Banyak yang belum mengetahui tentang Ombak Bono Sungai Kampar yang terletak di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Sungai Kampar sendiri adalah sungai yang melintasi 3 kabupaten di Provinsi Riau yakni Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Sengingi, dan 2 kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, yakni Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Sijunjung. Sungai Kampar memiliki panjang 450 km.
Ombak Bono termasuk ke dalam fenomena alam langka, karena pada lazimnya ombak besar hanya terdapat di lautan, sedangkan ombak ini berada di Sungai Kampar. Ombak Bono terbentuk akibat pertemuan arus pasang laut (Selat Malaka dan Laut Cina Selatan) dengan arus sungai (Kampar) sehingga terjadi penyempitan dan membentuk gelombang-gelombang besar. Pada waktu tertentu, seperti disaat terjadinya bulan purnama, ombak ini dapat mencapai ketinggian 4-6 meter dengan kecepatan 40-50 km/jam.
Saat puncak terjadinya pasang, sebanyak 21 gelombang ombak dapat muncul secara bersamaan dan menciptakan ombak bergulung-gulung dengan durasi hingga 2 jam lamanya. Ombak Bono memiliki keistimewaan tersendiri yakni gelombangnya merupakan gelombang yang terbesar dan terlama yang dapat memacu adrenalin peselancar yang ingin menaklukinya. Itulah mengapa Ombak Bono disebut sebagai "Ombak Hantu".
Ombak Bono telah dikenal hingga ke kancah internasional. Bahkan hingga kini setiap Ombak Bono akan terjadi, banyak para peselancar mancanegara yang tidak ingin melewatkan momen ini. Sehingga ombak ini dikategorikan ke dalam lokasi surfing terbaik di Indonesia. Dibuktikannya dengan berbagai penghargaan yang diraih di tingkat nasional. Seperti pada tahun 2017, sebagai destinasi tempat berselancar terpopuler (Most Popular Surfing Spot).
Selain karena memiliki gelombang yang sangat besar, ada cerita menarik dari si "Ombak Hantu" ini. Cerita yang muncul dari kepercayaan nenek moyang suku yang bermukim di tepian Semenanjung Kampar tersebut. Masyarakat setempat mempercayai bahwa Ombak Bono yang ada di Kuala Kampar sebagai Bono Jantan karena lebih besar, sedangkan Bono Betina yang lebih kecil ada di Kuala Rokan. Bono Jantan berjumlah tujuh ekor dengan bentuk seperti kuda.
Pada saat pasang mati, Bono Jantan akan pergi Sungai Rokan untuk menemui Bono Betina, kemudian ‘bersantai’ menuju Selat Malaka. Itulah sebabnya, ketika bulan kecil dan pasang mati, Bono tidak ditemukan dikedua sungai tersebut. Jika bulan kembali besar, kembalilah Bono ke tempat masing-masing. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira Bono berpacu memudiki kedua sungai itu.
Jika dahulu Ombak Bono adalah hal yang ditakuti oleh penduduk setempat, sekarang tidak lagi. Karena sudah ada penjeasan ilmiah tentang penyebab terjadinya ombak tersebut. Memang, orang dahulu selalu berfikir primitif dan tertutup. Dan juga memegang teguh kepercayaan yang diturunkan turun-menurun. Kini, seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, penduduk setempat dapat menerima penjelasan ilmiah tersebut.
Untuk mencapai titik lokasi keberadaan Bono ini tidaklah sulit. Dari Kota Pekanbaru, kita bisa menuju Pangkalan Kerinci terlebih dahulu. Jarak yang ditempuh adalah 70 km atau dengan durasi 1,5 jam saja. Berbagai alat transportasi bisa kita gunakan, baik mobil pribadi atau sepeda motor dan kendaraan umum seperti travel atau bus.
Dari Pangkalan Kerinci kita kita menuju pelabuhan air yang ada di sana. Karena akses selanjutnya adalah dengan menyeberang sungai. Dari pelabuhan tersebut, kita dapat menggunakan speedboat ke desa Teluk Meranti. Biasanya mengeluarkan biaya sebanyak Rp 150.000 untuk menyewa speedboat tesebut. Jarak yang ditempuh sekitar 3 jam perjalanan. Nah, setelah sampai di tempat tujuan, kita dapat menyewa rumah penduduk sekitar yang telah dijadikan penginapan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”