Kehadiran tim olimpiade pengungsi menjadi hal menarik pada Olimpiade Tokyo 2020 (yang dihelat pada 2021). Olimpiade kali ini merupakan even kedua bagi tim pengungsi menyusul kesuksesannya pada Olimpiade Rio 2016 lalu. Kontingen tim sendiri diisi oleh atlet-atlet pengungsi dari negara konflik akibat perang, krisis politik dan sebagainya.
Mereka datang ke Tokyo dengan membawa misi perdamaian. Para atlet bertindak sebagai simbol harapan bagi para pengungsi di seluruh dunia dan membawa perhatian global pada krisis pengungsi.
Aker Al Obaidi menjelaskan bagaimana olahraga membantunya mengatasi ketakutan. "Penting untuk menyingkirkan hal negatif (perang) melalui olahraga," terang sosok pegulat 21 tahun asal Irak tersebut.
“Saya bermimpi tentang dunia yang damai, dunia tanpa ada pengungsi,” kata Yusran Mardini kepada Eurosport. “Perang akan berakhir, manusia akan hidup setara dengan damai di dunia yang harmonis”, lanjut atlet renang yang pernah 3 jam mengapung hingga terdampar di pesisir Jerman tersebut.
Sementara itu, Jamal Abdelmaji Mohammed, menjadikan ajang ini sebagai sumber inspirasi untuk semua pengungsi di seluruh dunia. "Saya tidak hanya akan muncul, saya akan mewakili secara nyata", terang wakil atletik tersebut.
Tim ini akan bertanding dengan akronim resmi EOR, berdasarkan nama Prancis: équipe olympique des réfugiés. Nantinya tim akan berbaris dengan bendera Olimpiade saat upacara pembukaan, sementara lagu olimpiade diputar saat upacara resmi (termasuk penyerahan medali).
Menilik pada sejarahnya, tim pengungsi pertama kali dicetuskan oleh Ketua Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach pada sidang majelis PBB Oktober 2015 lalu. Wacana tersebut muncul setelah lolosnya Guor Marial asal Sudan Selatan pada Olimpiade London 2012. Guor diketahui hanya menetap di AS dan tidak memiliki kewarganegaraan Amerika. Ide tersebut disambut baik, dan tim pengungsi lantas mengirim 10 atletnya pada Olimpiade Rio.
Pada partisipasinya yang pertama, tim pengungsi mengirim 10 atlet yang berasal dari Suriah, Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, dan Ethiopia. Sedangkan untuk olimpiade kali ini, atlet pengungsi ditunjuk langsung oleh Dewan Eksekutif Komite Olimpiade Internasional. Mereka terdiri dari 29 atlet dari Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, Eritrea, Venezuela, Afghanistan, Iran, dan Kamerun. Mereka akan berpartisipasi pada 12 cabang olahraga. Berikut daftarnya:
Atletik: Anjelina Nadai Lohalith, Dorian Keletela, Jamal Abdelmaji Muhammad, James Nyang Chiengjiek, Paulo Amotun Lokoro, Rose Nathike Likonyen, Tachlowini Gabriyesos.
Bulu tangkis: Aram Mahmud.
Tinju: Eldric Sella Rodriguez, Wessam Salamana.
Kano / Kayak: Saeid Fazloula.
Roadbike: Ahmad Badredin Wais, Masomah Ali Zada.
Judo: Ahmad Alikaju, Javad Mahjoub, Muna Dahouk, Nigara Shaheen, Popole Misenga, Sanda Aldass.
Karate: Hamoon Derafshipour, Wael Shueb
Tembak: Luna Sulaiman
Renang: Yusra Mardini, Ala Maso
Taekwondo: Abdullah Sediqi, Dina Pouryounes Langeroudi, Kimia Alizadeh Zenozi
Angkat beban: Cyrille Tchachet II
Gulat: Aker Al Obaidi
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”