Mengetahui Sejatinya Cinta dan Jodoh Lewat Kisah Arca Prabu Meminang Selendang Langit

Memang benar kado dari Tuhan itu sungguhlah indah.

Kamu hanya sebuah selendang yang hanyut terbawa jernihnya aliran sungai hingga pada saatnya tersangkut di batu itu yang tak lain adalah aku. Dengan seiring musim berlalu kamu pun kembali hanyut terbawa derasnya aliran yang tak mungkin untuk aku arungi. Lagian batu jenis apa yang ahli dalam berenang?

Advertisement

Gugusan bintang yang tersebar di angkasa mulai beralih dari tempatnya pertanda kalau musim telah berganti. Aku tidak tahu persisnya sudah berapa lama kita berpisah, yang pasti lama sekali. Aku hanya ingat persis saat awal kita bertemu dan kita bersama. Kamu adalah selendang yang sangat indah, bisa bertemu denganmu termasuk keberuntungan bagiku. Tapi itu kan dulu, sekarang aku hanya bisa mengenangmu. Bagiku tak akan mungkin kita bertemu lagi. Melihat arus sungai yang seperti ini, pasti kamu sudah jauh hanyut kesana. Mungkin sudah sampai ke samudera.

Memang sudah semestinya aku tak lagi mengingatmu apalagi mengharapkan kehadiranmu untuk kembali, itu sangatlah tidak mungkin. Telah kucoba diri ini untuk melupakanmu, hingga suatu hari ada seorang bapak tua yang mencari batu-batu besar disungai untuk dijadikan arca. Tertuju langkahnya si bapak tua itu dan berhenti kakinya di atasku.

Ternyata bapak itu memilihku untuk dijadikan arca. Lalu dibawa pulanglah aku olehnya untuk nantinya dipahat. Tentu antara sedih bercampur bahagia. Sedih meninggalkan tempat di mana banyak kenangan tentangmu. Bahagia karena aku berniat ingin melupakanmu. Pikirku dengan meninggalkan tempat aku yang dulu, pasti akan mempermudah untuk melupakanmu.

Advertisement

Sampailah aku ke tempat si bapak tua tinggal. Para tetangga memanggilnya Pak Prabu. Di sana ia tinggal berdua bersama dengan seorang istrinya yang bernama Mbok Wati. Sungguh kebaikan telah kudapatkan di sana. Dengan begitu lembut, Pak Prabu memahat diriku hingga lamanya waktu telah membayarnya tanpa kembalian. Maksudnya aku yang dulunya batu besar tak berbentuk namun sekarang berkat pahatan dari tangan Pak Prabu aku menjadi sebuah arca yang sangat indah. Setiap hari Pak Prabu dan istrinya membersihkan diriku dari debu-debu yang sempat menempel. Mereka memang biasa merawat semua barang yang dimilikinya secara baik.

Ada di mana hari itu menjadi hari yang tak akan pernah kulupakan. Antara yakin dan tidak yakin. Saat detik itu juga telah terjadi. Kamu, selendang yang sempat tersangkut saat aku masih menghuni di sungai dulu, kini bisa kudapati lagi. Aku bertemu denganmu. Kau dibawa oleh Mbok Wati yang baru pulang dari sungai selepas mencuci pakaian. Kudengar kamu ditemukannya saat tersangkut diakar pohon tepi sungai. Lalu diambillah dirimu olehnya. Dan hal yang tak terduga lainnya adalah saat Mbok Wati menjadikanmu sebagai selendang yang tersampir di leher arca yang itu adalah aku.

Advertisement

Ternyata selama ini aku salah dalam mengartikan makna kehidupan yang telah aku alami. Aku sudah melupakan kekuasaan Tuhan yang jika berkehendak pasti akan terjadi. Tidak ada kata mustahil kalau Tuhan sudah berkehendak. Selama ini aku tidak sempat berpikir kalau memang kamu adalah yang ditakdirkan Tuhan untuk bersamaku. Ke manapun dan dengan cara apapun kita berpisah dengan seiring bergantinya waktu pasti juga akan bertemu lagi.

Setelah ketidakenakan rasa yang aku alami selama ini telah berubah menjadi kebahagiaan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Memang benar kado dari Tuhan itu sungguhlah indah. Sekarang aku sebagai Arca Prabu telah kembali bersama dengan Selendang Langit, meski sempat berpisah sekian lamanya kini kita dapat bersatu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berbagi kebaikan lewat tulisan sederhana. My instagram; @bean_wtr _ "Kenalilah dirimu, barang kali kamu belum benar-benar memahaminya".