama ini kau hanya bermain-main denganku. Kau tak pernah serius.
Pada akhirnya, kau akan meninggalkanku juga. Pada akhirnya, kau akan pergi juga, bersama orang yang bukan aku, menuju kebahagiaan. Tak apa. Tak masalah buatku.
Pergilah bila itu yang kau mau. Pergilah kalau memang itu yang kau sukai. Aku baik-baik saja di sini.
Memangnya apa yang bisa kulakukan, menangis dan tersenyum seperti orang bodoh, pura-pura mengikhlaskanmu padahal hati ini terasa sakit? Tidak. Aku hanya bisa melepaskanmu, membiarkanmu pergi.
Aku tak ingin mengikatmu. Aku juga tak ingin terikat padamu yang bahkan tak menoleh padaku. Ini adalah waktunya bagiku untuk maju, melepaskan segalanya di belakang.
Kau sudah menjadi masa lalu bagiku, walau tak dapat kupungkiri, aku masih memikirkan dirimu di kala senggang. Tak lama, karena aku segera menegur diriku sendiri. Kau akan berbahagia dan membina hubungan yang lebih dalam dengan orang yang kau pilih, tak sepatutnya aku terus memikirkan dirimu.
Tenang saja, aku tidak marah. Aku hanya merasa kecewa. Kau pernah membuatku merasa berarti, tapi kau juga yang mengempaskanku. Tak apa. Lama kelamaan, aku sudah terbiasa. Aku akan berusaha memulihkan luka hatiku sendiri.
Kuharap kau berbahagia. Semoga orang yang kau pilih dapat menjagamu dengan baik. Semoga kalian selalu tersenyum dan menjalani hari dengan kebahagiaan.Â
Dari aku, sosok yang pernah hadir dalam hidupmu.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”