Aku tersekap dalam pertemuan pertama kala itu. Di bawah rintikkan hujan yang baru saja tiba, kita berbagi cerita dalam indahnya ruang temu perdana. Sayup-sayup air hujan memecahkan kesunyian. Engkau tersipu malu saat diriku menuturkan dengan lugas tentang rasa yang ada dalam hatiku. Tanpa tedeng aling-aling aku bertutur bahwa ada rasa sayang yang perlahan-lahan tumbuh di dalam hatiku.
Usai ruang temu perdana, komunikasi pun terjalin dengan lancar. Tali silaturahmi yang dulunya tidak terbangun sama sekali kini diikuti dengan berjalan berbarengan sembari mengenal satu sama lain lebih jauh. Dengan kepingan rasa yang perlahan terkumpul, kita mulai menata fakta agar tertata dengan apik. Engkau hadir membasmi duka yang sedang menghujaniku setelah ia memilih pergi tanpa permisi.
Rajutan kisah kita pun mulai bergulir. Begitu bahagianya saat ada pengakuan yang teramat jujur kala engkau mengatakan bahwa kini rasa sayang telah terbangun. Aku berharap begitu rasa mulai terbangun pun diikuti dengan seluruh doa yang dipanjatkan untuk tetap bersama selamanya.
Sekarang hari-hari yang diarungi denganmu berjalan lebih indah. Tanpamu hari-hariku tak menarik, denganmu hariku menjadi lebih baik. Pancaran dari matamu hadirkan pesona yang mengikat rasa. Lentik matamu menunjukkan pesona yang menenangkan. Kamu begitu istimewa menghadirkan rasa dalam hatiku. Aku menyadari kehadiranmu begitu berharga pada hari-hariku. Sungguh mengenalmu bagian dari anugerah terindah. Padahal sebelum kehadiranmu, waktu dirundung resah, denganmu hari diberkahi kasih. Duniaku pun begitu menyenangkan bersamamu.
Benar kata Gede Prama bahwa dunia terasa indah jika sedang jatuh cinta. Aku beberapa kali mengalaminya. Ada perasaan berbunga-bunga saat sesuatu hubungan dirintis bersama dengan orang yang kita sukai. Terasa bahagia, indah untuk dirajut.
Awalnya aku menduga bahwa mengenalmu bagian dari kesalahan terbesar yang aku alami. Dugaan itu bersumber dari pertama kali ketika aku melihatmu di sudut kampus. Tampilanmu begitu misterius, tertutup dan jarang bergaul, bahkan sempat aku menduga jika kamu orangnya begitu egois. Kamu melahirkan tanda tanya besar dalam lamunanku seketika itu.
Aku semakin kikuk usai mengenalmu sebagai salah satu penggawa di komunitas sastra terkeren di kota 1000 Gereja. Bahkan saking hebatnya, puisi-puisimu sering muncul di kolom sastra pada media cetak lokal. Aku turut menjadi salah satu orang yang mengagumi kekuatan kata-kata dalam puisi yang kamu tulis. Aku menjadi salah satu pengagum rahasiamu. Namamu sempat jadi salah satu topik penting dalam suatu obrolan lepas bersama kawan-kawan juang.
Jujur aku teramat mengagumi seluruh mahakarya yang kamu hasilkan. Puisi dan cerpen yang begitu menguggah. Syair yang kamu ciptakan berhasil membius pecinta sastra. Liriknya menyentuh. Kata-katamu memiliki jiwa. Engkau dianugerahi kemampuan luar biasa dalam merajut kata menjadi baris hingga tersusun bait puisi yang apik.
Sayangnya kala itu kita bagai dua sisi mata uang. Kamu penyair terkeren sementara aku bukanlah siapa-siapa. Apa daya aku hanya sebagai aktivis jalanan dengan agenda rutin turun ke jalan, mengangkat suara untuk melawan kelaliman rezim di kota itu. Garis perjuangan yang kita lakoni jauh berbeda. Kamu bercumbu dengan pena sementara aku merasa keren dengan memanggul megafon.
Kini semuanya berbanding terbalik usai kita jalin hubungan lebih jauh. Asas praduga tak bersalah begitu penting sebelum menghakimi seseorang. Bahwa kita tak boleh melihat seseorang dari luar, apalagi sampai menghakiminya begitu saja. Sungguh sangat tidak adil untuk orang tersebut.
Setelah sempat berkomunikasi lebih jauh denganmu seluruh asumsi awal saya terbantahkan. Kamu tidak seperti yang aku pikirkan. Ternyata kamu memiliki sisi yang tersembunyi. Engkau orangnya asyik, bernas dan cocok untuk teman diskusi, mungkin juga dapat menjadi teman hidup yang tepat.
Sekarang kita sedang merajut kisah dengan langkah awal untuk memahami satu sama lain. Mengenalmu adalah anugerah terindah yang pernah aku alami. Tentangmu yang dulu tidak lebih dari sosok yang misterius sekarang pun berhasil terpecahkan. Engkau memiliki sisi yang istimewa, tak sekedar penyair yang memiliki kekuatan kata-kata, namun kata-katamu telah abadi selalu dalam hati kita masing-masing. Terima kasih untuk segala keistimewaan yang sedang kita rintis.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”