Mengerti Sebelum Menghakimi, Jangan Menghakimi Orang Lain Sebab Kita pun Tak Luput dari Kesalahan

Jangan pernah menganggap jika kita ini adalah makhluk yang paling benar

Ada banyak hal yang terkadang mennyalahartikan sebuah perhatian. Pertanyaan-pertanyaan yang menurut kita biasa saja, bisa jadi berbeda arti bagi si lawan bicara. Apalagi semakin menua usia, kadar kompleksitas pertanyaan terkesean semakin meningkat. Seakan-akan mereka juri yang tau segala hal yang terbaik untuk masa depan kita. Serta kita menjadi peserta yang harus memenuhi segala standarisasi yang telah mereka tetapkan.

Advertisement

Saat berada dibangku kuliah dan memasuki fase semester akhir, setiap perjumpaan dengan teman selalu tidak jauh dari pertanyaan kapan lulus dan wisuda. Setelah berhasil lulus dan diwisuda pertanyaan beralih ke hal yang lebih normatif “kerja di mana?” Setelah itu bisa ditebak bukan pertanyaan klise yang tidak pernah absen keluar dari acara reuni sekolah, kumpul keluarga dan semacamnya apa? Yap,“kapan nikah?”

Apabila jawaban tidak sesuai dengan batas kewajaran “versi mereka”, dengan berang langsung menjustifikasi seenaknya. “Makanya loe ngga usah terlalu sibuk kegiatan diluar kampus, kena batunyakan sekarang telat lulus kuliah” atau bagi yang sudah bekerja tapi tidak sesuai dengan apa yang selama ini dia pelajari “percuma dong loe belajar lama-lama dijurusan Teknik X tapi kerja di Perusahaan Y?” dan berlanjut bagi yang sudah bekerja tapi belum menentukan pendamping hidupnya “kapan loe nikah? Inget umur.”

Anehnya justifikasi yang mereka tempelkan tidak pernah berdasar dari sebab musabab sebuah hal. Hanya berputar-putar pada opini dan asumsi yang mereka verfikasi kebenarannya sendiri. Mungkin, dibalik ketelatan seseorang lulus kuliah ada hal lain yang sedang dia perjuangkan diluar sana. Memilih mandiri dengan bekerja paruh waktu, menjadi delegasi dari sebuah organisasi kemanusiaan atau bahkan merintis usaha untuk masa depannya.

Advertisement

Mungkin, dibalik pilihan bekerja diperusahaan yang tidak sebidang semasa kuliah, ada seseorang yang sedang mati-matian bertahan untuk memenuhi kebutuhan. Harus bergelut dengan deretan tagihan uang kos-kosan dan pinjaman akhir bulan. Serta mungkin, dibalik kesendirian seseorang ada beragam hal yang harus diperhitungkan sebelum memilih pasangan. Menyiapkan masa depan bagi adik-adiknya, membahagiakan kedua orangtuanya atau bahkan lebih memilih sibuk dengan memperbaiki diri sebelum meminang si doi.

Point of view-nya adalah banyak spektrum kehidupan yang kita tidak tau menau asal mulanya. Sebab musabab yang menjadikan seseorang memilih pilihan dalam hidupnya. Sebab, sehebat apapun kita menjustifikasi orang salah, tidak akan pernah sedikitpun menjadikan diri kita sejatinya benar.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini