Mengenal sejarah singkat tanaman indigofera yang menghasilkan warna biru secara alami, bersama Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta yang melakukan Proyek Komunikasi dengan mengikuti kegiatan UMKM yaitu Menganyam Pesisir yang melestarikan tanaman Indigofera.
Hai kaum muda, tahukah kamu mengenai tanaman indigofera ? Tanaman indigofera merupakan tumbuhan yang dapat menghasilkan warna biru alami. Tanaman Indigofera biasanya digunakan untuk pewarnaan pakaian dalam pembuatan batik atau tenun ikat di Indonesia.
Tanaman ini biasanya digunakan pembatik kerajaan pada masa Hindu-Budha. Warna biru pada tanaman indigofera digunakan para raja sebagai Kain Batik Kebesaran atau Kebangsaan Raja. Warna biru dilambangkan sebagai ketenangan, kelembutan, kepercayaan, keikhlasan dan kesetiaan. Sehingga warna ini sering digunakan oleh kaum bangsawan di masa lampau.
Tahukah kamu kaum muda ? Tanaman Indigofera mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1693, tanaman ini berawal dari VOC yang memperkenalkan komoditas baru berupa pewarna tekstil alami. Hal ini dilakukan karena kebutuhan indigofera cukup besar di Eropa pada saat itu. Bangsawan Belanda mulai memperkenalkan pewarna tekstil lokal ini di Indonesia terutama kepada Kerajaan pesisir yang terdapat di Pulau Jawa.
Dalam pustaka, Pada masa Joan Van Hoorn menjabat sebagai Gubernur Jendral VOC pada tahun 1704-1709 berupaya untuk melakukan budidaya tanaman ini di Indonesia. Termasuk memulai hubungan kerjasama dengan Bupati Pekalongan, yaitu Tumenggung Djayadiningrat. Meningkatnya kebutuhan indogofera di Batavia yang akan di ekspor ke Eropa sangat tinggi, VOC tetap melakukan perkembangan budidaya indigofera di Semarang dan Surabaya. Namun kerjasama ini keduanya mengalami kegagalan.
Karena Bupati Surabaya tidak mendukung sedangkan di Semarang karena kurangnya jumlah tenaga kerja yang mengolah. Kemudian Adipati Djayadinigrat selaku bupati Pekalongan pada saat itu ditawari investasi kepada VOC untuk budidaya indigofera. Adipati Djayadinigrat memilih dua lokasi untuk budidaya indigofera yakni di Ambarawa dan Pekalongan. Setelah itu mengalami penambahan di beberapa lokasi diantaranya di Batang, Wiradesa, Pemalang dan Kaliwungu.
Penamanan indigofera ini memberikan keuntungan yang cukup besar. Sehingga beberapa bupati merasa iri diantaranya bupati Kudus, Jepara dan Pati. Pada akhirnya para bupati ini juga ikut telibat dalam investasi indigofera. Namun pada tahun 1724 harga dari indigofera mengalami penurunan harga jual karena jumlah produksi indigofera sangat melimpah yang mampu melampaui permintaan dari VOC
Nah kaum muda, Indigofera merupakan tumbuhan yang termasuk dalam jenis kacang-kacangan yang dapat menghasilkan warna biru secara alami. Karena sifatnya yang alami pewarna ini sangat baik untuk digunakan karena ramah lingkungan. Ada dua jenis tanaman indigofera yang dapat menghasilkan warna biru, diantaranya Indigofera Tinctoria dan Indigofera Suffruticosa. Dengan mengetahui manfaat yang ada pada tumbuhan ini membuat masyarakat pesisir mulai kembali untuk membudidayakan tanaman tersebut. Adapun salah satu lokasi pembudidaya yang mudah kita jumpai saat ini yaitu Desa Palbapang, Bantul Yogyakarta.
(12/04/2021) Mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta Melakukan Proyek Komunikasi dengan mengikuti kegiatan UMKM yaitu “Menganyam Pesisir” yang melestarikan tanaman Indigofera. Dalam Proyek Komunikasi ini mahasiswa diajak untuk ikut serta dalam proses pewarnaan pada pakaian. Dengan adanya Proyek Komunikasi ini mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai tumbuhan yang bisa digunakan dalam perwarna pakaian. Menganyam Pesisir ini mengajak masyarakat untuk menggunakan bahan-bahan alami seperti pewarna biru yang dimiliki tumbuhan Indigofera dapat menjadi Trend Fashion dimasyarakat. Dengan menggunakan bahan alami dalam perwana pakaian serta membantu untuk mencintai lingkungan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”